Kegigihan Ibu Yati, Mitra Amartha Microfinance, Perajin Krupuk Mie dari Cimaung

Amartha Microfinance peer to peer landing

Ada yang berbeda di hari Jumat sore minggu lalu. Sesorean itu saya tidak hanya menunggu datangnya senja di teras rumah. Biasanya sembari menunggu semburat mentari berwarna jingga, saya menyirami tanaman-tanaman hias di beranda.

Jumat siang itu saya bersama teman blogger dan tim Amartha Microfinance bergerak menuju Cimaung. Untuk kamu yang sama sekali belum familiar dengan namanya, kamu bisa googling saja. Klise sekali jawaban saya :D

Cimaung adalah nama kecamatan di wilayah Kabupaten Bandung. Letak Cimaung ada di jalur penghubung Banjaran dan Pangalengan. Jarak Cimaung ke Soreang,  ibu kota Kabupaten Bandung sejauh  16 km. Apabila dari Kota Bandung, kita harus menempuh jarak 25 km. 

Perjalanan ke lokasi yang dituju di Kecamatan Cimaung lancar tak kurang suatu apa. Kami berangkat dari kawasan Trunojoyo menuju Tol Pasteur.  Sekira 1 jam 15 menit kami keluar dari Tol Seroja. Selepas dari jalan tol, hijaunya pesawahan dan perkebunan menjadi teman seperjalanan kami. 

Petunjuk di Google Maps membawa kami memasuki jalan masuk permukiman. Taksi online yang kami tumpangi berhenti lalu parkir di lahan kosong. Tempat parkirnya ada di samping rumah yang kami tuju.

Kami memasuki halaman rumah bercat hijau milik Ibu Yati. Salah seorang Mitra Amartha yang sudah enam tahun menerima bantuan pembiayaan modal usaha. Ibu Yati sendiri yang menyambut kami. Ia mengajak kami masuk ke ruang tengah.

Di ruang depan, krupuk-krupuk mie warna kuning  sudah dikemas rapi dalam plastik besar.  Setiap lima plastik besar diikat tali rapia supaya lebih mudah dibawa. Banyaknya krupuk mie di rumah itu sudah menjelaskan Ibu Yati adalah perajin krupuk mie.

Amartha Microfinance
krupuk-krupuk mie siap dipasarkan

Awal Mula Ibu Yati Bergabung Menjadi Mitra Amartha Microfinance

"Dulu awalnya suami saya kerja di pabrik krupuk di Karawang. Setelah lama kerja di sana, ternyata banyak orang yang perlu kerupuk matang. Untuk memenuhi permintaan tersebut, suami resign lalu bersama saya membeli krupuk mentah kemudian kami goreng sendiri. Selanjutnya dijual kepada orang-orang yang perlu krupuk matang," jelas Ibu Yati tentang cerita awal terjun di produksi krupuk.

Amartha Microfinance
Tim Amartha dan Blogger menyimak kisah Ibu Yati

Lama-lama, saya mencoba peruntungan membuat krupuk sendiri. Bahannya tepung aci, pewarna makanan, dan garam. Kebetulan banyak yang suka krupuk buatan saya. Apalagi setelah suami juga menawarkan krupuk-krupuk ini ke Karawang. 

Karena banyak permintaan krupuk, saya perlu tambahan modal. Saya ketemu Teh Juli dari Amartha. Teh Juli menjelaskan Amartha bisa memberi pinjaman modal untuk usaha saya. Kelebihan Amartha juga tidak ada potongan waktu pinjaman cair. 


Tahun pertama, saya mendapat pinjaman Rp 3 juta. Sekarang sudah tahun ke-6, saya bergabung dengan Amartha.  Di tahun ini, saya mendapat pinjaman Rp 6 juta. 

Alhamdulillah berkat pinjaman modal dari Amartha, saya bisa menambah pengadaan bahan produksi, seperti tepung aci (tepung kanji). Sehari saya perlu 3 kuintal tepung aci untuk produksi 5 kuintal kerupuk mie. 

Saya membuat krupuk dibantu enam pekerja. Pembuatannya mulai pukul 10 pagi sampai 9 malam. Setelah siap dipasarkan, suami dan anak sulung saya mengantarkan kerupuk ke kios-kios di Pangalengan.

Kami sudah mempunyai partner kios sebanyak sepuluh kios. Selain itu, ada sepuluh  pedagang keliling yang mengambil krupuk mie kami setiap hari. Suami juga memasarkan krupuk ini ke Karawang. Di sana sudah ada beberapa kios yang menjadi langganan kami.

Perkembangan Terkini Usaha Ibu Yati setelah Bergabung dengan Amartha Microfinance

Setelah enam tahun menjadi Mitra Amartha, Ibu Yati berhasil mempunyai empat mesin pembuatan krupuk mie. Tak hanya jumlah mesin produksi yang bertambah, Ibu Yati juga bisa mengelola modalnya untuk belanja bahan-bahan produksi. 

"Alhamdulillah modal dari Amartha sangat membantu usaha saya. Sekarang saya ngga bingung lagi kalau banyak pesanan krupuk. Modalnya cukup termasuk bisa mengatasi harga-harga bahan produksi yang naik turun," ujar Ibu Yati sumringah.

Senada disampaikan suami Ibu Yati, "Mudah-mudahan di pinjaman selanjutnya, pengajuan penambahan modalnya di-acc."

Mitra Amartha Microfinance
proses menggoreng krupuk mie menggunakan garam pindang

Sistem pembiayaan modal di Amartha diberikan setahun sekali pada Mitra. Perpanjangan kerja sama juga penambahan jumlah modal yang diberikan bergantung pada track record nasabah membayar cicilan juga perkembangan kondisi usahanya.

Ibu Yati menjadi salah satu contoh Mitra Amartha yang berhasil mengelola modal sehingga usahanya terus berkembang. Kini Ibu Yati sudah dipercaya mengelola dana sebesar Rp 6 juta yang dicicil setiap minggu sebesar Rp 160 ribu selama 50 minggu. 

Di daerah tempat tinggal Ibu Yati, sebagian besar warganya juga berjualan kerupuk. Dari 1 RT, ada 15 orang yang memproduksi krupuk mie serupa. 

Harapan Ibu Yati untuk Usahanya di Masa Depan

"Ke depannya, ibu ingin usaha krupuk ini seperti apa? Masih tetep lanjut dengan Amartha?" tanya Shiva, PR Manager Amartha.

"Saya inginnya jualan krupuknya lancar terus.  Inginnya bisa terus lanjut sama Amartha.  Anak sulung saya ingin buka toko khusus krupuk. Mudah-mudahan Amartha bisa menambah pinjaman modalnya supaya bisa buka toko di Pangalengan," harap Ibu Yati menutup obrolan kami sore itu.


Mitra Amartha Microfinance
Ibu Yati bersama Bussiness Partner & Blogger


No comments