The Folk, Cafe Outdoor Kekinian di Dago Atas Bandung


cafe outdoor bandung


Sambut weekend di Bandung, sesekali kami mampir ke salah satu cafe outdoor kekinian di Bandung. Lokasinya di jalan Buniwangi, Dago Atas. 


Lokasinya relatif mudah ditemukan. The Folk Dago bersebelahan dengan Atanapi Kafe yang juga sedang hits di kalangan anak muda Bandung. Kalau lihat di Google maps, The Folk Dago juga dekat dengan Selasar Sunaryo Art Space.

Konsep The Folk, Cafe Outdoor di Bandung 


The Folk Dago menggunakan konsep cafe outdoor dan indoor. Ruangan indoor ada di bagian depan dekat pintu masuk kafe. Kita melewati ruangan indoor, menuruni tangga, sampailah di  ruang terbuka kafe. 

Meskipun indoor, ruangan ini sebagian besar tetap terbuka. Suasana makin meriah ketika hari beranjak gelap.


Suasana Indoor The Folk 

Oh ya, di ruang indoor ada photo box-nya juga. Bayar Rp30 ribu, kita dapat 1 hasil foto yang sudah di-print. Soft file-nya dikirim ke email kita. Karena itu, sebelum foto, kita diminta mendaftar dulu menggunakan email.

Bagaimana dengan bagian outdoor-nya? Suasananya seger banget. Rerumputan dan pepohonan menjadi latar kursi dan meja yang ditata senyaman mungkin untuk para tamu. 

Suasana Outdoor The Folk

Saat kita duduk-duduk menikmati sejuknya semilir angin dan siraman cahaya matahari, kita bisa mengintip suasana di kafe sebelah. Atanapi Kopi, namanya. Kapan-kapan saya main ke sana lalu mengulasnya juga di sini :)

Di outdoor cafe The Folk Dago, kita bisa memilih mau duduk di kursi panjang, kursi anyaman, atau kursi besi yang diatur satu -satu dengan meja tinggi. Kalau kamu mau pakai laptop, lebih baik duduk di ruangan indoor.  Saya tidak melihat ada colokan di bagian outdoor soalnya.

Fasilitas toilet ada 3 toilet di bawah (bagian outdoor) dan 1 toilet di atas (indoor). Ada musala juga dekat toilet di bagian bawah. 

Toilet di lantai bawah

Mungkin karena baru launching bulan lalu, fasilitas di musala kurang komplet. Tidak ada rak tempat menaruh alas kaki. Keset pun belum ada. 

Pilihan Menu The Folk Dago

Sejak awal memperkenalkan menu The Folk Dago, pramusaji sudah menyampaikan  menu yang tersedia adalah menu Indonesia. Setelah melihat-lihat daftar menu, ternyata tidak semua menu Nusantara.

Malah yang khas Nusantara hanya Grandma Recipe, semacam wedang rempah-rempah, sop buntut, dan sop iga bakar. Selebihnya ada calamari, fish 'n chips, chicken katsu curry, chicken cordon bleu, juga cappucino, caffe latte, dan chocolate hazelnut. Menu yang notabene bukan khas Nusantara.

dari kiri searah jarum jam :
 chicken cordon bleu, fish 'n chips, chicken katsu curry, sop iga bakar

Padahal kan seru ya, menikmati suasana alam khas perbukitan Dago dengan menyesap cotto makassar atau ulukuteuk leunca. Minumnya es palu butung atau air guraka. Sekadar berandai-andai :D

Berhubung saya masih kenyang, saya hanya pesan hot cappucino. Rasa susunya kuat mengatasi rasa kopi. Untuk saya pecinta kopi dan kurang suka rasa susu yang tertinggal di lidah juga kerongkongan, saya merasa kurang sreg dengan cappucinonya.

cafe outdoor bandung
cappucinonya yang mana nih?

Meski tidak pesan makanan, saya tetap bisa icip-icip menu lain yang dipesan keluarga saya. Sop iga bakarnya kurang berasa bumbunya, tapi Iga bakarnya kata ibu saya empuk dan enak. Sementara untuk chicken katsu curry, saya sempat cicip kuah karinya, kental dan rasa rempahnya kuat. 


chicken katsu curry
chicken katsu curry yang kuahnya kental banget


Suami saya bilang, "Ini rasa India banget bukan kare Indonesia." Maksudnya kuahnya kental banget, rempah-rempahnya terasa lebih kaya ketimbang kare Indonesia. 

Bagaimana dengan harganya?
Untuk minuman, harganya standar sih. Rata-rata Rp 25 ribu.Barulah harga makanannya bervariasi. Paling mahal sop iga bakar Rp 95 ribu. Rata-rata sih Rp 50 ribu an. Chicken katsu curry Rp 60 ribu. Pajak restoran 15 persen. Jadi, siapin Rp 200 ribu/orang lah kalau mau hang out di sini. 

Yang Berkesan dari Cafe Outdoor Bandung, The Folk Dago

Selain keramahan dan supelnya sang pramusaji yang membuat hati kami senang, aturan melarang menggunakan kamera DSLR termasuk hal yang mengesankan dari salah satu cafe outdoor Bandung ini. 

Memasuki kafe, kami langsung diingatkan menyimpan kamera Fuji yang menggantung di leher putri saya. 

"Mohon maaf kameranya kalau mau dipakai harus bayar Rp 300 ribu, " ujar salah satu pramusaji. 

Daripada harus bayar Rp 300 ribu, kami pilih jeprat-jepret pakai kamera HP saja. Sebelumnya saya memastikan dulu boleh pakai kamera HP atau tidak. 

"Kalau kamera HP bebas aja, Bu," ujar pramusaji yang bertugas menyambut tamu tersebut.

Suasana The Folk Dago memang membuat kita tak henti ingin berfoto. Baik swafoto maupun foto panorama juga foto bersama. 

Pepohonan yang rindang, aneka tanaman, rerumputan, dan langit biru bersih sayang sekali kalau tidak diabadikan lewat foto atau video. 
--

Matahari semakin turun. Semburat jingga menandai datangnya senja. Kuatir sulit mendapatkan taksi online sebagai transportasi pulang, kami memutuskan beranjak setelah maghrib. 

kafe untuk keluarga di Dago
harta paling berharga adalah keluarga

Alhamdulillah kurang dari lima menit sudah ada taksi online yang menjawab. Sekira delapan menit kemudian, taksi online tiba di pelataran The Folk Dago.

Saya kira kemudahan itu karena kami memesan taksi online bukan di jam-jam saat jalanan padat. Kebetulan pula kami singgah di The Folk Dago pada hari Jumat. 

The Folk di malam hari 

Mungkin ceritanya akan berbeda kalau kami datang di hari Sabtu atau Minggu. Atau tetap sulit meski hari Jumat kalau kami pulang di atas pukul 20.00. Karena semakin malam, semakin banyak yang datang ingin menikmati suasana cafe outdoor Bandung di sepanjang kawasan Dago atas.




No comments