dok.instagram.com/fahry_purnama |
Era digital memang sudah semakin mengemuka. Orang-orang pelahan tapi pasti mulai berpaling pada digitalisasi dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satunya berpaling dari kertas. Orang-orang lebih memilih menggunakan surat elektronik atau berkirim pesan lewat Whatsapp. Begitu pula tren membaca buku, majalah, atau koran sudah beralih ke buku digital atau koran digital alias portal berita.
Namun demikian, sampah kertas ternyata masih banyak. Hal itu diakui Fahri Purnama, Sarjana Teknik Kimia Unsyiah, Aceh, yang tergerak memanfaatkan serakan sampah kertas di sekitarnya. Fahri yang pada masa itu masih berstatus mahasiswa semester akhir terpikir untuk menjual sampah-sampah kertas itu. Ia berencana akan menggunakan uang hasil penjualan untuk membelikan adik-adik di pedalaman Aceh sepatu dan tas.
Dialog Istimewa Pencetus Ide Manfaatkan Sampah Kertas
Fahri, pemuda kelahiran Negeri Serambi Mekah bercerita bertemu seorang anak laki-laki berpakaian perempuan.
"Usiaku ketika itu tepat 25 tahun. Dengan izin Allah, aku dipertemukan dengan anak laki-laki yang memakai baju perempuan." cerita Fahri yang lahir pada tanggal 16 Maret.
"Anak laki-laki itu bercerita orangtuanya tidak sanggup membelikan ia baju sehingga anak ini harus memakai baju kakaknya," sambung Fahri.
Fahri menganggap pertemuan itu adalah pertemuan yang sangat istimewa. Ia meyakini itu semacam dialog dari Allah untuk membuka matanya bawah banyak adik-adik khususnya di daerah pedalaman Aceh menjalani hidup demikian.
Adik-adik ini bahkan tak mempunyai fasilitas untuk sekolah, seperti abju dan sepatu. Tak hanya itu, kualitas guru dan motivasi anak-anak pun sangat rendah. Kondisi yang sangat menyentuh hati Fahri. Apa yang bisa ia lakukan untuk membantu anak-anak ini?
Sekitar awal tahun 2018, Fahri mulai menemukan jalan terang. Mulanya ia melihat banyaknya sampah kertas yang terbuang percum. Melihat serakan sampah dan rencana penanganannya, Fahri menawarkan pada masyarakat agar menyumbangkan sampah kertasnya .
"Sumbangan sampah kertas dari masyarakat tersebut merupakan tindakan menjaga lingkungan dengan mengolah sampah. Selain itu, bisa menjadi amal jariyah untuk mereka, " jelas Fahri.
Fahri pun membentuk Pesawat Kertas pada tahun 2018. Ini adalah komunitas sosial yang digagas Fahri bersama teman-temannya. Pesawat Kertas ini mencetuskan "Beasiswa Sampah" bagi murid-murid tidak mampu di Aceh.
Beasiswa Sampah Bantu Anak-Anak Aceh Tetap Sekolah
Sebelum Beasiswa Sampah terwujud, Aceh dikenal dengan berbagai stigma negatif. Beberapa label itu di antaranya adalah provinsi termiskin di Sumatera dan provinsi dengan tingkat pendidikan rendah.
Stigmatisasi itu memotivasi Fahry untuk membantu anak-anak kurang mampu agar bisa bersekolah dengan layak dan menggapai cita-cita mereka. Hal yang paling menarik Fahry adalah saat bertatap muka langsung dengan anak-anak ini. Fahry memanggil mereka "adik-adik".
Sorot mata, suara, bahkan senyum adik-adik ini acapkali membuat Fahry meneteskan air mata. Rasa iba yang sangat serta syukur yang ia panjatkan kepada Tuhan atas keberuntungan yang Tuhan berikan dalam kehidupannya.
"Saya kerapkali bersyukur betapa beruntungnya kita yang bisa mendapat akses dengan segala kemudahannya. Saya tidak pernah menyangka bahwa ternyata sampah kertas bisa begitu berarti membuat anak-anak tersenyum dan semangat sekolah, "kisah Fahry penuh haru.
Kepedulian terhadap masa depan anak-anak inilah membuat Fahry dan teman-temannya mendirikan komunitas Pesawat Kertas. Semua sampah kertas yang dikumpulkan komunitas ini berhasil memberikan beasiswa pada anak-anak kurang mampu di Aceh untuk kembali bersekolah.
Orangtuanya sempat ragu dengan kegiatan Fahry. Mereka mulanya berharap Fahry bekerja di perusahaan seperti yang dilakukan para sarjana teknik pada umumnya. Berkat kesungguhannya, Fahry membuktikan pada orangtuanya semua yang ia lakukan tak sia-sia.
"Allah Mahabaik. Dia menjawab semua keraguan orangtua saya dengan lima penghargaan di tahun yang sama. Salah satunya saya ke Spanyol selama satu bulan mewakili komunitas Pesawat Kertas yang didirikannya,"jelas Fahry.
Penghargaan Internasional sebagai Apresiasi terhadap Beasiswa Sampah Gagasan Fahry Purnama
Gagasan Beasiswa Sampah yang dipelopori Fahry mendapat apresiasi luar biasa, baik dari pemerintah maupun lembaga sosial internasional. Atas gagasannya yang sudah terealisasi tersebut, Fahry terpilih sebagai penerima penghargaan (awardee) Sustainable Development Goals Pemuda Indonesia Penggerak Perubahan (SDGPIPE) Tahun 2019 bersama sembilan pemuda lainnya dari Indonesia.
Atas prestasinya tersebut, Fahry mengatakan pencapaian ini tidak terlepas dari kontribusi tim Pesawat Kertas dan partisipasi masyarakat Aceh dalam mendukung gerakan Beasiswa Sampah tersebut.
Atas prestasinya tersebut, Fahry mengatakan pencapaian ini tidak terlepas dari kontribusi tim Pesawat Kertas dan partisipasi masyarakat Aceh dalam mendukung gerakan Beasiswa Sampah tersebut.
No comments