Remaja Menulis

Remaja Menulis

Hari ini saya mengajar di kelas XI IPA. Temanya tentang film. Sayangnya, saya lupa membawa film yang akan kami tonton di kelas. Rencananya saya akan mengajak siswa kelas XI IPA menonton film keren Dead Poet Society yang dibintang aktor hebat almarhum Robin William.
Sejenak saya menimbang – nimbang apa yang harus saya lakukan di kelas agar materi film ini menarik. Saya harus mencari cara lain karena beberapa minggu lalu, kami baru saja belajar drama. Sementara pokok bahasan film pun sama dengan pokok bahasan drama di dua bab ini. Keduanya membahas tentang unsur – unsur intrinsik dan ekstrinsik. Isinya tetap sama.
Saya pikir jika saya membahas film dengan materi yang sama seperti saat membahas drama, siswa akan bosan. Setelah memutar otak, saya putuskan meminta siswa menceritakan kembali film yang mereka tonton.
Agar rencana berjalan lancar, saya menyediakan berlembar -lembar kertas untuk mereka. Kalau mereka diminta mengeluarkan kertas sendiri, alasannya pasti banyak dan rata -rata akan bilang,”Wah, nggak punya kertas,Bu.”
Saat saya minta mereka menceritakan kembali film paling berkesan yang pernah ditontonnya, ada yang menawar untuk bercerita secara lisan saja. Nah kalau lisan, yang ada hanya segelintir orang akan bercerita panjang lebar. Siswa – siswa pendiam hanya akan bercerita dalam sepatah dua patah kata. Kalau ingin para pendiam ini bercerita banyak, saya harus bertindak seperti pewawancara. Bertanya ini itu agar mereka mau menggali kenangannya.
Ide meminta para siswa menulis ternyata ide bagus, menurut saya sih.hehehe…Ketika kertas sudah diterima, semua siswa fokus menulis menuangkan ingatan dan kesan – kesannya.
kelas menulis.jpg
doc.pribadi.
Melihat mereka menulis rasanya hati saya adem sekali. Yah, meskipun ada yang mendadak googling untuk merefresh kembali film yang pernah ditontonnya, saya mengapresiasi usahanya.  Sayang, saya tak sempat memotret hasil tulisan mereka. Oh ya, dua orang di belakang yang sedang mengobrol itu sudah menyelesaikan tulisannya. Jadi, saya biarkan mereka berbisik – bisik bercerita.
Remaja memang seharusnya menulis. Di usia full energy ini, mereka pasti punya banyak kegelisahan, keinginan, harapan, dan imajinasi yang mungkin melampaui ruang dan waktu. Sayang sekali jika gagasan -gagasan brilian menguap begitu saja.
2iparb2
doc.pribadi
Mengamati wajah – wajah serius mereka menggerakkan pena atau pensilnya membuat saya membangun harapan besar pada para calon pemimpin ini. Di pundaknya, 10 -15 tahun yang akan datang, negeri ini dititipkan.
Saya selalu yakin dengan menulis kita bisa belajar mengenali diri sendiri. Karena saat menulis, kita berdialog dengan diri sendiri. Menulis tidak sekadar bercerita, menulis adalah media meluruskan logika berpikir, memperkaya kosa kata, dan menyusunnya dengan sistematis.  Karena bagi saya, tak ada yang tak bisa dijelaskan dengan kata -kata. . .

Beres-Beres Blog Baru

Ternyata berpikir rumit hanya akan membuat masalah makin rumit. Ini terjadi pada hal sepele yang meruwetkan pikiran saya beberapa hari terakhir ini. Mungkin teman saya pemilik akun definisi.net yang selalu saya tanyai tentang bagaimana caranya mengubah nama pengarang, mengapa ada tiga nama dalam blog saya, mengapa begini mengapa begitu, merasa gemas juga. hehehe...

Akhirnya, kemarin malam, alih-alih mengikuti instruksi dari salah satu blog tentang cara mengubah nama pengarang yang tidak kunjung berhasil, saya coba mengganti nama pengarang dengan mengedit profil blog. Tanpa banyak langkah, saya berhasil menggantinya. Horeee!! satu kelegaan melapangkan pikiran. Akhirnya nama pengarang sama dengan nama blog saya : siswiyantisugi. Senangnyaaa :-)

Hal selanjutnya yang akan saya coba ubah adalah mengganti judul blog ini dengan nama siswiyantisugi juga. Judul blog yang mulanya adalah curhatgurubimbel ini akan saya ganti saja karena bisa jadi tahun depan saya sudah bukan guru bimbel lagi. Kalau ganti judul ini, mungkin saya tetap akan mengikuti langkah-langkah yang disarankan salah satu blog hasil penelusuran di Google. Semoga berhasil mengganti. Kalau pun tidak, ya sudahlah, tak apa. Yang penting usaha dulu, berhasil atau tidak, urusan nanti.

Selain mengganti judul blog, sebenarnya saya ingin memindahkan semua tulisan saya di www.curhatgurubimbel.wordpress.com ke rumah baru saya ini. Namun, saya belum sungguh-sungguh mengutak-atik cara migrasi dari wordpress ke domain pribadi. Langkah-langkahnya sudah saya peroleh dari salah satu blog hasil penelusuran di Google minggu lalu. Tinggal menyediakan waktu untuk mempraktikkannya. Menyediakan waktu memang harus langsung dilakukan bukan sekadar diniatkan. Kalau hanya niat, kadang ia terlupakan.

Yang pasti, di rumah baru ini, saya akan lebih serius merawatnya. Mengisi tiap hari dan  berbagi apa pun yang layak dibagi. Semoga semua yang ada di rumah saya ini layak dibaca dan bermanfaat untuk teman-teman yang sempat singgah.
Akhirnya, setelah bertahun-tahun menimbang-nimbang punya domain sendiri, awal bulan ini saya berhasil memaksa diri saya membeli domain. Jadilah www.siswiyantisugi.com sebagai nama blog baru saya.

Mulanya saya mengira begitu selesai mengelola domain sesuai petunjuk dari www.idwebhost.com, blog saya benar-benar baru: bersih dan kosong.  Ternyata tidak demikian. Karena mengelola domainnya dari blogspot, tulisan-tulisan jadul saya di blogspot ini tetap ada di siswiyantisugi.com.

Takhanya itu, nama pengarangnya pun, bukan siswiyantisugi, melainkan tetap lingkaran pelangi dengan judul blog tetap curhatgurubimbel. Hiks...ini ada tiga nama dalam satu blog. Tiga nama yang membuat saya segan mengisi blog.

Saya pun berusaha mencari tahu bagaimana mengganti judul dan pengarang blog. Setelah tanya sana-sini, ujung-ujungnya disarankan googling. Itu jawaban yang dianggap paling solutif dan ga bikin manja.hahaha...