Sinergi
Hati dan Pikiran saat Menulis
Menulis sebaiknya
memang dengan hati. Tulisan yang dihasilkan akan terasa hidup dan menyentuh
siapa pun yang membacanya. Namun, dalam praktiknya, tidak semua tulisan bisa
mengalir lancar saat ditulis dengan hati. Pikiran pun berperan penting.
Bedanya, jika menulis berdasarkan pikiran belaka, hasil tulisan akan kaku dan tak
bernyawa. Karena itu, dibutuhkan peran
hati dan pikiran saat kita menulis.
Kerangka tulisan
biasanya disusun berdasarkan logika berpikir.
Agar tulisan sistematis, perlu dipikirkan urutan penyampaian ide dalam
setiap bab sehingga tidak melompat-lompat atau tumpang tindih. Saat kerangka
tulisan atau dikenal juga dengan sebutan outline selesai, peran pikiran
digantikan oleh hati. Apakah sepenuhnya demikian? Ternyata tidak.
Kita bisa menyampaikan
kegelisahan hati atau rasa penasaran atau asumsi awal tentang suatu hal yang
menarik perhatian dalam kalimat utama. Di situlah peran hati. Selanjutnya dalam
menjelaskan isi kalimat utama, pikiran berperan mengatur keruntutan penyampaian
agar pembaca memahami ide-ide yang ingin kita sampaikan.
Maka dari itu, menulis
bukan aktivitas setengah hati atau setengah berpikir. Menulis adalah aktivitas
yang melibatkan hati dan pikiran bekerja sama; bersinergi agar tercipta karya
yang bisa memengaruhi dan memberi pemahaman terhadap pembacanya.
Apakah keterlibatan
hati dan pikiran berlaku juga pada karya fiksi? Jawabannya : tentu saja. Jangan
dikira menulis fiksi lebih mudah ketimbang menulis nonfiksi. Kesannya menulis
fiksi sama dengan bercerita pada diary. Padahal tidak demikian. Menulis fiksi
berarti membangun cerita berdasarkan delapan unsur intrinsiknya, yaitu alur,
penokohan, perwatakan, latar, gaya bahasa, sudut pandang, tema, dan amanat.
Delapan unsur intrinsik
itu wajib dipenuhi. Tak boleh ada satu pun yang tercecer atau sengaja
dihilangkan. Konflik, alur, dan ending cerita
menjadi tiga unsur yang wajib ditentukan saat kerangka tulisan dibuat. Mengapa
demikian? Agar kita tidak kebingungan menentukan cerita dan mengelola
konfliknya saat menulis secara utuh.
Fiksi identik dengan
rekayasa. Sebagian orang malah menganggap menulis fiksi bisa suka-suka kita
akan membuatnya seperti apa. Ternyata dalam proses kreatifnya tidak selalu bisa
suka-suka. Bukankah sebenarnya karya fiksi lahir dari kegelisahan para penulis
terhadap kondisi masyarakat? Jika ditelaah lebih dalam, karya-karya fiksi keren
yang berhasil memengaruhi peradaban manusia adalah buah kecerdasan dan
kekritisan para penulis menyampaikan sikapnya.
Semua ide yang tertuang
dalam tulisan diramu dengan kata hati sehingga menghasilkan karya yang bisa
menginspirasi sekaligus memengaruhi pembacanya. Tentu sebagian dari kita masih
ingat pengaruh karya Multatuli, Saijah dan Adinda, terhadap kebijakan
pemerintah kolonial Belanda. Karya yang menceritakan penderitaan masyarakan
Hindia Belanda akibat sistem tanam paksa memaksa Belanda menetapkan politik etis yang terdiri meliputi :
- Irigasi (pengairan), membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian.
- Emigrasi yakni mengajak penduduk untuk bertransmigrasi.
- Edukasi yakni memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan.
Meskipun tidak diterapkan sepenuhnya di lapangan, kebijakan politik etis ini sedikit banyak menimbulkan perubahan bagi masyarakat Hindia
Belanda.
Sementara di abad ke-21
ini, kita membaca lebih banyak buku yang berhasil menginspirasi dan memengaruhi
masyarakat. Sebutlah beberapa judul, seperti Saman, Laskar Pelangi series,
Hafalan Surat Delisa, Supernova series, Ayat- Ayat Cinta, Cantik Itu Luka, dan
sebagainya. Belum lagi ditambah judul-judul buku fiksi anak yang turut mewarnai
khasanah kekayaan alam pikiran para pembacanya.
Kecemerlangan
karya-karya itu berkat sinergi antara hati dan pikiran. Hati meenjadi pelita
bagi pikiran dalam menuangkan ide-idenya. Sementara, pikiran menjadi pengukur
keruntutan alur tulisan agar tetap logis dan runtut. Karena itu, dibutuhkan
konsentrasi penuh saat menulis. Aktivitas ini tak bisa dilakukan sambil lalu.
Saat jari-jari kita mengetik tuts-tuts keyboard, hati dan pikiran kita
mengumpulkan konsentrasi untuk menyusun kata dan menciptakan alur yang
sistematis, hidup, dan logis.
Agar bisa fokus
menulis, beberapa hal yang harus disiapkan dan dilakukan
- Kondisi fresh saat hendak menulis.
- Minum air putih yang cukup.
- Selesaikan dulu semua pekerjaan rumah.
- Pastikan Anda sudah banyak membaca bahan tentang tema yang akan ditulis.
- Singkirkan gawai dari jangkauan Anda.
- Menulislah di tempat sepi agar fokus Anda tidak mudah terganggu.
2 Anda yang rajin menulis
pasti bisa menambahkan jika ada yang kurang. Selamat melanjutkan menulis ^^
No comments