Akses Mudah Modal Usaha di Cekaja.com


entrepreneur concept with business elements drawn on blackboard
Menjadi wirausaha adalah cita-cita saya sejak kuliah. Terlebih saat saya membaca buku-buku Robert T. Kiyosaki. Bukunya yang membahas bebas finansial sangat mengena di hati. Saya pun berandai-andai bisa menjadi sosok bebas finansial. Robert T. Kiyosaki menginspirasi impian kehidupan saya di usia tua. Sementara, cara mendapatkan modal untuk merealisasikan impian itu belum terpikir. Saya bahkan belum memikirkan cara mendapat modal usaha di Kota Bandung setelah saya pindah kembali ke kota ini. Saat itu, saya masih terpesona dengan berbagai kisah sukses para pengusaha di dalam dan luar negeri. Kisah-kisah mereka memberi saya gambaran proses perjalanan usaha itu dirintis lalu dikembangkan.

Saya masih ingat ucapan Bob Sadino (alm),”Menjadi pengusaha itu ga perlu banyak teori. Langsung buka usaha aja.”

Langsung buka usaha aja. Pesan itu saya catat dalam hati. Karenanya, sejak usia belia, saya sudah menjual jasa memfotokopikan buku-buku teks pelajaran. Waktu itu, saya belum paham tentang UU Hak Cipta. Jadi, ya santai saja menerima pesanan fotokopi buku-buku. Kebetulan di rumah ada mesin fotokopi. Saya tinggal bawa buku-buku yang akan difotokopi lalu saya serahkan kepada bapak saya. Saya pesan buku-buku itu harus selesai tanggal sekian. Pada tanggal yang sudah diminta, saya ambil buku-bukunya. Saya terima uang dari teman-teman dan menggunakannya untuk apa saja, yang penting tidak melanggar aturan.

Bagaimana dengan modal? Waktu itu, modalnya dari bapak. Tenaganya juga bapak yang mengerjakan. Bagaimana dengan bagi hasil? Bapak tidak pernah meminta uang hasil penjualan fotokopinya. Mungkin bapak pikir hasil penjualan itu untuk tambahan uang saku atau untuk saya tabung. Yaa..sebagian kecil saya tabung, sebagian besar untuk jajan. Duh, masa remaja yang boros. Semoga peribahasa buah jatuh takjauh dari pohonnya tidak dialami anak-anak saya khusus pengalaman ini.hehehe...

Selepas SMA, usaha jasa fotokopi berhenti. Alasan utamanya karena saya melanjutkan kuliah ke luar kota. Di bangku kuliah, saya ganti bidang usaha. Saya berjualan kaos kaki. Kebetulan harga kaos kaki di Bandung di masa itu masih jauh lebih murah dibandingkan di Yogyakarta. Saya pun semangat menjualnya. Saya juga punya reseller, yaitu adik-adik angkatan. Konsumen kami bertambah dari waktu ke waktu. Ibu menemani saya sekaligus membayar semua kaos kaki yang saya beli. Dan seperti bapak, ibu tidak meminta laporan penjualan apalagi bagi hasil. Mungkin yang dipikirkan ibu sama seperti bapak. Saya bisa menggunakan uang hasil penjualan kaos kaki untuk tambahan uang jajan dan tabungan, mengingat di Yogyakarta saya takpunya sanak saudara. Sebenarnya sih hidup saya tidak merana. Ada teman-teman kost dan teman-teman kuliah sebagai saudara saya selama tinggal di kota ini.

Modal dari ibu menjadi modal utama saya berjualan kaos kaki angin-anginan selama dua tahun. Pada tahun ketiga, saya menyadari usaha kaos kaki ini prospektif. Saya pun bertekad mengurus usaha ini dengan sungguh-sungguh. Saat niat itu terpatri, Tuhan memberi saya pelajaran pertama menjadi pedagang. Seorang teman mengajak saya bekerja sama menyediakan kaos kaki sebagai properti untuk sanggar teater yang dikelolanya. Saya selalu menyempatkan diri pulang ke Bandung setiap memesan kaos kaki. Saya mengecek langsung kondisi kaos kaki agar tepat sesuai pesanan. Pemesanan pertama dan kedua lancar jaya. Kami sama-sama untung dan bahagia.

Pada pemesanan ketiga, saya tidak sempat mengeceknya. Kondisi kaos kaki jauh dari warna yang dipesan. Modal saya pun musnah karena teman saya tidak mau membelinya. Inilah bisnis. Saya pun harus memutar otak agar kaos kaki ini terjual demi kembalinya modal. Untunglah ada teman lain yang mau membelinya. Ia menawar dengan harga sangat murah. Yah, daripada tidak menghasilkan sama sekali, saya terima tawarannya. Bener-bener jual rugi.


menghitung modal (pixabay.com)


Selepas kaos kaki yang merugi, setahun saya vakum. Setelah menikah, saya ingin buka usaha kembali. Modalnya tentu tidak minta orangtua lagi. Saya dan suami memutuskan merintis usaha susu kedelai dengan sisa modal kaos kaki. Kami bahu-membahu menyiapkan semua bahan dan peralatan yang dibutuhkan. Setahun berjalan, usaha kami menunjukkan perkembangan memuaskan. Terlebih saat kami mempromosikan produk susu kedelai ini di media sosial. Pesanan meningkat sehingga kami membutuhkan tambahan karyawan untuk membantu produksi.

Kami pun memerlukan kendaraan yang bisa digunakan untuk mendistribusikan susu kedelai ke pelanggan-pelanggan yang lokasinya jauh. Meskipun kami sudah bekerja sama dengan salah satu layanan food delivery, sebagian pelanggan tetap kami adalah minimarket dan warung makan. Jadi, kami tetap harus mendistribusikannya sendiri.

Agar lebih efektif, kami membutuhkan tambahan modal berupa kendaraan. Sayangnya, dana yang ada belum cukup untuk membayar uang muka kendaraan. Pelanggan memang bertambah, jangkauan pasar memang makin luas, biaya produksi otomatis meningkat. Namun, dana yang ada sudah diatur untuk pos produksi susu kedelai dan pos-pos lain.

Terbersit lah pikiran mengajukan modal ke bank. Namun, nihilnya pengalaman dan informasi yang simpang siur tentang sulitnya mengajukan pinjaman modal ke bank membuat kami maju mundur. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Di tengah kebingungan itu, saat sedang berselancar di internet, saya menemukan laman yang memberikan informasi cukup memadai seputar pinjaman modal usaha.

Aha! Ini yang saya cari. Kumpulan informasi komplit tentang pinjaman modal usaha. Di https://www.cekaja.com/small-business-banking ada kalkulator penghitungan cicilan berdasarkan bunga, jangka waktu peminjaman, dan jumlah pinjaman yang diajukan. Selain itu, ada informasi berbagai jenis pinjaman yang ditawarkan untuk usaha mikro serta tata cara mengajukan pinjaman. Informasi ini sangat membantu banyak wirausaha.




13 comments

  1. sekarang nyari modal usaha gampang. kalau ke bank agak susah, banyak administrasu yg harus disiapkan terutama agunan, kalau aplikasi atau fintech seperti cekaja lebih mudah ya kan mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas, relatif lebih mudah karena kita ga harus mondar-mandir mengurus administrasinya.

      Delete
  2. Idola deh sama Om Bob... kalo ada beliau, pasti banyak buka di cekaja hihi

    ReplyDelete
  3. Saya dan suami msh mental pegawai. Tapi anak² kami pd freelancer. Perlu nih info cekaya untuk mereka.
    Makasih sharingnya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama, terima kasih sudah singgah. Yang saya suka dari cekaja ada kalkulator pinjaman yang mudah diakses. Freelancer macam saya bisa berhitung sendiri dulu sebelum mengajukan pinjaman usaha :)

      Delete
  4. Keren yah mba situs pinjam online ini, pencairannya mudah dan cepat �� yang mau bikin usaha gak perlu khawatir lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. semoga bisa memudahkan mereka yang berniat mengembangkan usahanya agar lebih maju dan bermanfaat untuk banyak orang ya,Mbak :)

      Delete
  5. Ada juga pinjaman dari BUMN mba setau saya.

    ReplyDelete
  6. Wah rame cerita bisnisnya teh...ga nyangka jago bisnis...ayo lanjutkan..

    ReplyDelete