Mahapenting Smartphone dalam Aktivitas Kita

Awal September lalu, ponsel satu – satunya yang saya miliki untuk kesekian kalinya rusak. Kali ini layar sentuhnya yang bermasalah. Saya tidak bisa membuka aplikasi apa pun. Boro – boro buka aplikasi, layar sentuhnya bergeming saat saya geser ke kanan, kiri, atas, dan bawah. Saya langsung panik. Padahal semua pekerjaan ada di situ. Termasuk fasilitas yang amat vital, seperti transportasi daring.

Saya masih menimbang – nimbang memperbaiki layar sentuhnya di  layanan servis resmi atau di layanan servis umum. Kebetulan masa garansi ponsel saya sudah habis tujuh bulan lalu.

Dalam keseharian, sembilan puluh persen pekerjaan saya menggunakan ponsel. Termasuk mencari resep masakan, ponsel menjadi jujugan untuk membuka cookpad atau akun - akun masak di Instagram. Jadi, ponsel seperti menempel di tangan saya. Benda ini saya letakkan jika saya sedang fokus menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan saat bermain bersama batita saya.

Akhirnya saya pakai ponsel suami. Mereknya sama. Setelah sebulan memakai ponsel itu, eh dua hari lalu, layar sentuhnya bermasalah juga. Ini malah lebih parah. Kalau ponsel saya masih bisa menyala meski layar sentuh tidak berfungsi, ponsel ini malah tidak bisa keduanya. Saya mulai agak panik. Seraya mengecek catatan pekerjaan yang tenggat waktunya dalam seminggu ini, saya mencoba mencari cara agar ponsel tetap bisa berfungsi. Sayangnya gagal.

Akibat Smartphone Rusak


Akhirnya tiga hari terakhir ini saya menjalani hidup tanpa ponsel. Dalam ketidakberdayaan itu, saya menghibur diri sendiri. Ini waktunya cuti dari gadget, cuti dari baca info – info kerjaan, curhatan teman, atau gosip yang wara – wiri muncul di WAG Alumni kampus. Saya pun berpikir ini waktunya fokus pada buku – buku bahan tulisan yang selama ini hanya terbaca 2 – 3 lembar.

dok. justcreative.com
Saya merasakan tiga hari yang ringan. Di kala senggang, saya membuka kembali koleksi buku - buku resep masakan. Daya tariknya memang beda sih antara baca buku resep dan melihat resep di internet lewat ponsel.

Keadaan mulai terasa berkerikil ketika saya takbisa memesan jasa ojek daring. Ketika saya hendak berbelanja, saya melihat promo cashback, saya ingin, tapi sayang, ponsel rusak. Pun ketika saya akan mengecek mutasi rekening saya lewat ponsel, saya tersadar, ponsel rusak.

Saya teringat ada janji ketemu kawan lama yang datang dari Aceh minggu ini. Saat akan mengonfirmasi jadwal ketemuan, saya harus menelan pil pahit karena Whatsapp saya takbisa diakses.

Dominasi Smartphone

Saya kembali merenungkan mahapentingnya ponsel sebagai asisten pribadi. Empat hari saya tidak bisa buka Whatsapp untuk mengecek informasi seputar pekerjaan dan pesanan barang untuk toko online saya. Empat hari ini juga saya tidak bisa posting apa pun di 2 toko online saya di Instagram dan 1 akun pribadi . Empat hari ini saya benar - benar mengandalkan laptop saya sebagai media komunikasi dan informasi melalui surat elektronik. 

Sore tadi saya sedang berbelanja bersama batita saya saat hujan turun. Spontan saya hendak memesan jasa taksi daring untuk pulang. Ealah... baru ingat ponsel saya masih rusak. Akhirnya kami berdua duduk menatap lebatnya hujan sambil menikmati cemilan di tangan masing – masing. Cemilan ini pun sebenarnya ada promo cashback -nya. Sayang, kali ini saya takada dalam lingkaran kelompok yang menggunakan QR Code untuk bertransaksi.

Saya berharap ponsel yang saya beli dari salah satu toko online segera saya terima. Biarlah sindiran – sindiran tentang betapa bergantungnya manusia milenial terhadap ponsel mengenai saya. Bagaimana pun, ponsel memang menjadi bagian sangat penting dalam gerak langkah saya dan sebagian besar orang yang hidup di era Internet of Things. Bagaimana dengan Anda?


QR Standar Memudahkan Hidup Kita

Siapa yang tidak kenal dompet digital sekarang ini? Saya, Kamu, dan banyak orang di negeri ini pasti sudah sangat akrab dengan pembayaran digital. Varian pembayaran digital yang bisa kita gunakan banyak pilihannya. Sebutlah OVO, GoPay, Dana, LinkAja, dan sebagainya.

Saya termasuk pengguna aktif dompet digital. Mulanya, saya hanya menggunakan dompet digital ini untuk keperluan transportasi. Namun seiring berjalannya waktu dan makin gencarnya informasi tentang penggunaan dompet digital di banyak merchant, saya pun menggunakannya untuk berbelanja.

Yang paling seru sih kalau ada cashback atau potongan harga. Setiap mau belanja di suatu merchant, saya cek dulu ada cashback dari dompet digital yang mana. Kalau ada cashback-nya, saya langsung isi dompet digitalnya melalui m-banking. Terjadilah transaksi. Saya dapat barang atau jasa dan dompet digital saya tidak banyak berkurang karena ada cashback-nya. Begitulah prinsip ekonomi hehehe..

QR Code Payment Sebagai Metode Pembayaran

Dulu, waktu masih pakai dompet digital hanya untuk keperluan transportasi, saya tidak berurusan dengan Quick Response code payment atau yang kita kenal dengan sebutan QR code payment. Apa sih itu? QR code payment ini semacam barcode yang digunakan saat kita berbelanja menggunakan uang digital. Dengan kata lain, QR code adalah metode pembayaran uang tunai dengan memindai kode yang muncul di ponsel pintar milik kita.


dok. sindonews.com
QR code payment merupakan pengembangan dari QR code yang ditemukan Denso Wave pada tahun 1994. Awalnya QR code dipakai untuk pelacakan kendaraan, mengakses berita hingga pembayaran. Kini, di era industri 4.0., QR code payment menjadi tren dalam urusan transaksi yang cepat dan mudah.


Kelebihan dan Kekurangan QR Code Payment

Berikut ini beberapa kelebihan menggunakan QR Code Payment dalam urusan sehari – hari :

1. Lebih mudah digunakan
Cukup memindai code menggunakan ponsel pintar maka pembayaran sudah dilakukan. Biasanya saya pakai saat membeli tiket bioskop. Booking dulu di aplikasi tertentu, bayar pakai Dana. Setelah itu, kita menerima barcode yang akan kita pindai di mesin pemindai di bioskop. Barcode itulah yang disebut QR code payment.


2. Lebih responsif dibandingkan tap kartu
QR Code Payment lebih responsive ketimbang tap kartu elektronik atau e -money. Meskipun, misalnya, beberapa bagian kode ada yang rusak, QR Code masih bisa dibaca dengan baik oleh ponsel pintar saat dipindai di mesin pemindai.

Berbeda dengan tap kartu elektronik. Kadangkala kita tidak bisa membayar karena mesin pemindai gagal membaca kartu . Beruntung kalau bisa dibaca setelah men- tap 2 -3 kali. Repot bukan? Apalgi kalau antrean di belakang kita sudah mengular. 


3. Takperlu membawa dompet
Ponsel lebih penting ketimbang dompet memang ada benarnya. Kita bisa tetap bertransaksi hanya menggunakan QR Code Payment yang dikirim oleh merchant ke ponsel pintar kita. Dengan catatan, saldo dompet digital kita cukup untuk melakukan pembayaran.

Kelebihannya banyak, tapi kekurangannya tetap ada dong. Apa saja sih kekurangannya? 

1. Tetap bergantung pada sinyal operator telepon
Pastikan sinyal operator yang kita gunakan dalam keadaan lancar. Kalau sinyal buruk atau tersendat -sendat, transaksi QR Code Payment bisa gagal. 

2. Belum semua merchant menerima QR Code Payment
Sebelum memutuskan bertransaksi di suatu merchant, pastikan dulu merchant ini menggunakan metode pembayaran ini. Biasanya sih ada tulisan di kasirnya, seperti logo dompet digital.


QR Indonesia Standard dari Bank Indonesia

Era Industri 4.0. mendorong setiap orang untuk melek teknologi digital. Hal itu tidak hanya didukung oleh kecanggihan teknologi komunikasi, kemudahan bertransaksi menggunakan QR Code Payment bisa kita jumpai di banyak tempat. Bahkan di warung kelontong di dekat rumah kita, bayarnya bisa pakai QR Code Payment.

Apalagi Bank Indonesia sudah mengizinkan penggunaan QR Code Payment. Demi melindungi masyarakat dalam penggunaan metode pembayaran ini, BI merilis standar penggunaan QR Code Payment di Indonesia. Namanya QR Code Indonesia Standard (QRIS). Penerapan QRIS secara nasional akan mulai berlaku secara efektif pada 1 Januari 2020.

Langkah BI ini bertujuan #gairahkanekonomi di Indonensia. Karena itu, penting banget bagi kita #pakaiQRstandar. Supaya masyarakat mengenal metode pembayaran menggunakan QR Standar , Bank Indonesia menyelenggarakan Festival Edukasi Bank Indonesia #feskabi2019. Dalam festival ini, masyarakat bisa mengikuti workshop, talkshow, dan pameran UMKM. Selain itu, ada kompetisi video dan blog yang bisa diikuti masyarakat. #majukanekonomiyuk dengan mengedukasi masyarakat agar melek metode pembayaran digital melalui informasi yang disampaikan dalam video dan tulisan di blog kita. 





Wake Up Wakaf. Wakaf Produktif Mulai Rp 10 ribu Saja




Mulanya, saya mengira wakaf hanya bisa dilakukan dalam bentuk tanah atau bangunan. Makanya, seperti sebagian besar umat, saya pun menganggap wakaf hanya seputar 3M, yaitu masjid, madrasah, dan makam. Anggapan ini pula yang membuat saya berpikir masih jauh untuk berwakaf.

Wakaf  Produktif Dompet Dhuafa


Pemahaman itu berubah ketika saya bersama teman - teman blogger Bandung berkesempatan mengunjungi Kebun Indonesia Berdaya di Subang pada hari Kamis, 17 Oktober 2019. Agenda bertajuk Blogger Meet Up Waqf Productive Sharing Session & Visit ini mencerahkan kami tentang wakaf dan praktiknya.

Kami tiba di Kebun Indonesia Berdaya Subang sekira pukul 10.00 WIB. Minuman sari nanas dan berbagai cemilan serbarebus, seperti jagung, kacang, singkong, ubi jalar, dan pisang menyambut kami. Sembari menikmati jamuan tuan rumah, kami menyimak penjelasan tentang wakaf produktif dari Bobby P. Manulang sebagai GM Wakaf Dompet Dhuafa dan Kamaludin Manajer Program Ekonomi Dompet Dhuafa.

dok. Aswi

Bapak Bobby menjelaskan paradigma wakaf selama ini harus diubah karena itu paradigma yang keliru. Berwakaf tidak melulu seputar masjid, makam, madrasah, tetapi juga bisa berupa lahan produktif yang hasilnya memberdayakan umat secara berkelanjutan. 

Untuk itu, Dompet Dhuafa menamakan wakaf produktif ini dengan wake up wakaf. Gerakan membangunkan kesadaran kembali tentang wakaf yang objek -objeknya bisa dikelola secara produktif. Gerakan ini berangkat dari hakikat wakaf yaitu kegiatan produktif. Nah, seperti apa sih kegiatan produktif? Menurut Pak Bobby, kegiatan produktif bisa digambarkan dalam kegiatan menanam, memetik, dan mengelola.

Gerakan Wake Up Wakaf bisa dimulai dari Rp 10 ribu. Apaa? Iya, hanya dengan Rp 10 ribu, setiap muslim di negeri ini bisa berwakaf.  Jujur, ini kabar gembira buat saya dan ternyata teman - teman blogger lain pun demikian. Ada andalan saya di akhirat kelak : Rp 10 ribu untuk diwakafkan :)

Pengelolaan Wakaf

Dompet Dhuafa mengelola dana wakaf Rp 10 ribu itu dalam lahan seluas sepuluh hektare yang kami kunjungi setelah sesi sharing berakhir. Mulanya luas lahan adalah dua hektare pada tahun pertama gerakan wakaf ini dibentuk 2012. Seiring berjalannya waktu, waqif ( orang yang berwakaf) bertambah sehingga lahan pun semakin luas. 

Gerakan wakaf Rp 10 ribu ini bisa dilakukan baik secara individu maupun komunitas. Semakin banyak yang ikut gerakan ini semakin banyak lahan produktif menjadi aset umat. Dana wakaf yang terkumpul digunakan untuk memperluas lahan di seluruh wilayah di Indonesia, salah satunya di Kebun Indonesia Berdaya Subang. 

Gerakan Wake Up Wakaf juga menawarkan wakaf berjangka pada masyarakat. Wakaf berjangka menawarkan paket wakaf untuk lahan seluas 1000m2 senilai Rp 125 juta. Dompet Dhuafa mengeloa Rp 50 juta untuk pengolahan tanah berikut bibit dan pupuk. Dana Rp 25 juta digunakan untuk membangun keperluan lahan, salah satunya bungalow yang bisa digunakan waqif jika ingin melihat -lihat lahan yang sedang dikelola. Sementara dana Rp 50 juta bisa dikembalikan pada waqif dalam jangka waktu tertentu.

Kebun Indonesia Berdaya Subang

Kebun Indonesia Berdaya Subang merupakan bentuk wakaf produktif yang sudah dikelola selama tujuh tahun. Awalnya luas lahan di kebun ini dua hektare pada tahun 2012. Secara berangsur - angsur, luas lahan bertambah dari 5 ha kemudian 8 ha hingga 10 ha pada tahun 2019.

Kebun ini ditanami nanas dan buah naga. Saya melihat banyak pohon nanas yang sudah berbuah meski masih kecil -kecil buahnya. Sementara pohon -pohon buah naga masih sepi dari buah. Saya baru tahu juga kalau pohon buah naga itu seperti tanaman kaktus. Bedanya dahan pohon buah naga panjang - panjang dan lentur. Agar berdiri tegak, pohon ini disangga kayu.

pohon naga di kanan - kiri (dok.aswi)


Menurut Bapak Kamaludin, Manajer Program Ekonomi Dompet Dhuafa, selain menanam nanas, Dompet Dhuafa pun mengelola nanas sejak hulu hingga hilir. Nanas yang sudah matang dikupas lalu diolah menjadi essense nanas yang digunakan sebagai bahan campuran berbagai minuman yang membutuhkan rasa asam pada produknya. Ampas nanasnya diolah menjadi selai nanas. 

panas -panasan demi nanas (dok.aswi)
Untuk mendukung pengolahan nanas, Dompet Dhuafa mendirikan risin, yaitu rumah industri pengolahan nanas. Bangunan pengolahan nanas ini juga berasal dari wakaf. Saat ini, pembangunan risin sudah rampung, Rencananya pengolahan nanas akan dimulai awal tahun 2020 dan sudah ada pesanan dua puluh ton dari rekanan Dompet Dhuafa. Luar biasa!


rumah industri pengolahan nanas (dok: zhea)






Traveloka Experience Bikin Liburan Makin Berkesan



Travelling paling mengesankan yang saya alami adalah saat saya memutuskan travelling mendadak dan sendirian. Keinginan itu muncul begitu saja. Liburan sekejap ke Yogyakarta. Akhirnya setelah pengajuan cuti tiga hari disetujui, saya langsung mengecek ketersediaan tiket di  aplikasi Traveloka. Pas buka aplikasinya, mata saya langsung tertumbuk pada ikon baru. Tulisannya Traveloka Experience.




Dari informasi yang saya baca, Traveloka Xperience merupakan produk dan layanan baru dari Traveloka. Berbagai kebutuhan travel dan lifestye ada di Traveloka Xperience. Kita bisa menemukan berbagai jenis produk dan aktivitas liburan dan gaya hidup di Asia Tenggara mulai dari atraksi, bioskop, event, hiburan, spa dan kecantikan, olahraga, taman bermain, transportasi lokal, tur, pelengkap travel, makanan dan minuman, serta kursus dan workshop. Wah, yang terakhir ini saya suka sekali. Gimana pun, bagi saya, liburan bukan sekadar bersenang - senang, melainkan tetap harus ada tambahan ilmu.

Selain itu berbagai produk wisata yang ditawarkan, kita juga bisa menikmati ribuan pilihan pengalaman wisata di seluruh dunia yang didukung oleh metode pembayaran beragam, proses pemesanan cepat dan praktis, serta customer service 24/7. Semuanya tersedia dalam enam pilihan bahasa untuk memudahkan para penggunanya.


Penasaran ingin mencoba #XperienceSeru di Traveloka, setelah memesan tiket, saya juga memilih lokasi wisata yang akan saya kunjungi selama di Yogya serta workshop yang ingin saya ikuti selama liburan di sana. Semua saya lakukan di Traveloka Xperience dalam satu waktu.


Ternyata Traveloka memang serius kasih #XperienceSeru untuk customernya. Saya bisa mengakses Traveloka Experience dengan mudah, tanpa kendala berarti. Beragam pilihan dengan beragam harga membuat saya ingin mencoba semua. Karena cuti saya hanya tiga hari, saya harus bijak memilih lokasi dan agenda wisata yang cocok.

Kebetulan saya punya banyak teman yang menetap di Yogyakarta. Jadi, saya tidak perlu memikirkan akomodasi selama di sana. Saya bisa menginap di salah satu kost atau rumah salah seorang teman semasa kuliah. Jadi, saya bisa fokus pada anggaran jalan -jalan. Itulah pentingnya menjalin komunikasi dalam silaturahim. hehehe...

Karena saya berlibur di hari kerja, takada teman yang menemani. Ini pengalaman pertama liburan sendirian. Makanya saya pilih Yogyakarta karena sudah familiar dengan kota ini. Meskipun familiar, tetep aja perlu guide. Traveloka Xperience menjadi guide saya.

Kereta Lodaya jurusan Bandung – Solo yang saya naiki berangkat pukul 19.40 WIB. Kereta ini tiba di stasiun Tugu  Yogyakarta sekira pukul 03.00 WIB. Teman saya sudah standby di lokasi penjemputan. Mulanya saya tidak ingin merepotkannya menjemput di pagi buta. Rencananya saya akan menunggu subuh di stasiun. Setelah subuhan di musala, saya akan meneleponnya untuk jemput. Temanya tetep aja minta dijemput. Hahaha..

Ternyata Vivin, teman saya, sedang amat baik hati hari itu. Pukul 03.00 sudah nongkrong di Stasiun Tugu. Saya jadi terharu.. Kami bersahabat sejak ospek hari pertama di kampus. Kalau dihitung-hitung, sudah dua puluh tahun persahabatan ini terjalin. Terima kasih, Pin 😘

Setibanya di kost, kami ngobrol macam-macam hingga matahari terbit.  Hari ini saya berencana jalan-jalan ke Candi Prambanan. Saya sudah pesan tiketnya di Traveloka Xperience. Senangnya hati lihat harganya nggak mahal, dapat diskon pula. Ini yang saya suka! Banyak diskon di Traveloka Experience. hahaha #ketawabahagiabanget.

Perbedaan tarif antara turis lokal dan mancanegara memang jauh banget. Turis lokal bayar Rp 47ribu, sedangkan turis mancanegara bayarnya Rp 339.500,00. Itu pun sudah harga diskon. Cara pencetakan tiket yang dibeli di Traveloka sama seperti kita mencetak tiket -tiket lain yang kita beli lewat aplikasi. Saya memindainya lebih dulu lalu mencetaknya. Praktis dan aman dari kelalaian lupa taruh atau simpan tiketnya.

Jujur, lima tahun kuliah di Yogya, saya belum pernah benar-benar berwisata ke kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke- 9 Masehi itu. Tidak hanya itu, Candi Prambanan juga termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO. Sembilan belas tahun kemudian, saya baru berkesempatan melancong serius ke Candi Prambanan. Ealah..melancong serius..

Sebelum mengantar saya ke halteu Trans Jogja di jalan Solo, kami sarapan soto dulu. Saya lupa daerah mana. Yang pasti sedapnya soto itu masih bisa saya ingat sampai hari ini. Betapa berkesannya bukan? Bukaan …

“Ntar naik Trans Jogja jurusan Jombor, Gi.” Abis itu kamu bisa naik becak atau jalan kaki ke Prambanan,” ujar Vivin.

Ternyata Trans Jogja  yang saya naiki ini muter-muter dulu. Saya tidak ingat persis rutenya.  Bus ini juga singgah di Bandara  Adi Sucipto. Untungnya saya berangkat pagi. Jadi, hari masih termasuk pagi, sekira pukul 10.00 WIB saat saya tiba di terminal Jombor. Karena belum paham arah ke Candi Prambanan, saya memilih naik becak dengan tarif Rp 10ribu. Ternyata jaraknya dekat, jalan kaki juga ngga terasa capek.

Candi Prambanan dibuka untuk umum hari Senin - Minggu, pukul 06.00 WIB - 18.00 WIB. Kompleks Candi Prambanan sangat luas. Ada ratusan candi di sini. Sebagian candi ada yang sedang direnovasi. Nama - nama candi dipasang di pintu masuknya. Untuk mengelilingi kompleks, kita bisa menyewa sepeda. Ada sepeda tandem juga. Tarif sewanya Rp 25ribu / jam. 

Saya menjumpai Roro Jonggrang dan Batari Durga di salah satu candi dari 240 candi yang ada di kompleks ini. Ruangan dalam candi meski terbuka untuk umum rasanya kok tetap mistis ya? Ini perasaan saya saja sih . . .

Usai bersepeda, saya duduk - duduk di kursi - kursi yang disediakan di padang rumput di kompleks candi. Pengunjung bisa mengambil air mineral gratis sebagai pelepas dahaga. Suara gamelan sayup -sayup terdengar ditingkahi angin sepoi -sepoi. Suasana sejuk, tenang, dan damai. Inilah liburan yang menenangkan.



Karena piknik sendirian, otomatis ngga ada yang motretin setiap gerak langkah. Nggak papa sih, sejatinya wisata itu kan pengalaman batin; makanan spiritual. Ada atau tanpa foto - foto, kenangan yang tertinggal di hati lebih utama. Tapi, tetep aja sih perlu kenangan fisik. Kebetulan ada wisatawan lain yang mau mengambilkan foto. Foto cover tulisan ini satu -satunya foto yang saya punya selama menikmati kompleks Candi Prambanan.

Sebenarnya saya masih ingin berlama -lama di kompleks candi hingga senja tiba.  Malamnya saya bisa menonton sendratari Ramayana di pelataran candi. Sayangnya, hari itu tidak ada pentas. Padahal saya sudah mau beli tiketnya di Traveloka Experience. 

Layanan baru Traveloka ini mantap banget. Kita bisa mengakses informasi berbagai objek wisata yang ada di kota yang kita kunjungi. Banyak pilihan, banyak diskon, dan informasinya pun detail. 

Biar nggak penasaran, cuss ke aplikasi Traveloka lalu klik Traveloka Xperience. Tinggal kita siapin anggarannya aja. Makin tebel dompet kita, makin banyak yang bisa kita nikmati. Seru dan puas pokoknya. :)