Korelasi Antara Pendidikan dan Moral adalah Keteladanan

promopremi.com

Adakah korelasi antara pendidikan dan moral? Jelas ada. Parameter keberhasilan pendidikan adalah kualitas moral pelakunya.

Dalam pendidikan, moralitas biasanya ada pada bidang pendidikan karakter. Pada kurikulum di negeri ini, pendidikan karakter biasanya ada pada pelajaran agama. Di beberapa sekolah ada yang mengkhususkan pada pelajaran budi pekerti. 

Dulu, zaman saya masih sekolah, pendidikan karakter ada pada pelajaran PMP, yaitu Pendidikan Moral Pancasila. Saya masih ingat semasa SD, kami harus menghapal pengamalan Pancasila yang tertuang dalam butir-butir Pendidikan Pengamalan dan Penghayatan Pancasila atau P4. 

Hapalan ini pun dilombakan dalam event Cerdas Cermat P4. Luar biasa kan? Seharusnya sih peraturan menghapal itu membuat setiap orang yang bersekolah di masa Orde Baru menjadi manusia yang berkepribadian Pancasila: religius, setia kawan, naionalis, penuh toleransi, dan adil kepada sesama. 

Sayangnya, yang terjadi tidak demikian. Para pelaku kejahatan kerah putih sekarang ini adalah mereka yang menjalani masa sekolah di era P4 harus dihapalkan. Bagaimana dengan kondisi generasi muda saat ini? Apakah menjadi lebih baik ketika anak-anak di bangku sekolah tidak lagi diwajibkan menghapalkan P4 dan digantinya pelajaran PMP menjadi PKn?

Sayangnya (lagi) negeri ini masih mengalami degradasi moral. Perseteruan sepanjang waktu prapemilu hingga pascapemilu tidak kunjung reda. Hoax bertebaran, orang saling menghujat, dan para elite di pusat sana masih terus membangun militansi pendukung hingga kepentingan mereka tercapai. 

Apa yang salah? Satu hal yang tidak ditemukan di negeri ini dalam perjalanannya sebagai negara merdeka selama 74 tahun, yaitu keteladanan. Sebenarnya sih faktor keteladanan ini sudah berulangkali dibahas para tokoh bangsa. Indonesia butuh keteladanan. Indonesia butuh orang-orang berintegritas tinggi. 

Dari mana integritas itu terbangun? Tentu saja dari pendidikan karakter yang benar. Dalam filsafat, pembahasan tentang moral ada dalam mata kuliah Etika. Dalam pendidikan berjenjang di negeri ini, etika bisa diberikan dalam pelajaran agama dan alangkah baiknya pendidikan budi pekerti bisa menjadi mata pelajaran tersendiri. 

Hal yang paling urgent yang harus segera diatasi di negeri ini adalah intoleransi Di titik ini, peran guru sebagai pendidik di sekolah dan peran orangtua sebagai pendidik di rumah sangat signifikan. Pendidikan toleransi seharusnya sudah ditanamkan sejak di rumah.

Bagaimana dengan pendidikan toleransi di sekolah? Guru bisa memberikan keteladanan dengan cara memperlakukan setiap murid yang beragam latar belakangnya dengan cara yang sama. Tentang keteladanan ini saya sangat sepakat dengan tiga ajaran Ki Hajar Dewantara.

Tiga ajaran itu adalah ing ngarsa sung tulada, ing ngarsa mangun karsa, dan tut wuri handayani. Tentu kita sudah sering mendengar tut wuri handayani karena dunia pendidikan menggunakannya sebagai simbol. Dalam ajaran pertama, ing ngarsa sung tulada, Ki Hajar Dewantara menekankan seorang pendidik harus bisa memberikan keteladanan.

Ketika orangtua menginginkan anak-anaknya menjadi manusia yang mulia akhlaknya, tentu orangtua harus lebih dulu bersikap sopan santun terhadap anak-anaknya dan lingkungan sekitar. Ketika orangtua ingin anak-anaknya taat beribadah, orangtua lah yang pertama kali harus disiplin menjalankan ibadahnya. 

Pun saat orangtua ingin anak-anaknya menjadi manusia yang toleran, orangtua harus lebih dulu menunjukkan melalui perbuatan mereka menerima dan menghargai perbedaan di dalam keluarga juga di masyarakat. Hal yang paling sederhana adalah tidak mudah menghakimi apa pun; siapa pun yang berbeda.

Keteladanan guru-guru di sekolah pun sama pentingnya. Sikap dan kata-kata guru sangat memengaruhi pikiran dan perasaan anak-anak didiknya. Guru bisa membangkitkan semangat belajar anak-anak didiknya sekaligus bisa menghancurleburkan semangat belajar mereka dengan sikap dan kata-katanya.

Kesantunan, kesetiaan, kesopanan, kesantunan, penghargaan, ketulusan, dan keberanian adalah beberapa contoh nilai moral yang bisa dicontohkan para pendidik, baik di sekolah maupun di rumah. Hal-hal sederhana, seperti mengucapkan terima kasih, maaf, dan tolong merupakan contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari. 

Dalam mendidik, tentu ada sanksi dan reward. Ketika anak-anak berhasil menerapkan hal-hal positif dalam praktik kesehariannya, guru dan orangtua tentu harus memberikan reward atau penghargaan atas pencapaian mereka. Kadangkala ungkapan kasih sayang saja belum cukup, iPrice bisa menjadi tempat yang tepat untuk memilih reward yang tepat.










24 comments

  1. Jadi semua elemen harus mendukung yaa kak agar terciptanya keharmonisan semuanya. Terima kasih sharingnyaa kak :D

    ReplyDelete
  2. Saya jadi penasaran ada apa di iprice nih. Kepoin ah. Mumpung mau tahun ajaran baru adakah yang bisa bermanfaat buat anak dari sana?!

    ReplyDelete
  3. Betul, kalau melihat kondisi sekarang prihatin ya. Korelasi yang baik akan menghasilkan hasil yang baik juga. Semoga terciptanya kedamaian

    ReplyDelete
  4. Setuju, pendidikan karakter anak dimulai dari lingkungan. Yg pertama rumah kedua lingkungan. Sebaiknya org tua dan guru juga ga berseberangan dalam memberikan asah, asuh dan asih pada anak

    ReplyDelete
  5. Ketika kita sudah kecewa dengan sistem pendidikan yang ada, maka pendidikan keluarga harus bisa jadi solusi. Semoga indIndone bisa menjadi lebih baik.

    ReplyDelete
  6. Gak ngaruh ah ada pendidikan karakter juga, miris degn pendidikan yg skrng hiks sedih. Bagus zaman dulu pelajaran SMP nempel bgt itu pendidikan moral nya.

    ReplyDelete
  7. Saya masuk dalam generasi yang nggak menghafal PMP bahkan nggak paham banget. Tahunya hanya PKN saja.

    Memang sih, ada banyak hal sekali yang harus dibenahi rasanya di negeri ini. Tapi ya begitu. Pada akhirnya fungsi keluarga dalam hal pendidikan menjadi yang utama.

    Sesederhana mengajari anak cara mengantre yang tertib dimanapun, atau buang sampah ya harus di tempat sampah.

    ReplyDelete
  8. Itu yang dulu belajar PMP tapi sekarang jadi penjahat kerah putih, mungkin PMP-nya bukan Pendidikan Moral Pancasila tapi pren makan pren.

    ReplyDelete
  9. Nilai-nilai moral itu pada anak emmang sangat perlu. termasuk mencontohkan hal-hal kecil. Misalnya itu tadi, mengucapkan terima kasih. Soalnya kadang orang dewasa malah lupa mengucapkan terima kasih, dan anak adalah peniru ulung.
    Dan salah satu menyampaikan pesan moral itu, bisa juga lewat cerita anak, Mbak.

    ReplyDelete
  10. Sayangnya sekarang banyak orang yang mengesampingkan nilai-nilai moral, apalah artinya ilmu kalau tidak diimbangi dengan akhlak.

    ReplyDelete
  11. Sama nih, akau kalau anak berhasil menyelesaikan sesuatu aku kasih reward, biar semangat juga.

    ReplyDelete
  12. Pendidikan pertama memang dari ibu, lalu Keluarga, Dan lebih luas lagi. Semoga Kita bisa mendidik anak2 supaya punya nilai moral tinggi untuk keberlangsungan hidupnya

    ReplyDelete
  13. Pendidikan moral memang dimulai dari rumah dulu ya, soalnya pasti akan ke bawa kemana mana

    ReplyDelete
  14. Bener sekali ya, keteladanan adalah contoh langsung yang bisa peserta didik ikuti. Tanpa ini, mereka malah sulit mengembangkan moral

    ReplyDelete
  15. Setuju dengan peran orgtua sebagaimana yg diajarkan oleh Ki Hajar dewantara mba. Lewat keteladanna jugaa menjadi media ygybaik mengajarkan kebaikan pd anak.

    ReplyDelete
  16. Pendidikan moral memang bukan pelajaran instan. Gak cukup juga hanya dipelajari melalui buku pelajaran. Butuh banyak contoh dari lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.

    ReplyDelete
  17. Wahh jadi ingat 3 kalimat itu lagi ...
    Iya mbak, saya sangat menyukai 3 filosofi pendidikan yang diajarkan Bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantara ini.

    Ing ngarso sur tulodho (saat di depan haruslah bisa memberi contoh yang terbaik)
    Ing Madyo mangun karso (dalam tim/kelas/kelompok, bersama-sama bahu membahu membangun sebuah karya)
    Tut wuri handayani. (Selalu mendukung dari belakang agar tujuan berhasil dengan membahagiakan)

    Nah yg miris saat ini, kita memang dihadapkan ttg krisis siapa orang yg musti kita teladani, karena perbedaan pendapat dan cara pandang saat ini.

    Semoga makin banyak orang yg memberikan tauladan yg baik dan bijak, tdk saling mencaci dan memaki.

    Semoga tetap menjaga persatuan dan kesatuan dg tetap melangkah mewujudkan sebuah karya bersama dalam satu bangsa dan satu bahasa, tanpa mau tercerai berai.

    Semoga sikap toleransi makin terus dipupuk untuk terus saling mendukung walau di belakang, agar bangsa kita terutama lewat pendidikan terus maju dan berkembang mencetak generasi2 bangsa yg lebih baik dan toleransi.

    ReplyDelete
  18. Intinya melalui platform iPrice, kita bisa beli kado buat guru gitu yaa*

    ReplyDelete
  19. Biasanya anak anak kecil itu sifatnya masih nakal nakalnya dan susah diatur. Mau ngga mau ortu juga mendidik moral di rumah agar diluar lingkungan tidak menjadi jadi

    ReplyDelete
  20. Saya bekerja di lingkungan pendidikan dan sangat menyadari bahwa pendidikan moral dan akhlak adalah hal yang harus dipentingkan dibanding yang lain (bukan berarti yang lain tidak penting). Integritas pendidik dan orangtua menjadi pokok utama dalam melaksanakan pendidikan moral bagi anak.

    ReplyDelete
  21. Pendidikan yang terbaik bagi Anak adalah Pendidikan di rumah dari Orangtuanya, setuju banget dengan hal itu.
    Orangtua adalah teladan dan pondasi bagi Anak, apa yang dilihat akan terserap sebagai ilmu dasar sebelum terjun ke lingkungan sosial yang lebih luas dan menyerap Pendidikan yang lebih banyak.

    ReplyDelete
  22. Untuk menciptakan generasi masa depan yang berkualitas, sebenernya anak-anak tak cuma butuh pendidikan akademis saja. Tapi mereka juga perlu ditanamkan nilai-nilai moral sedini mungkin. Termasuk sikap saling berbagi, mengasihi, dan menghormati

    ReplyDelete
  23. Di Iprice ada apa aja ya ? Belum pernah mampir nih. Aku jarang kasih reward barang, seringnya reward pujian penyemangat.

    ReplyDelete
  24. Aku juga lagi concern banget untuk mendidik anak tentang pentingnya toleransi nih Teh. Yang paling penting sih belajat tentang menerima perbedaan bahwa beda itu gak papa. Itu aja dulu sih kalo buatku.

    ReplyDelete