3 Tips Merawat Pasien Demam Berdarah di Rumah

Sakit di masa pandemi menjadi momok bagi siapa pun. Saya kira kekhawatiran ini dialami sebagian besar orang. Apalagi kalau yang sakit itu balita. Sakit demam berdarah pula. 

merawat balita demam berdarah di rumah
dok. freepik.com

Mulanya Arin demam tinggi 38 derajat pada Rabu dinihari. Suhu badannya sempat turun ke 37 derajat, tapi naik lagi. Pada Jumat sore bahkan sampai 39 derajat meski sekian menit turun ke 37,8 derajat. Begitu tahu suhu badannya di atas 37 derajat, aya langsung memberinya Sanmol dan cairan isotonik. 

Hari Rabu pagi, Arin masih mau minum air putih, susu, dan Pocari Sweat. Beranjak siang, ia mulai menolak apa pun yang saya berika, kecuali Sanmol dan Stimuno. Seharian saya hanya berhasil membujuknya makan satu cup puding coklat dan minum air putih serta Pocari Sweat.

Ketika di hari keempat demamnya tak kunjung turun, saya mulai was-was. Ini artinya Arin harus periksa ke dokter. Setahun lebih kami menghindari semua hal yang berhubungan dengan klinik. Hari ini demi kejelasan kondisi Arin, kami harus ke dokter.

Sebenarnya saya sudah menduga demam Arin tanpa batuk pilek ini kemungkinan demam berdarah atau typhus. Dua penyakit yang menonjok saya sebagai ibu. Ini gimana sih ngurusin anak, kok sampe kena bakteri Salmonella? Makanannya gimana sih? Kok ngga dijaga? Kok bisa digigit Aides Aegepty?Duuh...

Baca Mengenal Penyakit Demam Berdarah

Kalau ternyata kena demam berdarah, saya merasa sangat masygul karena ini kegagalan kedua kali. Kakaknya pernah kena demam berdarah dua tahun lalu. Apakah Arin akan menyusul rekam jejak kakaknya? Ini sangat memprihatinkan.

Membaca rekam suhu badan Arin yang naik turun selama empat hari, tentu saja dokter mewajibkan Arin dites darah. Kami ke dokter pada Sabtu sore. Pada jam segitu yang buka hanya laboratorium rumah sakit. Kebetulan ada rumah sakit dekat rumah. Kami pun segera tes darah ke sana.

Laboratorium lengang saat kami datang. Ini mempercepat proses pendaftaran dan pengambilan darah. Karena usia Arin masih balita, ia tidak disuntik di lengan bagian atas. Petugas laboratorium mengambil darah dari jari Arin. 

Setelah itu, darahnya diambil dari jari yang tadi ditusuk jarum. Tabung penampung darahnya berbentuk pipih panjang.  Saat darah di ujung jarinya dipindahkan ke tabung, Arin berontak sekuat tenaga sambil menangis keras. Waktu terasa lama padahal kurang dari lima menit.

Hasil cek darah menunjukkan trombosit Arin turun hingga 95rb dari jumlah minimal 150rb. Ingatan saya kembali ke dua tahun lalu ketika kakanya kena demam berdarah. Ia diopname selama tiga hari. Saya merasa jerih jika Arin yang masih balita harus mengalaminya. Terlebih di saat pandemi seperti sekarang.

Dokter sudah menjelaskan tentang kondisi trombosit sebelum kami ke laboratorium  Pada hari ke-5 hingga hari ke-7 pasien demam,  trombosit akan terus turun. Tak ada yang bisa dilakukan selain terus memberikan pasien cairan. Tujuannya agar pasien tidak dehidrasi dan berikhtiar menaikkan trombositnya.

Melihat kondisi Arin yang enggan minum dan makan, saya dan Abinya sudah sangat khawatir trombosit meluncur turun tak terkendali. Namun, saya pun berharap balita saya tak perlu diopname. Dokter yang paham kekhawatiran kami terhadap rumah sakit di saat pandemi mengizinkan rawat di rumah. 

"Arinah bisa dirawat di rumah, tetapi setiap hari harus dicek darahnya ya, Bu. Pastikan juga Arin banyak mengonsumsi cairan untuk menjaga kondisinya," pesan dokter. 

Kami pun bertekad merawat Arin di rumah agar ia tak perlu mengalami tes PCR dan segala prosedur yang diterapkan rumah sakit apabila ada pasien dirujuk opname. 

Berikut ini tiga hal krusial yang kami lakukan selama merawat Arin yang menderita Demam Berdarah di rumah.

3 Tips Merawat Pasien Demam Berdarah di Rumah

1. Pantau Suhu Badannya Secara Berkala
Ini faktor yang sangat penting. Kita bisa memantau kondisinya dari suhu badan. Jadi, saya memantau terus suhu badan Arin setiap jam. 

Kemudahan penggunaan termometer tembak kadang membuat saya rada norak. Semua bagian tubuhnya saya cek. Mulai dari kening, ketiak, perut, punggung, hingga kaki. Semua saya cek. Ternyata suhu badan tertinggi ada pada ketiak.

Selama Arin demam, saya mengompresnya di bagian kening. Selain itu, saya rutin menyeka bagian lengan, paha, dan kakinya. Dari referensi yang saya baca, menyeka bagian tubuh saat demam bisa membantu penguapan sehingga memudahkan demamnya cepat turun.

2. Pastikan pasien minum banyak cairan
Untuk pasien balita, memastikan ia minum banyak cairan membutuhkan perjuangan luar biasa. Mulai dari membujuk hingga memaksa. Kekhawatiran memenuhi benak saya setiap ia menolak minum dan makan. Dengan sangat terpaksa, akhirnya saya harus memaksa Arin minum setiap 5 menit sekali. 

Meskipun banyak saran minum ini itu agar trombositnya lekas naik, cairan yang mau Arin minum hanya Pocari Sweat dan air putih. Ia menolak susu yang biasanya menjadi favoritnya. Namun, demi trombosit naik, saya membujuk hiingga memaksanya minum sari kurma, jus jambu merah, madu, air rebusan daging, hingga minuman herbal yang diracik khusus untuk penderita Demam Berdarah.

Semuanya diberikan dengan penuh perjuangan ditingkahi tangis dan jerit penolakan. Di satu sisi, kami khawattir Arin trauma minum obat, di sisi lain, ia harus minum agar trombositnya tidak meluncur bebas. Terlebih ketika suhu badannya turun. Saya tetap belum tenang mengingat ada siklus pelana kuda dalam Demam Berdarah.

Semua ibu pasti pernah mengalami sulitnya membujuk balita minum obat dan tetap mau makan minum saat sakit. Ini bener-bener ujian kesabaran dan keteguhan.

3. Tes darah rutin setiap 24 jam 
Pada siklus pelana kuda, suhu badan pasien turun mengisyaratkan ia sedang dalam kondisi kritis. Jika tak segera ditangani, kondisinya bisa makin parah bahkan kematian. Penanganannya gimana? Sebelum itu terjadi, cermati betul kondisi pasien. Jika ia mual muntah, ada perdarahan, menggigil, dan diare, segera bawa ke dokter. 

Bagaimana jika tidak mengalami semua gejala tersebut? Kita bisa memantau kadar trombositnya. Sebenarnya yang dipantau tidak hanya trombosit, tetapi ada hematokrit yang juga harus diawasi. Trombosit adalah jumlah sel darah merah, sedangkan hematokrit adalah kadar kekentalan darah. 

Trombosit yang normal berkisar antara 150.000-450.000/mm3. Pada cek darah pertama, trombosit Arin 95.000/mm3. Pada tes darah kedua, trombositnya turun lagi menjadi 68.000/mm3. Dokter masih memberi kesempatan untuk merawat Arin di rumah. 

"Kalau besok trombositnya di bawah 50.000/mm3, Arin harus dirawat ya, Bu," jelas dokter.

Pada cek darah ketiga, trombositnya naik menjadi 80.000/mm3. Kami mulai lega. Arin tidak perlu dirawat di rumah sakit. Saya masih ingat dokter yang merawat kakaknya pernah bilang, "Kalau trombosit sudah naik, pasti akan naik terus."

Untuk membuktikan pernyataan itu sekaligus meyakinkan kondisi Arin, cek darah keempat kami lakukan lagi. Alhamdulillah trombositnya 106.000/mm3. Memang belum mencapai kadar normal yang minimal 150.000/mm3. Yang penting kenaikan trombosit secara signifikan sudah menjadi pertanda membaiknya kondisi Arin. 

Di hari keempat saat cek darah pertama kali, demam Arin memang sudah mulai turun. Suhu badannya mulai stabil di hari kelima dan seterusnya. Jadi, saat cek darah kedua, ketiga, dan keempat, Arin sudah tidak demam, Namun, ia masih belum bergairah seperti biasanya. 

Bagaimana dengan hematokritnya? Dari referensi yang saya baca, awasi juga kekentalan darah pasien agar tetap di ambang normal. Jika melampaui batas normal, itu berbahaya. Kapan kekentalan darah itu terjadi? Menurut dokter Riza yang memeriksa Arin, pada hari ke-4 demam. 

Itulah salah satu alasan jika sudah tiga hari masih demam, kita harus segera periksa ke dokter. Biasanya dokter akan meminta kita melakukan tes darah. Tujuannya untuk mengecek kadar trombosit, leukosit, hematokrit, hemoglobin, dan sebagainya.

Kadar hematokrit yang normal adalah 36-51%. Alhamdulillah kadar hematokrit dari periksa darah selama tiga hari berturut-turut ada di 36%. Bagaimana jika hematokrit tinggi? Dokter bilang harus diberi cairan. Pengobatannya sederhana. Ini bisa menjadi rumit jika pasien tidak mau minum sama sekali. Jalan keluarnya harus diopname.

Alhamdulillah pada hari ketujuh sakitnya, kondisi Arin sudah semakin baik. Seiring kenaikan trombositnya, keceriaannya kembali. Senyum, tawa, dan ocehannya muncul lagi. Nikmat sehat memang luar biasa.
---
Sebenarnya jauh di dalam hati, pengalaman punya dua anak yang sakit Demam Berdarah membuat saya merasa buruk sekali. Rasanya saya teledor menjaga kedua buah hati. Setelah hari ini, semoga tidak terjadi lagi. Ikhtiar terus jaga ketahanan daya tubuh dan istiqamah praktikkan 3M. Oh ya satu lagi, pasang obat nyamuk :D

Salam sehat :)



Referensi

Health Guide, 2013, A-Z Panduan Kesehatan Keluarga, Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer

Oswari, Dr. dr.Hanifah, SP.A(K) dan dr. Rudianto Sofwan, 2010, 123 Penyakit dan Gangguan pada Anak, Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.


9 comments

  1. Ya ampun mbak, salut bisa tegar banget merawat adan DB di rumah. Kalau saya pasti udah panik aja, pengen bawa opname ke RS.

    Alhamdulillah kini si adek sudah sehat ya

    ReplyDelete
  2. Ya Allah.. semoga sehaaaatttt dan bisa main2 kembali seperti biasanya yaaa
    pas SMP, saya juga kena DBD. aduhaii, sakittt ngilu dan lunglai banget rasanya.
    Semoga kita semua sehat ya Mbaa

    ReplyDelete
  3. ya ampun, baru tau Arin kena demam berdarah

    tapi emang bisa di rumah aja, apalagi masih kecil kaya Arin

    dua anakku yang nomor 3 pernah DB sekaligus typhus, bersamaan anak nomor 4 kena DB, hiks kebayang kan bingungnya?

    ReplyDelete
  4. Jasi teringat waktu aku kena DBD tahun 2018 atau 2019 awal. Si bungsu masih minum ASI, jadi aku minta rawat jalan aja. Begitulah, tiap hari ke klinik buat cek darah. Alhamdulillah, bu dokter baik banget. Tiap hari beliau nelpon atau ngirim SMS buat ngecek kondisiku.

    Btw, Twin, jangan ngerasa seburuk itu atuh :)

    ReplyDelete
  5. alhamdulillah arin sudah sehat, alu juga pernah mengalami merawat orang yg terkena demam berdarah mbak
    tahun lalu suamiku harus opname krn demam berdarah

    ReplyDelete
  6. Terima kasih info mermanfaatnya mbak.
    Jadi ingat dulu waktu anak2ku kecil.. mereka pernah kena DBD ini. Tap memang langsung di opname aja di RS. masih belum PD ngerawat sendiri dari rumah. tapi kalo lagi pandemi begini, agak khawatir ya opname di RS kalau ada yg sakit.
    Semoga kita semua selalu sehat.

    ReplyDelete
  7. Di masim hujan kayak sekarang, demam berdarah emang rentan ya menimpa siapa saja. Aku dulu pernah, dan iya, aku pun dirawat di rumah. Tapinya dengan dibantu infusan terus. Karena cairan tubuh emang kurang banget. Sehat-sehat selalu kita semua.

    ReplyDelete
  8. Air rebusan daging juga bisa menaikkan jumlah trombosit darah ya Mbak, noted. Duh hebat deh bisa merawat pasien DBD di rumah. Memang lebih menenangkan ketimbang di RS rawan penyakit menular kan yaa

    ReplyDelete
  9. Demam berdarah memang masih menjadi momok ya mb...teman saya juga mengalami anaknya DB, bahkan sampai opname. Trombosit ngedrop banget, akhirnya selain medis diminumi angkak juga. Untungnya trombositnya langsung meningkat pesat.

    ReplyDelete