Women Are Always Right


       Kelvin sangat menyayangi Mila. Perjuangannya mendapatkan hati Mila pun sangat sulit. Sebagai junior di kampus, tentu takmudah bagi Kelvin mendekati gadis itu. Selain cantik, ia juga senior Kelvin di kampus. Namun berkat kegigihannya, hati Mila pun luluh menerima cinta sang junior.
Meskipun menganggap love at the first sight sebagai mitos, Kelvin mengalaminya saat jatuh cinta pada Mila. Ia langsung terpesona pada mahluk super manis yang berdiri di depannya.  Saat itu, ia sedang berbaris di masa ospek sebagai mahasiswa baru. Gara-gara tepergok gagal fokus, Kelvin pun kena sanksi dari senior pemandunya.
Kelvin dan  Mila adalah tokoh utama dari film Mars Met Venus produksi MNC Production. Komika Ge Pamungkas berperan sebagai Kelvin. Sementara, Mila diperankan Pamela Bowie, aktris pendatang baru yang juga bermain di beberapa sinetron di televisi. Film berdurasi hampir 120 menit ini berisi flashback perjalanan cinta Kelvin dan Mila yang diceritakan dalam vlog yang dibuat selama lima hari.

foto pribadi

 Film dibuka dengan proses pembuatan vlog. Vlog ini dibuat untuk merayakan hari jadi sekaligus sebagai video prewedding mereka. Pertanyaan pertama di vlog hari pertama adalah “apakah itu cinta?”
Sepasang kekasih ini pun berdebat panjang tentang definisi cinta yang mereka pahami. Adu argumen pun dimenangkan Mila. Kelvin memilih mengalah demi cinta. Ealah . . .
Sosok Kelvin yang sering tak berdaya saat berbeda pendapat dengan pacarnya tampak melekat dalam akting Ge Pamungkas. Gaya bicara Kelvin yang sangat ekspresif pun tidak berbeda jauh dengan gaya bicara Ge Pamungkas di setiap acara standup comedy.
Bagaimana dengan Mila? Sosok cewek jutek, tapi melankolis ini diperankan apik oleh Pamela Bowie. Cara Mila bersikap menegaskan bahwa postulat women always right memang begitulah adanya.
Salah satu contohnya ketika sepasang kekasih ini sedang bercengkrama di suatu kafe. Kelvin melihat seorang wanita berpakaian minimalis melintas di depan meja mereka. Kelvin mencuri-curi pandang kepada wanita itu sembari melirik Mila yang sibuk makan.
Tiba-tiba Mila bertanya,”Seksi mana aku dengan dia?”
            “Seksi kamu dong,sayang,” ujar Kelvin cari aman.

http://www.indonesianfilmcenter.com/images/gallery/galIdFC_02082017_69511_thumb.jpg
foto indonesianfilmcentre.com
                Jawaban Kelvin malah menyebabkan Mila gusar. Ia pun memanggil wanita itu untuk duduk bersama mereka. Tentu saja si Mbak seksi ini menolak halus. Mila tidak menyerah. Ia memaksa Kelvin memotret wanita itu. Kelvin yang tidak menyangka respons Mila akan sereaksioner itu menjadi panik. Ia pun memotret seperti yang diperintahkan Mila. Eh, Mila malah makin gusar karena Kelvin memotret wanita itu. Ternyata perintah memotret itu hanya gertak sambal. Mila pun merajuk. Akhirnya sekuat tenaga Kelvin membujuk kekasihnya agar takmarah lagi. Ah, cewek..repotnya . . .
                Untungnya Kelvin mempunyai empat sahabat serumah yang bisa membantunya memahami rumitnya cewek. Empat sahabat Kevin ini diperankan oleh Cameo Project. Dari empat sahabatnya, Reza yang diperankan Reza Nangin termasuk kawan yang bijaksana. Ia banyak mengenal sifat-sifat wanita. Karena itu. saran-sarannya dinilai Kevin paling masuk akal ketimbang saran-saran ajaib dari tiga kawannya yang lain. Saking bijaksananya, Reza terlihat ganteng dan lebih keren ketimbang Ge lho. Ciyus, hehehe...
Banyak adegan konyol yang disuguhkan film ini. Ada yang kriuk garingnya, seperti dalam scene yang memberi contoh beberapa tipe cewek. Namun ada juga yang ngga terlalu garing, seperti saat sahabat-sahabatnya menyemangati Kevin menghabiskan seporsi gudeg. Lebay sih, tapi menyiratkan betapa sulitnya cowok Padang dipaksa makan gudeg yang rasanya amat manis.
                Namun, Kelvin ternyata bisa marah juga. Ia meninggalkan lokasi karena tersinggung dengan pernyataan Mila bahwa sahabat-sahabatnya tidak penting. Padahal bagi Kelvin yang tidak pernah punya sahabat sebelum ia kuliah, keempat sahabatnya sekarang adalah orang-orang paling penting dalam hidupnya selain Mila.
                Di vlog hari kelima, Mila minta maaf. Sayangnya, ada kata-kata Kelvin yang tidak pas diterima Mila sehingga untuk kesekian kalinya Kelvin harus membujuk Mila dengan semangkuk mie ayam agar memaafkannya.
                Tak ada konflik yang berarti di sepanjang cerita. Alurnya begitu-begitu saja. Konflik baru terasa ketika Mila memutuskan Kelvin karena cowok ini takpernah berani mengenalkan Mila kepada Amaknya di Padang. Kelvin pun kehilangan semangat hidup.
Takingin kehilangan Mila, Kelvin  memperjuangkan cintanya. Ia pulang ke Padang memohon restu pada Amak. Di scene ini, proses pemberian restu dari Amak sama sekali tidak greget; flat. Tapi, takapa. Yang penting penonton bahagia dengan akhir ceritanya ^^
                Film ini bisa ditonton segala usia. Dengan catatan, anak-anak SD yang nonton masih tetap harus didampingi orangtuanya. Film yang ringan untuk dicerna, cocok sebagai hiburan. Eit, meskipun ringan,  ada aktor watak kawakan, Lukman Sardi di film ini. Dia berperan sebagai apa? Tonton saja filmnya supaya tahu. Yang jelas bukan sebagai ayah Kelvin atau Mila. ^^
               
               
                .
               

Produktivitas THR

Lebaran identik dengan Tunjangan Hari Raya (THR). Hal yang paling ditunggu banyak orang, baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun manula.

Bagi anak-anak dan remaja, THR yang mereka terima bisa tak terduga jumlahnya. Bisa lebih besar dari ekspektasi awal, bisa juga sebaliknya, jauh lebih sedikit dari yang diharapkan. Tergantung tradisi keluarganya setiap merayakan Lebaran. Sementara bagi orang dewasa, khususnya yang bekerja, jumlah THR yang diterima biasanya sudah dipastikan. Tentu saja karena THR-nya biasanya satu kali gaji. Nah, berbeda dengan manula. Mereka yang pensiunan PNS atau purnawirawan, tentu berharap ada gaji ke-13 sebagai pengganti THR. CMIIW. Jika bukan pensiunan PNS atau purnawirawan, THR yang diharapkan biasanya dari anak-anak yang sudah mapan.

THR bagi saya bukan hal yang terlalu ditunggu karena tidak ada tradisi menerima atau memberi THR di keluarga kami. Semasa kanak-kanak, hanya adik ayah yang memberi kami THR. Nilainya tiap tahun beragam. Biasanya setelah menerima uang THR, kami bertiga membeli coklat silverqueen di toko dekat rumah. Tradisi membeli coklat itu yang mengesankan bagi kami.

Setelah menikah, saya pun tidak terbiasa membagikan uang THR pada ponakan dan sepupu. Kebetulan ponakan saya ada lima orang. Sementara sepupu saya ada kurang lebih dua belas orang. Sepupu-sepupu saya ini sebagian besar sudah beranjak dewasa saat saya menikah. Jadi, saya merasa takperlu membagi uang THR karena mereka sudah bekerja juga. Pelit ya?hehehe...




www.beritalima.com


Selain itu, perusahaan tempat saya bekerja pun tidak memberikan THR sesuai aturan yang berlaku. Tak ada uang THR sebesar satu kali gaji tiap bulannya. Perusahaan hanya memberikan uang THR ala kadarnya.  Besarnya pun taksampai 50% dari gaji kami. Hiks..sedih banget ya?

Anyway, kebijakan itu tidak menyurutkan kebahagiaan saya untuk merayakan Lebaran dengan suka cita. Jatah THR yang taksampai 50% dari gaji itu biasanya saya gunakan untuk membayar zakat, THR orangtua, dan modal berjualan coklat serta kacang mede. Saya berprinsip uang THR harus digunakan untuk kegiatan produktif dunia akhirat.


www. i-am-not-juliet.blogspot.com


Karena THR cairnya tidak tentu, tergantung keputusan manajer keuangan, biasanya saya pakai dana di pos lain dulu untuk modal berjualan. Saat uang THR sudah cair, saya kembalikan pinjaman modal itu. Alhamdulillah sudah empat tahun saya berjualan coklat dan kacang mede dengan memutar modal dari dana THR. Apa pun, berapa pun jumlahnya jika dikelola dengan bijak, in sya Allah akan bermanfaat.

Mari Menjaga Indonesia



Dewasa ini, sejak media sosial menjadi media paling efektif menyampaikan gagasan, setiap orang menggunakannya sebagai buku harian. Mereka bisa bebas bercerita tentang apa saja. Bahkan saat mereka marah, mereka bisa menumpahkan unek-uneknya sesuka hati. Tanpa perlu menyaring atau mengkhawatirkan ada pihak-pihak yang tersinggung dengan unek-unek yang disampaikan.

Mulanya, unek-unek itu seputar urusan pribadi. Sebal pada si A, jengkel pada si B, dan lain-lain. Lambat laun, masalah politik dan ideologi pun mewarnai beranda media sosial. Analisis politik berubah menjadi hujatan dan makian. Hal itu bergulir bak bola salju hingga menimbulkan friksi di masyarakat.

Media sosial pun menjadi semakin ramai dengan status-status bersahutan. Suasana di dunia maya yang panas merembet ke kehidupan nyata. Pecahnya persahabatan, rusaknya persaudaraan, hingga hambarnya hubungan pernikahan akibat perbedaan pilihan politik. Ini makin lama makin mengkhawatirkan.

Ternyata, meskipun disebut-sebut sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia, masyarakatnya belum siap dengan keragaman. Padahal negeri ini disatukan oleh perbedaan. Para pendiri pun memilih semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang diambil dari kitab Negarakertagama sebagai semboyan pemersatu bangsa.

Berbagai informasi yang bertebaran di media sosial seringkali tidak disikapi bijaksana oleh sebagian masyarakat. Mudahnya membagi informasi tanpa disaring terlebih dahulu menimbulkan kecurigaan antarkelompok. Hal ini tentu membahayakan kerukunan dan ketertiban bangsa. Betapa mengerikannya jika negeri yang mulanya damai tenteram ini berubah chaos tak terkendali seperti di Suriah, misalnya.

Sebelum semua tidak terkendali, penting bagi lembaga-lembaga tinggi negara mempunyai cyber army. Cyber army ini bertugas menghalau informasi negatif dan menyadarkan masyarakat agar tak mudah terkecoh hoax. Bagaimana pun, tradisi literasi yang buruk akan memudahkan hoax masuk dan mencuci otak pembacanya.

Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai salah satu lembaga tinggi negara pun mengajak para blogger sebagai cyber army-nya. Bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, MPR mengadakan gathering dengan netizen Bandung. Acaranya yang dihadiri Sekjen MPR dan para staf ini diselenggarakan di Hotel Novotel Bandung. Pada kesempatan itu, Sekjen MPR menekankan pentingnya warga negara memahami etika kehidupan berbangsa.

Suasana gathering MPR dan Netizen. dok.pribadi

Dalam Tap MPR RI Nomor VI/MPR/2001 tentang etika kehidupan berbangsa dijelaskan ada enam etika kehidupan berbangsa. Keenam etika itu adalah etika sosial budaya, etika politik dan pemerintahan, etika ekonomi dan bisnis, etika penegakan hukum yang berkeadilan, etika keilmuan, dan etika lingkungan.
 
Selain menjelaskan pentingnya etika kehidupan berbangsa, Sekjen MPR, Ma'ruf Cahyono, juga menekankan tentang empat pilar kebangsaan, yaitu NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. Empat pilar ini diharapkan dapat menjadi perekat dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. 
Buku saku yang harus dipelajari agar paham Indonesia. dok.pribadi

Pilar-pilar ini menjadi cermin bagi masyarakat Indonesia dalam berinteraksi dengan sesama di dunia maya dan dunia nyata. Krisis multidimensi yang dialami bangsa ini sebenarnya bisa diatasi jika semua orang berhati-hati dalam menggunakan lidah dan tangannya agar tak menyakiti orang lain. Minimnya etika pergaulan menyebabkan banyak pihak saling menyakiti agar tampak lebih hebat, lebih keren, dan benar.

Jika kondisi saling menjatuhkan ini terus terjadi, Indonesia benar-benar ada di ambang kehancuran. Negeri ini bukan hancur akibat hantaman bom atau nuklir, melainkan tidak terkendalinya lisan dalam berkomentar. Hal sederhana yang bisa dilakukan untuk menjaga Indonesia adalah tidak menyakiti orang lain dengan lisan dan tulisan kita.


PRUprime Healthcare Syariah Sebagai Investasi


 Apa yang Anda lakukan jika seseorang menawarkan produk asuransi? Apakah Anda akan meluangkan waktu untuk mendengarkan penjelasannya lebih dulu atau langsung menolak dengan berbagai alasan? 

 Beragam respons muncul saat agen asuransi menawarkan produk yang dinilai tidak berguna bagi sebagian orang. Mengapa demikian? Karena banyak orang yang belum paham atau belum sadar pentingnya asuransi sebagai investasi.

 Asuransi dianggap membuang uang. Sebagian orang lagi merasa tidak punya dana untuk disisihkan setiap bulannya. Ada juga yang menganggap berasurasi sama dengan mengkhawatirkan masa depan. Benarkah demikian? 

 Tentu anggapan tersebut keliru. Berasuransi bukan berarti khawatir terhadap masa depan, melainkan menyiapkan diri dalam menjalani masa depan. Kita takpernah tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. karena itu, berasuransi menjadi hal yang penting dan perlu.

 Berangkat dari pentingnya mempersiapkan masa depan, beragam asuransi ditawarkan kepada masyarakat. Semakin maju pemikiran masyarakat, semakin peduli mereka terhadap hukum-hukum yang berhubungan dengan asuransi. Untuk itu, di hari jadinya yang ke- 10 tahun, Prudential Syariah sebagai perusahaan asuransi terbaik di Indonesia pada tahun 2017 meluncurkan asuransi syariah yang dinamai PRUprime healthcare syariah.

Tentang Ibu

Takbanyak kenangan manis yang kusimpan tentang ibu. Sebagian besar jejak yang tertinggal dalam ingatan tentang ibu adalah kebiasaan mengomel yang bagiku sangat menyebalkan. Takbanyak kenangan manis tentang perempuan yang telah bersusah payah melahirkanku puluhan tahun silam itu.

Kuakui, aku memang tidak dekat dengan ibu. Ingatan tentang kebersamaanku dengan ibu pun takbanyak. Bukan karena ibu sibuk bekerja, melainkan karena ibu lebih sering memarahiku ketimbang bersikap lembut seperti kisah-kisah tentang ibu yang sering kubaca.

Ada juga kenangan tentang betapa heroiknya ibuku saat aku sakit. Waktu itu aku duduk di kelas 2 SMP. Ibu menggendongku dari tempat praktik dokter sampai rumah karena aku takkuat berjalan. Kenapa ibu tidak memanggil becak waktu itu ya? Apakah karena ibu takpunya uang? Bisa jadi begitu karena ibu harus sangat cermat dan hemat mengelola keuangan setelah bapak meninggal saat aku duduk di kelas 1 SMP. Ingatan lain adalah saat ibu harus bersusah payah mengantar aku ke dokter waktu sakit bronchitisku kambuh. Kami harus naik turun angkutan umum dan melewati pasar yang becek juga ramai. Aku masih ingat ibu mengeluh karena harus mengalami perjalanan yang tidak nyaman. Kalau ingat itu, aku sangat berterima kasih pada ibu.

Jika kubuat perbandingan, kenangan tentang ibu lebih banyak tidak menyenangkan ketimbang sebaliknya. Sejak remaja, aku sering memberontak kepada ibu. Mengapa itu kulakukan? Karena ibu menikah lagi sepeninggal bapak. Itu hal yang wajar sebenarnya, tetapi bagiku tidak. Alasan utamanya karena bapak tiriku sudah beristri sebelumnya. Kedua kakakku dan adik tunggalku sebenarnya tidak setuju, tetapi mereka hanya diam dan tak berdaya dalam ketidaksetujuannya.

Pemberontakanku menimbulkan konflik antara aku dan ibu. Konflik yang membekas di hati hingga hari ini. Selain konflik yang disebabkan pernikahan ibu dan bapak tiriku, konflik-konflik lain muncul saat aku memilih sekolah dan melanjutkan kuliah. Mulanya ibu taksetuju dengan pilihan SMA-ku. Ibu pun taksetuju dengan pilihan perguruan tinggi negeri yang kuputuskan. Seiring berjalannya waktu dan kekerasan hatiku, akhirnya ibu menerima pilihanku. Perjuangan yang menguras energi, termasuk cucuran air mata saat aku keukeuh memilih sekolah dan perguruan tinggi tertentu sebagai tempatku menimba ilmu.

Ternyata perbedaan pendapat pun masih berlanjut pada keputusanku menikah saat kuliah. Ibu menentangnya. Namun akhirnya ibu melunak. Ibu mengizinkanku menikah setelah aku diwisuda. Ini sangat berbeda dengan ketetapan ibu sebelumnya. Semua anaknya boleh menikah jika sudah bekerja. Ternyata kegigihan bisa mengubah keputusan.

Seruwet apa pun konflikku dengan ibu, ibu takpernah meninggalkanku. Ibu selalu ada dalam setiap peristiwa kehidipan yang kualami meskipun tak terlibat secara spiritual. Maksudnya, ibu bukan tempatku mencurahkan semua keluh kesah saat kesulitan menimpaku. Ibu selalu ada membantuku,meringankan bebanku secara fisik dan itu sebenarnya pun sangat membantu.

Saat aku ada di masa transisi pasca perceraian. Ibu membantuku menjaga anakku yang masih balita; mengurus semua keperluannya karena aku harus bekerja di luar kota. Ibu takpernah melihatku menangis sedih dalam kondisi sesulit apa pun. Ibu hanya tahu aku sedang dalam kesulitan lalu ibu membantuku menyelesaikan urusan sehari-hari. Dan mengingat semuanya sekarang, aku sangat berterima kasih pada beliau.

Mungkin benar simpulan tentang hubungan antara ibu dan anak perempuan yang takpernah mulus. Selalu ada perbedaan, ada konflik, tapi saling membutuhkan. Hm..bukankah warna serupa juga dialami dalam hubungan antara ayah dan anak perempuannya, ibu dan anak laki-lakinya? Entahlah . . .
Di usiaku yang sudah semakin dewasa ini, aku semakin sering merenungi peran ibu dalam hidupku. Aku pun mengurai ingatan tentang ibu semasa kecil, remaja hingga dewasa. Banyak kenangan pahit tentang ibu yang sulit kuhapus karena beberapa kenangan itu menyebabkan kerumitan bagi keluarga kami juga -mungkin- kesedihan panjang di hati ibu saat ini. Namun, setelah begitu banyak hal yang ibu lakukan untukku, aku sangat menghargai ibu. Meskipun masih banyak ketidaksepakatanku terhadap keputusan-keputusan yang ibu buat, sudah waktunya aku memaklumi itu.

Usia ibu sudah kepala enam. Tak elok jika aku tetap keras kepala menentang beliau. Keinginan ibu agar kami tinggal di rumah sepeninggal bapak tiriku memang tidak serta-merta langsung kusetujui. Aku harus membicarakannya dengan suamiku. Sementara, cukup banyak juga ketidaksepakatannya terhadap keputusan-keputusan ibu. Aku sadar sudah bukan waktunya aku keras kepala seperti belasan tahun silam. Sudah waktunya aku memaklumi ibu dan menemani beliau di usianya yang sudah lanjut ini. Meskipun beliau masih super aktif, aku harus bersiap dengan kondisinya yang mungkin bisa menurun drastis kelak. Menemaninya dan merawatnya.

Membayangkan ibu kelak tak berdaya karena usia tuanya membuatku sedih dan ingin memeluknya . .