Kreativitas Indari Mastuti Mengepakkan Sayap Indscript Creative

Awal Februari lalu, saya dan beberapa teman blogger berkunjung ke markas Indscript Creative di kawasan Mohamad Toha, Bandung. Pada kesempatan itu, kami berjumpa dengan pendiri sekaligus pemilik Indscript Creative, Indari Mastuti. Ia bercerita banyak tentang perjalanan Indscript Creative yang bermula dari keinginan berbagi ilmu kepenulisan kepada kaum perempuan. Kebaikan berbagi juga  bisa kita baca di tulisan Mbak Nurhilmiyah.

Kembali ke perbincangan bersama Indari Mastuti. Ibu dua anak ini menyambut kami di kantor sekaligus rumahnya. Dengan visi small home high income, Indari merintis usahanya dari rumah. Ia bertekad membangun Indscript yang mulanya bergerak di bidang agen naskah menjadi penerbit. Penerbitan ini diharapkan bisa menjadi wadah kreativitas kaum perempuan baik lokal, regional, maupun internasional.

Indari Mastuti

Di ruang tamu, Indari bercerita banyak tentang jatuh bangun perjalanannya membesarkan Inscript Creative tiga belas tahun lalu. Saya mengenal Indscipt Creative sebagai agen naskah sekira sepuluh tahun lalu. Dulu itu, saya ikut seleksi naskah antologi judulnya A Storycake of Ramadhan. Alhamdulillah lolos. Buku antologi  itu menjadi salah satu motivasi saya untuk terus ikut seleksi buku- buku antologi lain dengan beragam tema.

Kembali ke perjalanan Indari. Ibu dua putri ini menulis sejak usia remaja. Menulis baginya adalah pelarian dari hidup yang menurutnya tidak menyenangkan.

"Saya berasal dari unhappy family. Meskipun kedua orangtua tidak bercerai, tetapi suasana di keluarga tidak bahagia. Saya akhirnya menulis untuk melepaskan ketidakbahagiaan itu. Menulis menyelamatkan saya." 

Belajar dari pengalaman pribadinya itulah, Indari bertekad untuk terus menulis dan membagi kemampuan menulisnya pada banyak perempuan agar hidup mereka pun lebih bahagia. Pengalaman menulisnya dimulai sejak ia sekolah hingga menjadi penulis profesional.

Hingga hari ini, tulisan - tulisannya sudah punya harga yang terbilang tinggi. Indari menekankan besaran fee yang diterimanya saat ini merupakan buah dari proses panjang sejak belasan tahun silam. "Kita harus menjalani prosesnya dulu. Kalau masih pemula, jangan minta terlalu tinggi, diterima dulu aja. Semakin banyak jam terbang kita, semakin tinggi pula nilai kita. Yang harus diingat adalah portofolio dan pengalaman tidak bisa dinilai dengan uang. Itu yang harus menjadi landasan pemikiran," jelas Indari.

Kepak Sayap Indscript Creative


Indari Mastuti

1. Komunitas Ibu - Ibu Doyan Nulis

Setelah berkecimpung lama di dunia penulisan, Indari pun membentuk komunitas menulis khusus perempuan. Komunitas ini ia bentuk secara online di jejaring Facebook. Nama komunitasnya adalah Ibu - ibu Doyan Nulis atau yang populer disebut IIDN. Anggotanya sekarang kurang lebih sudah 21 ribu orang dari seluruh Indonesia.

Indari pun sangat rajin mengirim tips - tips menulis melalui inbox para anggotanya. Saking semangatnya berbagi tips menulis, beberapa dari anggotanya keberatan dengan gencarnya tips menulis yang masuk inbox dia. Ada yang keluar dari grup karena merasa tips - tips menulis yang dikirimkan Indari mengganggunya.

Lama kelamaan, Indari pun merasa jumlah tips yang ia bagikan setiap hari ternyata terlalu banyak. Akhirnya ia pun mengurangi frekuensi membagi tips setiap hari. Kalau sehari bisa sampai empat misalnya, selanjutnya ia membatasi dua - tiga saja.

Sampai akhirnya, tips - tips menulis itu amat berguna bagi para anggota IIDN. Sebagian besar berhasil menulis buku dan menerbitkannya. Keberhasilan itu ternyata membuat orang - orang yang dulu keluar dari grup IIDN atau mengkritik Indari kembali bergabung dengan IIDN.

Setelah IIDN terbentuk, ternyata banyak juga para ibu yang bergabung ini lebih tertarik pada dunia bisnis. Karena itu, sebagian dari mereka sering mempromosikan barang -barang jualannya di beranda grup IIDN. Melihat aktivitas itu, Indari pun menegur mereka. "Kita kan grup nulis, ayo pada nulis, jangan jualan melulu."

2. Komunitas Ibu - Ibu Doyan Bisnis

Berhubung passion para ibu itu berdagang bukan menulis, mereka tetap kesulitan menulis. Akhirnya melihat potensi itu, Indari membentuk komunitas baru secara online untuk mengakomodasi mereka. Namanya Ibu - Ibu Doyan Bisnis. Komunitas yang membuat para ibu semakin semangat berbisnis karena ada wadahnya.

Sejak dibentuk 28 Desember 2011 lalu, komunitas Ibu - Ibu Doyan Bisnis sudah beranggotakan 42 ribu orang. Jumlahnya jauh lebih banyak daripada komunitas Ibu - Ibu Doyan Nulis sebanyak 21 ribu orang hingga Februari 2020.

Mengapa anggota komunitas menulis lebih sedikit ketimbang komunitas bisnis? Alasannya karena menulis adalah proses jangka panjang. Perlu waktu untuk mengasah kemampuan menulis kemudian berhasil menelurkan karya berupa buku. Berbeda dengan komunitas bisnis, anggota memosting produk, laku, dapat duit. Prosesnya relatif lebih cepat.

3. Sekolah Perempuan 

Seiring perjalanan dua komunitas ini, Indari melihat anggota yang berhasil menjadi penulis masih sedikit. Setelah ditelaah, penyebabnya adalah penyajian materi tips menulis yang tidak terstruktur. Akhirnya pada 17 Agustus tahun 2013, Indari mendirikan Sekolah Perempuan yang langsung ia buat menjadi Yayasan Sekolah Perempuan Indonesia.

Sekolah Perempuan didirikan untuk melahirkan banyak penulis buku. Biaya pendaftarannya Rp 1 juta. Di Sekolah Perempuan, para peserta belajar tentang cara mencari ide, mengembangkan ide, membuat  outline, mengolahnya menjadi tulisan hingga cara memasarkan buku karyanya.

Sekolah ini awalnya diselenggarakan secara offline dan berbayar. Setelah 24 angkatan bergulir, kini Sekolah Perempuan diselenggarakan secara online dan gratis. Selain belajar teknik menulis, mereka yang belajar di Sekolah Perempuan ini juga mendapat pelajaran marketing, yakni cara mempromosikan buku - buku mereka.

Pilihan menjadi online karena pertimbangan tempat dan Indari yang tidak terlalu nyaman jika banyak berkegiatan secara offline. Materi yang diberikan di Sekolah Perempuan disampaikan lewat telegram, webinar, dan skype.

Karena aktivitas mengajar dan berbisnis serba-online, Sekolah Perempuan beberapa kali mendapat kunjungan studi banding dari beberapa negara di dunia, seperti Perancis, Singapura, Amerika, dan Nepal yang datang ke markas Indscript. Begitu sampai lokasi, mereka kaget juga, "Gimana bisa mengajar di tempat sekecil ini?"

Dari kunjungan berbagai negara itu, Sekolah Perempuan bisa membuktikan bahwa dari rumah yang kecil bisa mengembangkan kemampuan puluhan ribu perempuan di dunia penulisan.

3. Indscript Training Centre

Selanjutnya, pada tahun 2014, Indari mendirikan Indscript Training Centre. Di sana ia membagi pengalamannya dalam mengelola bisnis Indscript Creative. Di lembaga ini, Indari membuka kelas 'bangkit dari bangkrut' sebagai cara ia membagi pengalamannya sendiri pada tahun 2010 silam. Di Indscript Training Centre, Indari juga memproduksi produk - produk yang berhubungan dengan dunia penulisan, selain buku. Misalnya board game tentang penulisan, buku-buku agenda, dan sebagainya.

4. Emak Pintar 

Ini adalah komunitas tempat semua anggota komunitas yang ada di bawah naungan Indscript Creative membagi ilmunya kepada sesama anggota. Jadi, di komunitas Emak Pintar ini semua keahlian berkumpul, tidak hanya mereka yang jago nulis, tetapi juga jago bisnis. Mereka berrbagi tips dan teknik menulis dan berbisnis yang dianggap bermanfaat bagi sesama anggota.

---

Kunci keberhasilan Indari mengelola bisnisnya selama belasan tahun adalah terus melakukan inovasi tanpa henti. Indari menekankan dunia penulisan amat luas. Menulis bukan hanya buku, melainkan bisa juga di blog, copy writing, script writing, bahkan kita bisa memproduksi berbagai produk yang tetap berhubungan dengan dunia penulisan.

Kita juga bisa membagi ilmu penulisan lewat mengajar. Saat ini traning menulis bertebaran karena semakin banyak perempuan yang tertarik di dunia penulisan.








13 comments

  1. Wah mbak indari mastuti ini terbaik banget ya Kak. Tahu banget bagaimana awal-awal jatuh bangunnya iidn sampai sekarang berkrmbang demikian pesatnya.

    ReplyDelete
  2. Keren dan menginspirasi banget mbak Indari itu. Saya sendiri belum pernah ketemu langsung tapi saling follow di Instagram. Orangnya juga ramah dan produktif banget bikin tulisan/konten. Salut.

    ReplyDelete
  3. wah menginspirasi sekali kisah Indari Mastuti ..bisa jadi sumber semangat nih untuk penulis pemula ya mbak.. keren..

    ReplyDelete
  4. Setuju menulis bisa mengeluarkan penat yang ada... Suka baca artikel ini jadi semangat untuk terus berkarya dan belajar... Bisa melalui media apa saja, sebab ilmu pengetahuan tanpa batas

    ReplyDelete
  5. Para memang harus berdaya ya. Salah satunya dengan cara menulis. Apalagi ada komunitas IIDN yang membantu para Ibu.

    ReplyDelete
  6. masyaalllah mba indari tuh emang hebat banget. saya pertama kali ikut kelas di IIDN untuk nulis artikel. dari sanalah saya jadi aktif menulis. emang keren semua program kelas menulisnya. cinta banget sama IIDN

    ReplyDelete
  7. Saat saya membaca judulnya langsung teringat saat dulu si Facebook bergabung dengan iidn. Ya.. indari mastuti sangat menginspirasi

    ReplyDelete
  8. Masya Allah keren banget, jadi makin semangat buat nulis
    Sukses selalu untuk kita semuaa

    ReplyDelete
  9. Kenal sama beliau udah lama banget, hanya kenal dari Facebook. Sejak tahun 2014, sempat ikut kelas nulis onlinenya juga. Tapi, baru jatuh hati sama kelas online bisnisnya baru-baru ini. Sekitar menjelang akhir 2019. Suka sama teteh karena sebagai owner, beliau selalu menerapkan sesuatu yang bisa dicontoh sama anggotanya. Jadi role model yang bisa bikin mak mak lain mulai bangkit dan semangat. Auranya positif terus kalo sama teteh. Sukaa banget.

    ReplyDelete
  10. Teh Indari mah te o pe begete yaaz inspiratif banget..btw dulu saya hampir daftar SP thn 2016 lalu. Trus kejeda urusan apa gitu jd kelupaan, gak jd ikut deh.

    ReplyDelete
  11. Bu Indari ini salah satu contoh perempuan yang mampu berkarya dan berdaya, lebih dari itu ia bisa mengajak orang lain untuk sukses bersama. Sebuah kisah yang inspiratif, Mbak

    ReplyDelete
  12. memang pastas jadi pedoman buat aku yang baru belajar untuk menulis, aku terkadang kehabisan bahan untuk menulis, cara mengatasi hal tersebut bagai mana

    ReplyDelete
  13. Kalo mengikuti perjalanan Teh I dari emang super keren dia mah. Beberapa kali ikut kelasnya juga cakeeep.

    ReplyDelete