Kenali 3 Dampak Pola Asuh Yang Salah pada Anak

Dalam pergaulan sehari-hari, kita pasti kerap berjumpa dengan anak-anak atau remaja yang sulit diatur. Dengan kata lain, perlu energi lebih untuk memahami mereka. Ternyata kondisi anak-anak ini dampak pola asuh yang salah sejak mereka batita. 

Mungkin sebagian dari kita menganggap usia batita belum termasuk usia pembentukan karakter. Anak dibebaskan berkelakuan sesuka hatinya. "Namanya juga masih batita, anak-anak memang begitu," itu apologi yang sering saya dengar dari orang-orang dewasa. 

Padahal setiap anak yang dilahirkan pada prinsipnya adalah tabula rasa. Ia serupa kertas kosong yang bisa ditulisi apa saja oleh orang tuanya. Isi tulisan atau gaya tulisan itu kita kenal dengan pola asuh. Dalam ilmu psikologi, kita mengenal empat jenis pola asuh. Otoriter, permisif, demokratis, dan pengabaian.

3 Dampak Pola Asuh Yang Tidak Baik Pada Karakter Anak

1. Pola asuh otoriter 

Pola asuh ini mudah dikenali dari penerapan aturan super ketat yang wajib dipatuhi anak. Dalam pola asuh otoriter, orangtua menuntut anak mematuhi semua aturan tanpa kompromi. Biasanya peraturan yang ketat ini bermuara pada tingginya harapan orangtua terhadap anak. 

Pada pola asuh otoriter, relasi orangtua dan anak cenderung berjarak dan dingin. Jika anak melakukan kesalahan, daftar hukuman sudah menanti. Tak ada mekanisme punishment & reward yang setara dengan perilaku anak.

Apa akibat dari pola asuh otoriter pada karakter anak?

Anak menjadi tertekan, tidak bisa menyampaikan perasaan dan pikirannya secara terbuka, cenderung menarik diri dari pergaulan, atau malah menjadi pemberontak di luar rumah. Bahkan pada banyak kasus, anak -anak yang dibesarkan secara otoriter berisiko terjerat penyalahgunaan narkoba. Mereka membutuhkan pelarian yang menenangkan jiwanya dari obat-obatan. Pada kasus lain, anak produk pola asuh otoriter mengalami gangguan mental dan perilaku agresif.

2. Pola asuh permisif

Pola asuh ini berlawanan dengan pola asuh otoriter.

KEYWORD
KEYWORD

No comments