10 Tanda Inner Child Kamu Belum Benar-Benar Pulih

 
inner child di usia dewasa
dok.freepik/pch.vektor

Beberapa waktu lalu saya sempat membaca di salah satu platform tanya jawab tentang laki-laki yang belum pulih dari inner child-nya. Yang menceritakan kembali kondisi laki-laki itu adalah istrinya. Sang istri bercerita tentang suaminya yang setiap hendak makan atau minum sesuatu, selalu minta izin dulu. Bahkan itu selalu terjadi setiap ia hendak mengambil makanan/minuman. Lima kali ia mengambil cemilan, lima kali pula ia akan bertanya, "Aku boleh makan ini, nggak?"

Mulanya sang istri menganggapnya angin lalu. Ia menganggapnya becanda belaka. Namun, seiring berjalannya waktu, sang istri mulai merasa ganjil dengan kebiasaan itu. "Ini bukan becanda, tapi ada yang kurang beres dengan suamiku."

Alhasil, suami istri ini pun berbicara dari hati ke hati. Suaminya pun menjelaskan alasan sikapnya demikian. Ternyata semasa kecil, suaminya pernah melihat kekerasan ayahnya kepada kakak sulungnya. Kebetulan waktu itu sedang ada acara masak-masak untuk hajatan 

Saat ia dan kakaknya sedang menikmati makanan, ayahnya langsung marah melihat kakaknya. 

"Kamu ini makan terus. Cepet keluar!" Bentak sang ayah sambil membanting piring yang dipegang kakaknya.

Kakaknya langsung keluar meninggalkan makanan yang sedang disantapnya. Wajahnya tampak sedih, sorot matanya layu sekali. Suaminya mendadak kehilangan selera makan. Di alam bawah sadarnya, sang suami pun merasa amat  terluka melihat perlakuan ayahnya tadi.

Peristiwa yang meninggalkan luka batin terdalam saat usianya masih kanak-kanak disebut inner child. Untuk sebagian orang, inner child yang dialaminya bisa terus terbawa hingga ia dewasa.

Sejatinya, setiap orang punya inner child. Pernyataan itu disampaikan Rosalina Verauli, MPsi,  dalam suatu kesempatan. Namun, tidak semua orang berhasil melepaskan diri dari inner child. Seperti apa orang-orang yang belum tuntas dengan luka-luka inner child-nya?

10 Tanda Inner Child Kamu Belum Benar-Benar Pulih

1.  Kesulitan dengan batasan

Kalau kamu seringkali kesulitan mengatakan TIDAK kepada orang lain yang memanfaatkan kondisimu, kamu ada di kelompok ini. Biasanya tipe ini cenderung menempatkan kebutuhan dirinya di urutan kedua. 

2. Harga diri yang buruk

Selalu menganggap dirinya kurang; tidak mampu melakukan banyak hal hingga berkembang ke masalah citra tubuh bahkan gangguan makan. Intinya sih tidak percaya diri akut.

3. Krisis Identitas

Kamu terbiasa mengubah sikapmu di sekitar orang lain sehingga kamu bahkan tidak mengenal dirimu sendiri.

4. Sangat kompetitif

Harus selalu menjadi yang terbaik dan di posisi nomor satu. Kamu sangat sulit menerima kegagalan. Bagimu kegagalan bukanlah pilihan. 

5. Obsesif dan needy

Kamu selalu berusaha menjadi orang yang menyenangkan bagi semua orang supaya mereka selalu ada di sekitarmu.

6. Kesulitan dengan emosi

Kamu mungkin mengalami kesulitan mengendalikan amarah, mudah menangis, berusaha menghindari konflik, atau silent treatment saat bertengkar. Kamu cenderung berperilaku pasif-agresif atau terlalu agresif. 

7. Rawan kecanduan

Kamu mudah terikat pada narkoba, alkohol, perjudian, rokok, pornografi, atau kecenderungan obsesif lainnya. Sangat penting bagimu menerima aliran hormon "feeling good"

8. Menghindari orang lain

Kamu memiliki ketakutan atau kecemasan saat berhadapan dengan atau berada di sekitar orang lain. Bisa jadi ini hanya kecemasan dengan banyak orang dalam situasi sosial. Kamu cenderung menjadi orang rumahan.

9. Pemberontak

Kamu mungkin hanya merasa bersemangat dan ingin unjuk diri ketika berada dalam situasi konflik. Kamu mungkin berusaha keras untuk memusuhi orang lan atau memulai pertengkaran.

10. Cemas dengan pengalaman baru

Kamu mungkin perlu tetap pada rutinitas dan jadwal yang konsisten karena kamu akan merasa cemas ketika keadaan berubah. 

Menyadari tanda inner child terluka lalu mencari bantuan untuk memulihkan luka amatlah penting. Sebagai individu, kita tentu harus bisa membangun relas yang baik dengan orang lain, terutama pasangan. Begitu pula sebagai orangtua. Kita tentu tidak seharusnya mewariskan luka batin di masa kecil kepada anak-anak kita.

Salah satu media yang membahas seputar inner child adalah beranda.co.id. Ada salah satu artikelnya membahas mengenai pengertian dan cara mengatasinya agar tidak terbelenggu oleh luka-luka inner child. Tulisan yang penting dan perlu untuk memperkaya wawasan kita tentang penanganan tepat sikapi luka-luka inner child, seperti tulisan yang sedang kamu baca ini. Semoga bermanfaat :)




No comments