Tantangan Indonesia Persiapkan SDM Andal di Era Revolusi Industri 4.0

Pada Senin sore yang cerah di The Parlor Cafe Dago, saya bersama rekan-rekan blogger hadir dalam diskusi publik yang membahas tema kekinian, yaitu Penyiapan Sumber Daya Manusia dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Selain blogger, hadir pula perwakilan dari mahasiswa, ASN, dan elemen lain yang terkait dengan tema ini.

Mengapa saya menganggap tema ini kekinian? Karena kita memang ada di era dengan internet sebagai erpanglima. Dengan kata lain, kini warga dunia menggunakan internet dalam semua bidang kehidupan. Ketika industri mengandalkan internet, kecerdasan artifisial, dan mahadata, peradaban manusia memasuki era industri 4.0. Inilah yang disebut dengan Revolusi Industri 4.0.

Tema kekinian ini dibahas tuntas dengan menarik oleh para praktisi di bidangnya masing-masing. Sebelum diskusi dimulai, Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Bandung, Bapak Muchammad Naseer, S.Kom., M.T. membuka acara.


Pentingnya Pendidikan Vokasi

 Drs. Mujiyono M.M., sebagai Kepala Pusdiklat Industri, Kementerian Perindustrian (Kemenperin), memaparkan bahwa pertumbuhan industri ditentukan oleh tiga faktor, yaitu investasi, teknologi, dan sumber daya manusia (SDM).  "Penyediaan dan pembangunan SDM industri menjadi tugas dan fungsi pusdiklat industri Kementerian Perindustrian," jelas beliau. 

Agar SDM Indonesia mampu bersaing di era industri 4.0, pendidikan vokasi menjadi sangat penting. Hal itu ditekankan Bapak Mujiyono dengan logat Jatimnya yang kental, "Di Indonesia ini, pendidikan vokasi masih nomor 2 dibandingkan pendidikan akademis. Padahal yang dibutuhkan sekarang ini adalah kompetensi untuk bisa bersaing di kancah industri global."


infografis : kemenperin

Untuk itu, Kemenperin bekerja keras mempersiapkan SDM unggul agar mampu bersaing dengan negara lain dalam industri 4.0. Upaya itu ada dalam program persiapan satu juta tenaga kerja tersertifikasi. 


infografis : kemenperin

Saya cukup tercengang dengan penjelasan Bapak Mujiyono bahwa tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia ada di Karawang. Padahal Karawang termasuk salah satu pusat industri di Indonesia. Mengapa demikian? ternyata Jawabannya sudah jelas. Minimnya penduduk asli yang mempunyai kompetensi di dunia industri. Kondisi tersebut menyebabkan penduduk asli hanya menjadi penonton dalam hiruk-pikuk berjamurnya pabrik-pabrik di Karawang.  

Agar tidak menjadi penonton di negeri sendiri, Prof. Dr. Suhono Harso Supangkat, M. Eng. mengajak institusi pendidikan untuk menyusun kurikulum yang terintegrasi dengan realitas terkini, konteksnya adalah era industri 4.0. Di era ini, Internet of Things (IoT) tidak hanya menghubungkan manusia dengan  manusia untuk saling berkirim kabar atau relasi antara penjual dan pembeli. IoT kini menghubungkan benda dengan benda tanpa perlu campur tangan manusia.  

Tugas institusi meninjau kembali kurikulum pendidikan yang sudah dijalankan sejauh ini. Diharapkan di masa depan terjalin manunggaling manusia dan mesin. Meskipun ada IoT, kecerdasan buatan (artificial intelligence), dan mahadata (big data), SDM Indonesia tetap berperan dalam keberlangsungan dunia industri. Dengan kata lain, ada hubungan saling mengisi antara manusia dan mesin. 


Tenaga Kerja Sektor Industri Farmasi

Kurikulum yang terintegrasi dengan kebutuhan tenaga kerja di era Revolusi Industri 4.0 akan mencetak SDM berkeahlian khusus dan tentu saja kompeten di bidangnya. Salah satunya memenuhi kebutuhan tenaga kerja di industri farmasi. Seturut dengan yang disampaikan Ibu Nurlaela Arif, Head of Corporate Communication Bio Farma, sebagai industri farmasi, Bio Farma membutukan SDM andal di bidang- bidang ini :


  1. Farmasi
  2. Biologi
  3. Mikrobiologi
  4. Sistem Informasi
  5. Teknik Informatika
  6. Manajemen
  7. Hukum
  8. Analis kimia
  9. Analis kesehatan
  10. Veteriner
  11. Administrasi
  12. Teknik mesin

Industri Kreatif di Era Revolusi Industri 4.0

Ibu Ratna Utari Ningrum dari Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) memaparkan ada empat ruang lingkup industri kreatif, yaitu industri fashion,  industri kerajinan, industri animasi dan video, serta industri permainan interaktif. 

Sebagai negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia, industri kreatif berpeluang besar berkembang pesat. Apa pasal? Jumlah penduduk sebanyak 260 juta menjadi jaminan porsi pasar yang sangat besar di dalam negeri. Selain itu, keragaman sosiokultural masyarakat adalah sumber inspirasi yang tak ada habisnya bagi para pelaku industri kreatif dalam berkarya. Masyarakat sebagai konsumen bisa diarahkan untuk lebih memilih produk-produk lokal ketimbang mancanegara.

Di era Revolusi Industri 4.0 ini, Dirjen IKM harus terus berinovasi agar tidak ketinggalan zaman. Inovasi mutakhir yang dihasilkan Dirjen IKM adalah meluncurkan sistem database yang tersaji dalam profil industri, baik sentra maupun produk yang diintegrasikan dengan marketplace yang telah ada. Sistem ini disebut E-SMART IKM.

www.siswiyantisugi.com

Ibu Ratna menegaskan, Dirjen IKM sangat terbuka bagi pelaku usaha industri kecil dan menengah yang ingin mengikuti pelatihan E-SMART untuk usahanya. Hingga saat ini, peserta E-SMART datang dari seluruh Indonesia. Persebarannya bisa dilihat dari infografis berikut ini,



www.siswiyantisugi.com


Berani Hadapi Revolusi Industri 4.0

Pernyataan dari Ronny Sasmita, Direktur Eksekutif dan Pengamat Ekonomi dari EconAct menjadi renungan sekaligus motivasi bagi kita, masyarakat Indonesia. "Revolusi Industri 4.0 adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Yang bisa kita lakukan adalah mempersiapkan SDM sebaik-baiknya agar bisa bersaing di kancah industri global."

Siapkah Indonesia? Siapkah kita? Kesiapan itu diuji dalam sinergi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan pelaku usaha sebagai praktisi industri. Yang jelas, market tidak bisa berjalan sendiri. Tetap harus ada intervensi manusia dengan cara yang berbeda, tentu.



www.siswiyantisugi.com



No comments