Nordianto Gagas GenRengers demi Selamatkan Anak Muda Kalimantan Barat dari Bahaya Pernikahan Dini

 

dok.jayakartanews.com

Tahukah kamu? Pernikahan dini menimbulkan gangguan kesehatan reproduksi dan kesehatan mental (psikologi) bagi anak? Pengetahuan ini seharusnya mejadi common sense bagi semua orangtua di negeri ini bahkan di mancanegara, terutama negara berkembang.

Sayangnya, masih sangat banyak kalangan yang menganggap dampak pernikahan dini sebagai angin lalu. Kita masih banyak menjumpai atau mendengar kabar anak-anak usia sekolah dasar dinikahkan orangtuanya atas berbagai alasan. Yang paling sering sih alasan ekonomi. Alasan kedua adalah tradisi suatu suku tertentu.

Kegelisahan masih maraknya pernikahan dini dirasakan Nordianto. Pernikahan dini menjadi isu tersendiri di Kalimantan Barat. Hingga tahun 2014, menurut Nordianto yang kelahiran tahun 1994, Kalimantan Barat termasuk daerah dengan angka pernikahan anak sangat tinggi. “Kalimantan Barat termasuk tiga besar provinsi di Indonesia saat ini,” jelasnya.

Selain itu, kegelisahan terbesar berangkat dari cerita ibunya sendiri tentang penderitaan beliau menikah di usia muda. Ibunya berandai-andai seandainya tidak menikah muda, tentu ibu akan mempunyai kehidupan lebih baik; menjadi orang yang lebih sukses. 

"Belum lagi ibu saya sering sakit-sakitan karena hamil di usia muda, berkali-kali keguguran, dan banyak faktor lain yang membuat kesehatan reproduksinya menurun," cerita  Nordianto yang biasa disapa Anto.

Nordianto Penggagas GenRengers Educamp

Karena sang ibulah, Anto menggagas GenRengers Educamp pada tahun 2016. Sebuah program berkemah yang bertujuan memberikan edukasi dan pelatihan kepada remaja. Melalui GenRengers Educamp, Anto tidak langsung melarang anak muda menikah. Namun, ia mengajarkan berbagai hal mengenai kesehatan reproduksi, bahaya seks bebas, dan pentingnya kemandirian ekonomi dalam rumah tangga

Anto berharap melalui GenRengers Educamp,  anak muda mampu menyerap informasi kemudian menyadari sendiri dampak buruk pernkahan dini. Anto tidak hanya memberikan pelatihan dan edukasi pada peserta GenRengers Educamp, tetapi juga menekankan tujuan dari kegiatan tersebut adalah melahirkan kader-kader lokal yang bisa meneruskan informasi ini di lingkungan mereka masing-masing. 

Dengan kata lain, GenRengers Educamp menjadi salah satu upaya menekan pernikahan usia muda serta memberdayakan anak muda bangsa agar dapat menjangkau massa lebih luas. Inputnya tentu saja pesannya tersampaikan lebih luas, pernikahan dini dapat dicegah dan makin berkurang.

Keseriusan Anto mengampanyekan dampak negatif pernikahan dini membuat pria asal Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat ini menerima penghargaan dari SATU Indonesia Awards. Penghargaan ini diselenggarakan oleh PT. Astra Internasional. Sebelum menerima SATU Indonesian Awards, Anti menjadi delegasi Asia-Pasifik untuk kegiatan Indigenous People Youth Conference di Rio De Janeiro, Brasil. Pada event tersebut, Anto menyampaikan pandangannya terkait pernikahan dini.

Hal yang paling penting dari kerja kerasnya memberikan penyuluhan dampak negatif pernikahan dini kepada anak-anak muda di Kalimantan Barat adalah diselenggarakannya program educamp tersebut di 14 kabupaten/kota di Kalimantan Barat. Bahkan hingga tahun 2019, kegiatan educamp ini sudah menjangkau ke berbagai kabupaten dan direduplikasi di lima provinsi. Selain itu, Anto juga sudah mempunyai sekitar 20 relawan inti yang tergabung dalam tim inti GenRengers Educamp.

Kiprah Anto tidak berhenti di Kalimantan Barat. Anto pun memperluas jangkauan kepeduliannya hingga ranah internasional. Kini ia menjadi volunteer program European Union sebagai pengajar Cross Cultural Understanding di Polandia. Anto yang juga Presiden Forum Generasi Berencana Indonesia berharap anak muda Indonesia mempunyai kepedulian serta merespons permasalahan di sekitarnya dengan bijak. 

Seperti yang sudah diusahakannya sejak tahun 2016, Anto ingin anak muda mampu menyelamatkan dirinya sendri dan anak Indonesia lainnya agar bisa meraih mimpi tanpa harus terjerat ikatan pernikahan dini yang rawan masalah psikis dan fisik. 

No comments