Sore ini sebelum mengajar, saya
ada janji ketemu teman. Pilah-pilih tempat ketemu yang nyaman, dapet deh Pasar
Cisangkuy. Lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat saya mengajar. Dua tahun
lalu pernah makan di situ, banyak banget pilihan menunya. Pas lah untuk teman saya
yang hobi kuliner dan rajin memosting perjalanan wisata kulinernya di
Instagram.
Di buku menunya, ada ratusan menu
yang ditawarkan. Pantesan buku menunya tebel banget. Wajar sih, nama tempatnya
kan Pasar Cisangkuy. Lengkapnya Resto n Cafe Pasar Cisangkuy. Layaknya pasar,
rame dan rupa-rupa isinya. Setiap menu, ada fotonya. Bikin
cegluk..cegluk...Meskipun saya sudah makan siang, akhirnya tergoda juga pilih
makanan berat.
Pilah-pilih, buka halaman demi
halaman, mata saya tertumbuk pada menu sate taichan di Bandung. Sudah lama saya penasaran
dengan sate yang sedang naik daun ini. Pengin coba, tapi ga kesampaian juga.
Dengan mantap, saya pilih sate taichan. Sementara, teman saya masih bingung pilih menu. Ini pengin, itu
pengin. Laper mata bikin perut mendadak ikut laper.
Taraa! Sate taichan pun datang. Akhirnya
saya mencicipi sate taichan di Bandung. Setelah setahun terakhir ini hanya membaca cerita
yang berseliweran di televisi dan medsos. Penampilannya simple banget. Berbeda
dengan sate madura, sate padang, atau sate ambal favorit saya. Ketiga jenis sate itu berlimpah bumbu. Sementara, bumbu sate taichan ini
minimalis : garam dan air jeruk nipis. Perbedaan yang lain, sate taichan full daging. Jenis sate lain (biasanya) bercampur daging dan kulit.
Sepuluh tusuk sate, sejumput
sambal cabe rawit yang mantep pedesnya, sepotong jeruk nipis, sedikit acar
bawang merah, dan nasi putih. Sepaket sate taichan ditambah nasi putih harganya
Rp 35.000,00. Oh ya, karena belinya di kafe, harga segitu belum termasuk pajak...
Rasa asin langsung menyapa lidah
saya pada gigitan pertama. Saya kunyah pelahan menikmati dagingnya yang empuk.
Lama-lama terasa kesegaran jeruk nipis di lidah. Asin dan asam berbaur dalam
empuknya daging. Kesan pertama menjawab
penasaran saya. Oh, gini rasanya sate taichan, simple. Adanya sambal memberi
tambahan rasa pada sate. Yah, rasanya jadi ga cuma asin aja di lidah. Sebagai
pecinta sate khas Indonesia, rasa sate taichan tidak menantang di lidah.
Meskipun potongan dagingnya
tampak kecil-kecil dalam satu tusuk, sepuluh tusuknya tetap mengenyangkan. Ya
iya lah, sepuluh tusuk gitu lho. Eh, tapi itu untuk saya, entah kalau yang
makan terbiasa dengan porsi besar. Mungkin sepuluh tusuk sate taichan dianggap
sebagai cemilan hehe..
Minimalisnya bumbu sate taichan mungkin
tidak lepas dari asal-usul munculnya sate taichan di Indonesia. Mulanya adalah
seorang Jepang yang minta membumbui sendiri satenya saat ia memesan sate di
kawasan Senayan, Jakarta, setahun silam (Kompas.com, 15/10/2017). Karena
pelanggan ini dari Jepang, ia terbiasa dengan bumbu minimalis yang digunakan
pada masakan di negerinya. Ini hanya asumsi saya saja sih ^^
Meskipun bumbunya minimalis, sate taichan di Bandung tetap dicari penggemar wisata kuliner. Selain di Pasar
Cisangkuy, ada banyak tempat di Kota Bandung yang menjual sate taichan. Harga rata-rata sate taichan
berkisar 20 ribu – 35 ribu per porsi. Ada yang menyertakan acar, ada juga yang
hanya menyajikan sate taichan beserta sambal rawit. Ada pula yang menambahkan
bubuk penyedap di pinggir piring saji. Kalau dagingnya kurang gurih, bisa
dicocol ke bubuk penyedap lalu cocol ke sambalnya. Sedaap...
No comments