Gathering Netizen MPR, Ketua MPR Serukan Persatuan Bangsa




Gathering Netizen MPR RI Desember ini berbeda dengan Gathering  Netizen  MPR RI Mei lalu. Apa saja perbedaannya? Pertama, acara berlangsung lebih singkat. Acara dimulai pukul 14.00 dan berakhir secara formal sekira pukul 17.00. Di bulan Mei lalu, acaranya berlangsung seharian, sejak pukul 09.00 hingga pukul 15.00. Kedua, ini yang paling menarik. Acara tidak dibuka dengan pemaparan lebih dahulu dari Ketua MPR sebagai pembicara tunggal. Pak Ketua, begitu Zulkifli Hasan meminta Blogger BDG memanggil dirinya, membuka acara dengan memberi kesempatan pada Blogger BDG untuk menyampaikan uneg-uneg mereka  tentang apa saja. 


foto: parmadi
Kesempatan emas ini tentu saja dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh saya dan teman-teman dari Blogger BDG. Berbagai pertanyaan dan pernyataan disampaikan kepada Pak Ketua. Mulai dari keluhan tentang langkanya tabung gas 3 kg, persoalan sampah, curhat politik perkawanan, harapan adanya undang-undang yang jelas tentang perbukuan dan kesejahteraan penulis, masalah korupsi, SARA, dan lain sebagainya. Diskusi gayeng pun terbangun. Respons Pak Ketua terhadap antusiasme netizen pun menyenangkan. Serius, tapi santai.


Dalam setiap jawabannya, Zulkifli Hasan menekankan pentingnya kesadaran. "Kesadaran itu penting," tegas Zulkifli Hasan. Seharusnya setiap orang mempunyai kesadaran dalam menjalani perannya sebagai warga negara. Dengan kesadaran itu, setiap warga negara Indonesia pasti bisa memahami dalamnya makna Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa. 


Roadshow gathering Netizen di beberapa kota di Indonesia merupakan salah satu upaya
suasana saat gathering (foto : dedew)
MPR untuk memasyarakatkan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Acara ngobrol bareng MPR ini penting untuk mengajak netizen berkontribusi dalam upaya mempertahankan persatuan dan kesatuan Indonesia. Wih, segenting itukah kondisi negara kita?


Genting atau belum seharusnya tidak dijadikan parameter untuk membangun kesadaran kolektif rakyat Indonesia menjaga keutuhan bangsa. Kita bisa becermin pada Pilpres 2014 silam atau Pilkada Gubernur DKI yang menggoncangkan sosmed akibat perseteruan dua kubu. Perseteruan itu sayangnya takselesai saat pilpres dan pilkada usai. Perseteruan masih berlanjut hingga hari ini meskipun tidak sepanas dulu. Perseteruan itu serupa api dalam sekam; serupa bom waktu. Bisa meledak kapan pun jika kita sebagai rakyat abai terhadap kesadaran kolektif bahwa negeri ini dibangun dari keragaman latar belakang sosial geografis.

Baca : Mari Menjaga Indonesia

Kesadaran itu pula yang seharusnya menjadi panglima bagi pola pikir dan perilaku setiap manusia Indonesia. Mengapa demikian? Saya teringat cerita Pak Jokowi tentang pesan dari Presiden Afghanistan yang dimuat di harian Kompas. "Hati-hati negaramu, hati-hati negaramu. Di Afghanistan hanya ada 7 suku, negaramu memiliki 714 suku. Kurang lebih 30 tahun lalu, dua suku bersengketa. Karena tidak ditangani dengan benar, hingga hari ini sengketa itu berubah menjadi peperangan yang sulit didamaikan." (Kompas, Oktober 2017)

Jika tidak ada yang menjaga kesadaran kolektif betapa beragamnya Indonesia, tidak mustahil nasib Indonesia akan sama seperti Afghanistan. Saya ngeri membayangkannya. Perang merenggut segalanya. Kita bisa berkaca pada negara-negara di Timur Tengah; di Afrika. Tak ada yang tersisa kecuali kenangan buruk.  Karena itu, penting bagi rakyat Indonesia merawat negara bersama-sama. Perbedaan suku, agama, dan status sosial bukan halangan untuk tetap satu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Blogger bisa menjadi cyber army
Di titik ini, di manakah peran MPR? MPR sebagai lembaga tinggi negara bertugas memasyarakatkan Pancasila, UUD NRI tahun 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, dan Ketetapan MPR. Berdasarkan tugas itulah, roadshow gathering netizen diselenggarakan. " Visi utama MPR adalah menjadi rumah kebangsaan agar merah putih tidak terkoyak," jelas Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan  menutup acara ngobrol santai sore itu.

Sayangi Sampah, Lingkungan Menjadi Indah

Pada hari Minggu, 19 November 2017 lalu, Balitbang PUPR mengadakan acara di Car Free Day (CFD) Dago. Acara ini bertajuk Ciptakan Lingkungan Sehat dengan Inovasi Balitbang.

Sambutan dari Sekretaris Balitbang (dok.pribadi)
Acara ini dipusatkan di halaman Eduplex Dago. Ada panggung kecil, spanduk berdiri, dan meja informasi tentang hasil-hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan Balitbang PUPR.

Dalam sambutannya, Sekretaris Badan Litbang, Herry Vaza, mengatakan bahwa kegiatan ini perdana digelar di car free day Bandung. Dalam kegiatan ini pula, Balitbang sebagai badan yang bertugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang perumahan dan permukiman memperkenalkan teknologi seputar banjir, sampah, serta aspal plastik kepada masyarakat. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan wawasan masyarakat terhadap inovasi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang PUPR.

Banyak hasil penelitian dan pengembangan yang sudah dilakukan Balitbang PUPR. Pada acara di hari Minggu lalu, hasil-hasil itu bisa dilihat di pamflet yang bisa diperoleh di meja informasi. Bahan utama dari penelitian dan pengembangan itu adalah sampah. Sampah yang selama ini dipandang tak berguna, Balitbang bisa mengolahnya menjadi produk-produk yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Di sinilah peran ilmu pengetahuan menyejahterakan manusia.

Ada yang menarik dari ungkapan Sekretaris Balitbang, "1 kg sampah = 1 kg ikan". Kok bisa ya? Ternyata ungkapan itu merupakan simpulan dari menumpuknya sampah yang tidak terurus sehingga merusak lingkungan, mengancam kehidupan.

Sampah ternyata ada di perut ikan; di perut ayam. Kondisi yang mungkin tidak terbayangkan oleh sebagian besar orang. Karena pengelolaannya tidak tepat, sampah pun bertebaran di mana-mana. Wajar jika slogan dari sampah oleh sampah untuk sampah menjadi bagian dari kehidupan manusia.

Sebenarnya, citra slogan itu bisa diubah menjadi positif apabila kita mengetahui cara hidup berdampingan dengan sampah. Untuk itu, Balitbang melalui berbagai hasil penelitian dan pengembangannya mengenalkan kepada masyarakat tentang cara hidup berdampingan dengan sampah.

Menurut Balitbang, kesadaran substansial yang harus dimiliki adalah kesadaran mengelola sampah sejak dari dapur kita. Mengapa dari dapur? karena sampah terbanyak berasal dari dapur. Persentasenya saja sebesar 50%. 

Wawancara Blogger Bandung dengan Balitbang (dok.pribadi)
Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah memilah sampah. Pisahkan sampah organik dan nonorganik. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari makanan. Pasti banyak sisa nasi, sayur,buah, daging, dan masakan lain yang tidak habis dikonsumsi. Tempatkan sampah organik itu di kantong plastik yang sudah dialasi kerikil agar sisa-sisa airnya tertampung dibawah kerikil.

Oh ya, sebelum ditaruh di kantong plastik, pastikan kita memeras sisa-sisa makanan itu hingga tetesan airnya tidak mengalir lewat sela-sela jari kita lagi. Cara menuntaskan kandungan air ini bertujuan agar proses pembuatan kompos tetap bersih, tidak dikunjungi kecoa dan teman-temannya.

www.paktani.net
Sampah nonorganik adalah sampah yg terdiri dari plastik, kertas,botol,dan sebagainya. Tempatkan juga sampah nonorganik di kantong yang berbeda. Sangat baik jika kita pun memilah sampah-sampah nonorganik. Kantong-kantong plastik ditaruh di tempat yang berbeda dengan botol, bungkus-bungkus makanan lain.

Pemisahan jenis-jenis sampah nonorganik ini ada tujuannya juga. Bungkus-bungkus minuman dan makanan bisa diolah lagi menjadi tas, tempat tisu, dompet, dan sebagainya. Karena itu,agar mudah mengolahnya, bungkus-bungkus itu harus dibersihkan dari sisa-sisa makanan dan minuman yang ada di dalamnya.

Sementara itu, kresek alias kantong plastik diolah untuk hal yang lain. Ternyata kresek bisa diolah menjadi bahan campuran pembuatan jalan. Teknologi ini namanya teknologi tambal cepat mantap. Bersama aspal, kerikil, dan bahan lain, kresek berjasa menjadi bahan pembuat jalan.

Menurut Pak Tedy, Kasi Pelayanan Pengerasan Jalan, untuk 1 ton hotmix,dibutuhkan 3,6 kg kresek atau kantong plastik. Penggunaan kantong plastik juga mengurangi pemakaian semen dalam proses pembuatan jalan. Ternyata, 1 kg semen = 1 kg gas rumah kaca. Luar biasa.

Sejauh ini, sudah ada tiga daerah di Indonesia yang menggunakan kresek dalam campuran pembuatan jalan. Tiga daerah itu adalah Bekasi, Makassar, dan Bali. Di Bekasi, jalan aspal yang menggunakan kresek sepanjang 600 meter. Ternyata sebagian besar sampah kresek di tiga tempat itu didatangkan dari Bandung!

uji coba aspal plastik di Bekas (www,binamarga.pu.go.id)





Sampah, bagaimana pun tidak sukanya kita padanya, ia tetap ada. Ia bisa menjadi lawan atau kawan, tergantung cara kita mengelolanya.



Tips Pemberian MPASI di Kelas Laktasi Bulanan Melinda Hospital Bandung





dok.melinda hospital

Ternyata, di Melinda Hospital ada kelas laktasi yang diselenggarkan sebulan sekali lho, Ibu-Ibu.  Kelas ini free charge alias gratis.  Program yang bagus banget dan tentu sangat bermanfaat. Rumah sakit berkonsep galeri ini dikenal sebagai rumah sakit ibu anak yang mempunyai dan memberi pelayanan maksimal kepada ibu dan bayinya. Meskipun saya baru sekali periksa kandungan di sini di bulan Oktober setahun lalu, saya mengiyakan penilaian itu.
Awalnya saya juga nggak tahu kalau ada kelas laktasi bulanan di Melinda Hospital.  Kebetulan Teh Ike dari Melinda mengundang dua orang blogger dari Blogger Bandung untuk hadir di acara kelas laktasi. Kelas laktasi November ini  diadakan pada hari Sabtu, 18 November lalu.
Nama kelasnya pas banget dengan kondisi saya saat ini, ibu menyusui. Akhirnya berangkatlah saya kelas laktasi bersama teman blogger, Teh Uwien.. Diadakan di lantai M, ruang Gym. Lantainya berkarpet hangat. Kursi-kursinya penuh. Ada yang membawa bayinya seperti saya, ada yang datang bersama personil lengkap, bayi dan ayah sekaligus, ada juga yang datang sendirian.
Tema bulan ini adalah Tips MPASI sehat untuk bayi ASI. Pembicaranya dr. Stella tinia,M.Kes., IBCLC.  Penyampaian materi seputar tips MPASi ini disertai gambar-gambar dan penjelasan yang mudah dipahami.
Dari penjelasan dokter Stella, ada sepuluh prinsip MPASI pada bayi ASI :
1.  1.   ASI eksklusif selama 6 bulan dan memulai MPASI pada usia 6 bulan.      Setelah 6 bulan ASI eksklusif, kebutuhan nutrisi bayi tidak dapat tercukupi hanya dari ASI. Karena itu, MPASI dibutuhkan. Selain itu, di usia 6 bulan, bayi biasanya sudah menunjukkan tanda siap makan. Ia sudah dapat duduk tegak tanpa dibantu. Bayi sudah terlihat tertarik dengan aktivitas makan. Mulutnya sudah membuka setiap kali disodori sesuatu meskipun itu bukan makanan. Kemampuan menggenggamnya pun mulai berkembang.
2.       Mempertahankan menyusui sampai usaia 2 tahun atau lebih.
Untuk bayi usia 12-23 bulan, ia membutuhkan ASI  500 ml/hari. Jumlah ASI itu untuk memenuhi 35-40% energi harian.  Bayi masih membutuhkan ASI meski sudah menerima MPASI karena ASI tetap menjadi sumber cairan dan nutrisi penting terutama saat sakit. Pada saat sakit itu, biasanya selera makan bayi menurun. Selain itu, ASI bermanfaat menurunkan risiko penyakit kronis, obesitas, dan meningkatkan fungsi kognisi.
3.       Responsive feeding:
·         Suapi bayi di usia 6-12 bulan
·         Bantu anak makan sendiri di usia 12 bulan ke atas.
·         Peka tanda lapar dan kenyang
·         Sabar memotivasi bukan memaksa.
·         Kombinasikan jenis, rasa, tekstur, dan metode memasak yang berbeda untuk mengatasi sulit makan.
·         Makan tidak sambil menonton atau bermain
·         Membiasakan makan bersama keluarga
4.       Persiapan dan penyimpanan MPASI dengan baik
Langkah pertama tentu ibu harus mencuci tangan sebelum menyiapkan makan. Begitu pula saat akan menyuapi bayi. Ibu dan bayi harus mencuci tangan lebih dahulu. Simpan MPASI di tempat yang bersih;bebas kuman dan sajikan segera. Jika kita memasak dalam jumlah cukup banyak, hangatkan MPASI dengan mengukusnya.
5.       Jumlah MPASI sesuai kebutuhan bayi.
Awali pemberian MPASI dalam jumlah sedikit. Bertahap ditingkatkan. Usia 6-8 bulan, berikan bayi 2-3 sendok makan MPASI. Selanjutnya, 9 -11 bulan, MPASI bisa diberikan 6-7 sendok makan ( mangkuk). Di usia 12-24 bulan, jumlah MPASI bisa sebanyak 250 ml atau  – 1 mangkuk .
6.       Konsistensi makanan sesuai tahapan usianya.
Usia 0 – 6 bulan menghisap dan menelan ASI sebagai makanan cair (gambar bayi).
(gambar bayi) DI usia 6-7 bulan, bayi belajar mengunyah dengan menggerakkan rahang ke atas dan ke bawah. (gambar bayi) Berikan pure (makanan yang dilembutkan) dan biskuit di usia ini. Saat bayi mulai menggigit dan mengunyah di usia 7-12 bulan, kita bisa memberinya makanan cincang dan finger food, seperti wortel, apel, seledri yang batangnya besar. Makanan keluarga sudah bisa diberikan saat usianya 12-24 bulan karena ia sudah bisa mengunyah berputar. Biasanya di usia ini giginya sudah mulai banyak sehingga stabilitas rahannya berkembang baik.
8.       Kandungan gizi mencukupi kebutuhan bayi
9.       Penggunaan suplemen vitamin mineral atau bahan fortifikasi untuk ibu dan bayi
10.   Meningkatkan pemberian makan saat  dan setelah sakit.
Saat sakit, perbanyak asupan cairan dan ASI. Jika ASI sudah berkurang setelah bayi berusia 6 bulan, apa yang bisa dilakukan?
*      ASI sebanyak 300-500 ml/hari sudah mencukupi kebutuhan bayi . Jadi, tidak harus diberisusu formula.  
*      Bayi membutuhkan cairan tambahan 400-600 ml/hari atau lebih jika cuaca panas. Cairan tambahan ini bisa dari air putih atau jus.
*      Frekuensi makan 4x sehari.
Dokter Stella juga mengingatkan bahwa sumber makanan terbaik adalah makanan lokal yang dimasak dalam keadaan segar. Jadi, ikan lele yang masih fresh lebih baik ketimbang ikan salmon beku.
Usai menyampaikan materi, dokter Stella memberi kesempatan pada para ibu untuk bertanya. Banyak yang mengacungkan jari, tapi yang bisa terakomodasi tentu tidak bisa semuanya. Namun, semoga semua pertanyaan dan jawaban yang diajukan bisa menambah informasi dan wawasan baru bagi para ibu yang hadir.
Acara selanjutnya adalah bagi-bagi doorprize. Yang menarik di acara ini adalah penerima doorprize bukan hanya pengundian nomor doorprize yang diberikan saat registrasi. MC juga memberikan doorprize pada ibu yang pertama datang dan ibu yang rutin mengikuti kelas selama tiga bulan terakhir.
Pukul 12.00 WIB acara selesai. Saat keluar ruangan, kami menerima snack dan goodie bag. Isi goode bagnya bikin bahagia. Ada feeding set, shampoo, cream antialergi, dan breastpads. Semuanya disponsori Pigeon. Merek produk favorit saya sejak anak pertama. Terima kasih kelas laktasi Melinda Hospital. Saya akan datang di kelas laktasi Desember depan.

Oh ya, untuk para ibu menyusui atau ibu hamil yang ingin datang ke acara bulanan ini bisa mengecek jadwalnya di website melinda hospital atau IG @melindahospital :)




So Good Cerdik Alternatif Hiburan bagi Si Kecil



Ada yang baru dari So Good. Aplikasi cerita anak yang bisa kita dapat setelah men-scan kartu AR yang ada di kemasan produk So Good. Namanya aplikasi So Good Cerdik.

Aplikasi ini pas banget dengan gerakan literasi yang seharusnya ditanamkan sejak dini pada anak-anak. Kebetulan di keluarga kami, kebiasaan membaca sudah dibudayakan sejak anak-anak masih dalam kandungan.


Biasanya saya atau ayahnya membacakan cerita sebelum tidur waktu si kakak sudah berusia balita. Namun sebelum itu, sejak di kandungan saya biasa membacakan cerita untuk janin sambil mendengarkan musik klasik. 


Nah, saat bayi sudah mulai bisa merangkak, saya mulai mengenalkannya pada buku-buku. Caranya selain membacakan cerita, saya memberikan buku sebagai alat bermain. Jadi, buku-buku itu kadang berserakan di sekitarnya. Bayi saya memegang buku-buku itu. Kadang ia membuka halaman-halamannya, kadang ia mulai menarik-narik halamannya hingga robek. Nah, kalau sudah begitu, saya angkat atau ganti dengan permainan lain. Sayang kan kalo bukunya rusak hehehe...



arin dan buku-buku

 Kebetulan pas beli So Good nugget, ada bonus kartu AR yang bisa digunakan untuk membaca cerita di aplikasi So Good Cerdik. Caranya mudah. Kita pasang aplikasinya dulu di ponsel android. Setelah terpasang, kartunya di-scan. Saat gambar terdeteksi, ada perintah meng-off-kan tulisan AR. Kita matikan tulisan AR,  bagian cerita mulai terbuka.

Cerita yang saya baca kali ini judulnya Chika Chiko Part I. Ceritanya tentang Chika yan menerima pesanan sandwich dan Chiko yang mempunyai peternakan ayam. Selain ceritanya yang menarik, gambar-gambarnya pun demikian.

\


Tidak hanya full colour, gambar-gambarnya pun tiga dimensi. Bisa diputar-putar juga. Asyik lah pokoknya. Si kakak yang sudah klas 1 SMP pun tertarik membaca ceritanya.




Setiap cerita terdiri atas dua bagian. Lama cerita rasanya bentar banget sih, kurang dari lima menit. Di cerita Chika Chiko ini, bagian pertama bersambung ke bagian kedua. Saya jadi penasaran dengan konflik lanjuta di cerita ini. Apakah si biawak akan datang mengganggu ayam-ayam Chiko lagi? Apakah Chika berhasil membuat sandwich tepat waktu? Untuk mengetahui lanjutan certanya, saya harus belanja produk So Good lagi :-D

Ada beberapa cerita di So Good Cerdik. Saya lupa judulnya apa saja. Kalau tidak salah ada empat judul. Masing-masing terdiri atas dua bagian. Setiap akan membaca cerita, kita harus men-scan kartu AR-nya lebih dulu.

Aplikasi So Good ini sangat membantu orangtua mengenalkan tradisi membaca sejak kanak-kanak, bahkan sejak bayi juga. Selain produk So Good sangat dekat dengan anak-anak, cerit-cerita yagn ada di SO Good cerdik juga mengundang keingintahuan anak anak. Di mana ada rasa ingin tahu, di situ ada pengetahuan baru.



Gambar-gambanya menstimulasi imajinasi anak-anak. jadi, bisa saja tidak dibacakan, aak-anak tetap bisa memahami cerita dengan melihat gambar-gambarnya.  Namun, tetap saja orangtua harus mendampingi. Sebaiknya jangan biarkan anak kita menggunakan gawai tanpa pengawasan orangtua.


Oh ya, di aplikasi So Good Cerdik in, selain menyajikan cerita, di aplikasi So Good Cerdik ini ada banyak resep masakan berbahan dasar produk So Good. Cara membuatnya mudah dan bahan-bahan yang dibutuhkan juga mudah diperoleh. Biasanya sih sudah ada di kulkas karena rata-rata para ibu menyetoknya.


salah satu resep di So Good Cerdik

Kita bisa mencoba resepnya lalu setelah masak, kita nikmati bersama keluarga sambil membca cerita menarik di aplikasi So Good Cerdik. Nikmat mana lagi yang tidak kita syukuri, wahai Keluarga indonesia? :)

Alunan Karinding dan Filosofi Tari Topeng di Tengah Kebon Awi Kaffe



 Sabtu siang yang mendung. Semilir angin sepoi-sepoi menggoyang dedaunan pohon-pohon bambu. Suara gemerisiknya membuat suasana asri semakin terasa. Alunan musik celempung dan karinding mengalun dari panggung sederhana di tengah kebun bambu. Nuansa Sunda begitu terasa sepanjang acara.



 Saya menikmati alunan musik tiup dan pukul ini bersama teman-teman blogger dan warga sekitar Kebon Awi Kaffe, tempat acara ini digelar.

 Acara yang diprakarsai pemilik Kebon Awi Kaffe, Ambu Ottih dan putranya, bertujuan melestarikan budaya Sunda yang mulai terlupakan.

 Menurut Ambu Ottih, kebon awi yang disulapnya menjadi kafe merupakan salah satu caranya melestarikan budaya Sunda. Tidak hanya sebagai kafe, kebon awi miliknya ini menjadi perpustakaan bambu. 

 Mengapa demikian? karena ada 24 jenis bambu tumbuh di kebun ini. "Sebelumnya ada 95 jenis bambu, sekarang tinggal 24 jenis,"kata Ambu Ottih yang sudah menekuni seni Sunda sejak duduk di bangku sekolah dasar.


salah satu papan nama tentang riwayat dan jenis bambu di Kebon Awi Kaffe

 Tidak berlebihan jika menyebut tempat ini sebagai perpustakaan bambu. Sejauh mata memandang, isinya pohon bambu semua. Bahkan saat memasuki kafe, pengunjung disambut suara gemericik air terjun kecil dan rimbunnya pohon bambu. 

 "Dulu itu, semua orang di sini punya kebon awi, tapi sekarang makin berkurang karena dijual. Tetangga saya banyak yang pindah dari sini karena tidak punya tanah lagi," cerita Ambu Ottih.


Ambu Ottih Rostoyati mengabdikan hidupnya untuk seni Sunda

 Agar tetap lestari, Manajer Kebon Awi Kaffe yang juga putra Ambu Ottih menggagas kegiatan seni ini. Ia mengadakan pertunjukkan seni  Sunda di tengah kebon awi miliknya.

 Pertunjukan musik karinding menjadi pembuka acara. Mulanya, bunyi-bunyi yang dihasilkan dua alat musik dari bambu ini terasa melengking di telinga saya. Setelah sepuluh menit, telinga saya mulai menemukan perpaduan harmonis dari karinding dan celempung. 

 Pertunjukan karinding dan celempung merupakan karya seni yang memanfaatkan bambu sebagai bahan utama pembuat alat musiknya. Konon, karinding yang ukurannya mungil itu dianggap sebagai cikal bakal alat musik di tanah Sunda. 

 Alasannya karena karinding bisa menghasilkan berbagai bunyi. Dari karinding yang mungil, diciptakan berbagai alat musik. Salah satunya adalah celempung.



 Di tengah pertunjukan, Kang ZA, salah satu pemainnya, memperkenalkan karinding sebagai alat musik tertua di tanah Sunda. Karinding terbuat dari bambu jenis bambu gombong. 

 Bambu yang digunakan harus tua dan benar-benar kering. Kalau ada yang mau belajar membuat karinding, Kang ZA membuka pelatihan di Kebon Awi Kaffe juga. 

 Selain bentuk fisik dan sedikit sejarah karinding, Kang ZA juga memaparkan filosofi karinding. Menurut Kang ZA, filosofi karinding adalah sabar, sadar, dan yakin. 

 Tiga sikap hidup yang dibutuhkan manusia dalam menjalani kehidupan. Filosofi ini berasal dari cerminan sikap perajin karinding. Ia harus sabar dalam membuat karinding yang ukurannya kecil. 

 Kesabaran itu akan membuahkan kesadaran bahwa kecilnya karinding bukan berarti tidak berguna. Keyakinan akan manfaat karinding itulah yang membuat seseorang tetap tekun membuat karinding.

 Ternyata karinding tidak hanya bermanfaat sebagai alat musik, karinding juga bermanfaat untuk :
  • mengusir hama.
  • mengantar arwah leluhur
  • mengatur arah angin.
 
 Hujan masih lebat ketika pertunjukan musik selesai. Karena sudah masuk waktu makan siang,  para tamu undangan dijamu dengan salah satu menu andalan Kebon Awi Kaffe, yaitu ayam rebung bumbu rica.  
 
pojok duduk yang nyaman dan hidangan lezat di Kebun Awi Kaffe
 Usai makan siang, para undangan disuguhi tari topeng. Penarinya adalah Ambu Ottih sendiri. Sebelum mementaskan tari topeng, Ambu Ottih menceritakan filosofi topeng yang digunakan dalam tarian.
 
 Ada lima topeng yang digunakan dalam tarian
  • Topeng pertama berwarna putih menyimbolkan kelahiran manusia.
  • Topeng kedua berwarna biru menyimbolkan fase kanak-kanak hingga remaja yang dialami manusia.

  • Topeng ketiga berwarna pink menyimbolkan fase pencarian jati diri manusia.

  • Topeng keempat berwarna merah, menyimbolkan fase manusia yang sudah mengenal jati  dirinya
  • Topeng kelima juga berwarna merah dengan ekspresi berbeda menyimbolkan watak manusia yang arogan dan serakah
 

lima karakter manusia





 Baru kali ini saya menonton tari topeng secara live. Untuk kesekian kalinya, perasaan haru menyusup setiap kali saya menonton pentas tari, teater, atau pembacaan puisi. Ambu Ottih menari dengan luwes meskipun usia beliau sudah hampir sewindu.

 Acara terakhir diisi oleh Kang Ade Habtsa bersama seorang rekannya. Ia menyanyikan dua lagu, masing-masing berbahasa Sunda dan berbahasa Indonesia. 

 Diiringi petikan gitar dan semilir angin yang makin lama terasa dingin menusuk tulang, lagu-lagunya terasa romantis. Ternyata tidak hanya suaranya yang enak didengar, celotehan-celotehan Kang Ade pun mengundang tawa serupa komika yang sedang open mic.


Performance Ade Habtsa
 Pada penghujung acara, Ambu Ottih yang juga pengajar di Fakultas Antropologi Unpad menyampaikan tiga filosofi Sunda, yaitu silih asah, silih asuh, dan silih asih. 

 "Sebagai manusia, kita harus bisa mendidik diri sendiri agar tidak menyakiti orang lain, baik secara lisan maupun perbuatan,"tutur beliau

 Kearifan lokal adalah kekayaan setiap individu agar selalu ingat bahwa ada kampung halaman dan tradisi yang harus dijaga serta dilestarikan. Nilai-nilainya akan selalu terpatri di hati kita, disadari atau tidak.