Lima Langkah Antipanik Sikapi Pandemi Covid 19

Pandemi Covid 19 tidak bisa dipungkiri memengaruhi keseharian kita. Salah satunya keharusan melakukan social distancing yang kini WHO ganti menjadi physical distancing. Selain kebiasaan sehari -hari, pandemi Covid 19 juga memengaruhi kondisi mental kita.

Apakah kamu setuju dengan itu? Kalau saya sih yes karena banyaknya berita sekaligus beragam opini seputar Covid 19 sempat membuat saya khawatir terhadap ketidakpastian yang sedang terjadi.

Lima Langkah Antipanik Menyikapi Pandemi Covid 19
dok.unsplash


Supaya rasa khawatir itu tidak berlarut - larut, saya memutuskan membatasi waktu memperbarui berita - berita tentang Covid 19. Saya pun tidak lagi membaca semua opini yang dibagikan di WAG atau di medsos lainnya.

Pada awal kasus positif Corona merebak di Indonesia, saya rajin banget mantengin tv untuk menyimak berbagai informasi seputar penyakit ini. Di hari ke-22, pikiran saya mulai mendeteksi ada kepanikan terpendam yang saya rasakan.

Demi kewarasan, saya putuskan membatasi informasi yang masuk. Agar tidak terlalu tertinggal informasi, saya tetap rutin membaca koran pagi.

Saat mulai menyadari agak panik, saya sempat bertukar pikiran dengan Nino, teman semasa kuliah, membahas masalah ini.

Menurut Nino, pandemi Covid 19 memang memengaruhi kesehatan mental kita. Lalu lintas berita yang tidak mengenakkan membuat kita cemas, panik, dan stress. 

Meskipun kadar emosi - emosi negatif  itu tidak sama pada setiap orang, Nino yang juga calon doktor di bidang psikologi pendidikan ini memaparkan lima langkah yang bisa kita lakukan apabila mulai ada serangan panik. Apa saja sih?

Lima Langkah Antipanik Sikapi Pandemi Covid 19

1. Akui / sadari dulu kalau kamu mulai      panik.
"Oke, saya memang panik."
Lalu tanyakan pada diri sendiri penyebab rasa panik itu.
  • apakah karena kurang informasi?
  • apakah karena informasi yang menumpuk?
  • apakah karena informasi yang salah?
2. Cermati / cek asumsi yang membuat       panik.
Apakah asumsi itu benar? Dari mana asumsi itu muncul? Apakah dari berbagai opini yang kita baca atau informasi yang kita akses? 

Jika semuanya berasal dari informasi dan opini yang kita baca, Departemen Medik Kesehatan Jiwa RSCM - FKUI memberi saran begini :
  • Kurangi menonton, membaca, atau mendengarkan berita yang membuat kita cemas atau gelisah.
  • Carilah informasi dari sumber tepercaya.

dok: unsplash
  • Usahakan mencari berita hanya 1 - 2 kali dalam sehari dan pada waktu spesifik, misalnya pukul 7 pagi dan 7 malam.
  • Pemberitaan yang mendadak dan hampir terus menerus mengenai wabah akan membuat siapa pun cemas.

3. Beri kekuatan pada diri kita dengan       berbuat sesuatu

  • Buatlah daftar sumber kekhawatiran itu.

Lima Langkah Antipanik Menyikapi Pandemi Covid 19
dok. unsplash
  • Pelajari sumber kekhawatiran.
  • Dari daftar itu, mana saja yang bisa kita netralisasi atau kita cari jalan keluarnya.
4. Lakukan hal terukur atau hal yang kita bisa lakukan.
Misalnya untuk menghindari tertular Corona, kita bisa menerapkan standar kebersihan dan kesehatan maksimal kepada diri sendiri dan keluarga. Apa saja? 
  • rajin cuci tangan pakai sabun. 
  Sediakan fasilitas kebersihan maksimal di rumah, seperti sabun dan cairan disinfektan. Membiasakan      membawa dan menggunakan hand sanitizer jika sedang berkegiatan di luar rumah.


  • konsumsi vitaman dan makanan sehat. 
Sediakan suplemen untuk daya tahan tubuh. Ubah pola makan junk food menjadi pola makan sehat, lebih banyak sayur, buah, protein hewani yang rendah lemak dan kolesterol, serta air putih.
  • disiplin menerapkan physical distancing 

Lima Langkah Antipanik Menyikapi Pandemi Covid 19
dok.  Aljazeera.com
  Jaga jarak minimal satu meter saat harus beraktivitas di luar rumah. Untuk sementara waktu,                         sebaiknya hindari dulu salaman, cipika - cipiki, dan berada di kerumunan.
  • Tidak langsung menyentuh barang di ruang publik dengan tangan.
  • Tidak menyentuh wajah, mata, dan hidung.
  • Pakai masker seperlunya saja, saat kita sakit atau merawat orang sakit.
  • Patuhi imbauan pemerintah untuk tinggal di rumah demi menghambat persebaran Covid 19.

5. Untuk sisanya yang tidak bisa kita kendalikan, pasrah dan berdoa. 

Dua sikap ini merupakan ikhtiar dari banyak hal yang sudah kita lakukan sebelumnya. Pasrah bukan berarti diam. Pasrah dan berdoa merupakan wujud keyakinan bahwa semua yang terjadi adalah hal terbaik yang kita jalani sebagai individu, umat beragama, dan warga negara. 

20 comments

  1. Bangun tidur dan lupa kita sedang mengalami pandemi covid 19, rasanya kok pikiran enteng ya..

    ReplyDelete
  2. Bener Mba Sugi, harus ikhtiar dulu sebelum pasrah dan tawakal.
    Saya pun khawatir karena suami harus keluar cara mencari nafkahnya.

    Semoga semua pandemi ini segera berakhir, aamiin

    ReplyDelete
  3. Ada ikhtiar, kemudian tawakal. Begitu intinya ya Mba Wi. Hmmm, ini hari ke-12 kami sekeluarga mengarantina mandiri di rumah. Anak saya yg sulung sudah mulai bosan tingkat tinggi. Cuma bisa berdoa semoga corona ini cepat-cepat minggat dari Indonesia.

    ReplyDelete
  4. Pandemi ini benar- benar ngajarin kita banyak hal ya Mak. Yang kerasa banget di Ipeh ini, belajar ikhtiar yang optimal dan tetap tawakal dengan hasil yang allah kasih. Dan jadi rajin berdoa setiap pergi ke luar. Yang biasanya suka lupa berdoa saat masuk pasar. Ini jadi doa, banyak zikir dan minta pertolongan dan perlindungan.

    Semoga kita selalu berada dalam lindungan allah yaa Mak. Aamiin allahumma aamiin

    ReplyDelete
  5. Nah bener kalo kita panik.imunitas tubuh kita malah menurun ya kak .
    Jadi tetap tenang dan.lakukan apa yg kita bisa..setuju nih

    ReplyDelete
  6. Saya mulai paranoid. Sebagai satu2nya yang harus keluar masuk rumah. Walaupun sudah menerapkan social distancing, bawa hand sanitizer, masker dll.
    Kal

    ReplyDelete
  7. Saya mulai paranoid. Sebagai satu2nya yang harus keluar masuk rumah. Walaupun sudah menerapkan social distancing, bawa hand sanitizer, masker dll.
    Kal

    ReplyDelete
  8. Setuju, jangan panik dan Cari informasi yang benar. soalnya kalau salah mendapatkan informasi bisa gawat

    ReplyDelete
  9. Kalau kita panik kesehatan kita tiba-tiba menurun lho mbak. Itu yang saya rasakan di hari Senin kemarin. Saya merasakan batuk kering nggak banyak tapi lumayan ada, ada sesak nafas juga pokoknya ngarah gejalanya mengarah kesana.

    Lalu selama 3 hari saya stop buka sosmed, berita-berita negatif saya menikmati mengerjakan pekerjaan rumah sembari memastikan asupan vitamin C Saya cukup dan Alhamdulillah kemarin sudah merasa sehat.

    ReplyDelete
  10. bener banget ini mba, semoga pandemi ini segera berlalu ya dan Allah berikan kita perlindungan. Aamiin.

    ReplyDelete
  11. Nah Mbak Siswi... saya tuh rada panik jg kl informasi ttg Covid19 ini kebanyakan alias numpuk2 yah... yg satu rekomen rempah baik buat naikin imun ehh dapet share an lagi kl kunyit malah temennya Corona

    ReplyDelete
  12. Semoga semuanya segera berlalu . . . suasana seperti di sebuah negeri Asing

    ReplyDelete
  13. Poin pertamanya nonjok banget sih Mbak, memang kadang saat panik kita kesulitan mengakui kepanikan itu. Padahal katanya memahami masalah adalah sebagian dari solusi.

    ReplyDelete
  14. makasih sharingnya, semoag wabah ini cepat berlalu

    ReplyDelete
  15. Setuju mbak, kita jangan panik dengan virus ini, kita harus mencari informasi yang valid terlebih dahulu. karena kalo kita panik maka mudah percaya dengan berita hoax, iya kan mbak?

    ReplyDelete
  16. Saya termasuk yang panik banget mbak. Apa lagi pas diumumkan ada yang positif di daerah tempat tinggal saya. Garagara panik malah daya tahan tubub menurun dan sakit. Tapi untunglah cuma beberapa hari, saya usahakan berpikir positif lagi serta minum vitamin dan olahraga.

    ReplyDelete
  17. Bahkan kalo gak mengurangi paparan informasi covid-19, kita bisa terserang psikosomatis, baru sakit tenggorokan atau batuk dikit udah parno.

    ReplyDelete
  18. Kmrn ada yg nulis, kalo ga salah dokter. Dia cerita dari sekian banyak pasien yg di rawat, ada beberapa tipe. Ada yg memang kondisinya sudah gawat, dan ga bisa tertolong. Ada juga yg sbnrnya msh fase sangat awal dan chance sembuh besar, tapi tetep meninggal karena orangnya terlalu panik dan banyak berfikir yang negatif.

    Tapi ada tipe pasien yang sudah tua, selalu berfikir yg positif setiap diperiksa, mendengarkan murotal Qur'an ato membaca buku saat sedang senggang, dan ternyata pasien itu sembuh. Dari situ dia bisa melihat, bahwa pasrah, sabar, ikhlas, dan berfikir positif, selalu bisa jd obat penolong dalam kondisi seperti skr.

    Makanya aku skr sangat membatasi berita2 ttg covid ini mba. Takut pikiran jd terlalu stress. Aku cuma mau fokus untuk meningkatkan imunitas, banyakin sayur buah dan vitamin . Tp terlebih aku ga pengen stress. Krn itu cepet banget bikin bdn drop .

    ReplyDelete
  19. Intinya harus mengukur diri ya Mbak, karena yang tau kondisi diri kita ya hanya kita sendiri. Jangan terlalu memaksakan diri menonton semua berita jika memang tidak kuat. Thanks ya Mbak sharingnya

    ReplyDelete