Rokok Harus Mahal Demi Masa Depan Anak Indonesia

Foto : www.wartawanita.com

Setiap pagi, anak-anak SMK nongkrong di depan rumah saya. Kebetulan sekolah mereka memang dekat dengan perumahan tempat saya tinggal. Mereka biasanya nongkrong di situ untuk menghindari apel pagi. Dan nongkrong itu tidak hanya diisi ngobrol ngalor ngidul, tetapi juga klebas-klebus asap rokok di tengah mereka.

Saya dan suami kerap jengkel sekaligus prihatin dengan perilaku mereka. Selain asap rokoknya masuk ke rumah, di usia masih belia, mereka sudah merusak paru-parunya. Saya dan suami sering mengingatkan mereka untuk tidak nongkrong merokok di depan rumah saya. Respons mereka ya begitulah..iya..iya..tapi besoknya merokok lagi.

Anak-anak SMK nongkrong merokok juga sering saya jumpai di gang sempit dekat perumahan.  Tidak banyak yang mengakses gang sempit itu. Hanya sedikit orang yang sengaja melewatinya untuk memotong jalan. Anak-anak ini bahkan nongkrong di pagi hari, siang, hingga maghrib. Asap rokok takhenti mengepul di tengah mereka. 

Saya heran orang-orang dewasa di sekitar tempat nongkrong itu tidak menegur mereka. Usut punya usut, ternyata keberadaan anak-anak ini menguntungkan warung yang menjual rokok di situ. Tetangga sebelah saya membuka warung kelontong. Warung tetangga saya inilah tempat anak-anak itu membeli rokok. Sama halnya dengan kasus di gang sempit itu. Mereka nongkrong persis di depan warung jajanan yang menjual rokok juga. Jadi, kasarnya ada simbiosis mutualisma di antara mereka. Simbiosis mutualisma yang menyimpang.

Warung-warung rokok ini mungkin tidak peduli dengan kondisi ini. Yang penting jualannya laku, pikir mereka. Padahal seandainya mereka mau berpikir jauh ke depan, kebiasaan merokok ini membahayakan kesehatan anak-anak itu di masa depan. Selain membahayakan kesehatan, kebiasaan merokok sejak dini akan menciptakan ketergantungan terhadap nikotin hingga usia tua. Ketergantungan itu bisa diatasi selama si perokok segera sadar akan akibat buruk rokok. Bagaimana jika tidak? Bersiaplah negeri ini akan kehilangan bonus demografi 5-10 tahun akan datang.
Keprihatinan dan kekhawatiran terhadap generasi muda yang kecanduan rokok mendorong Yayasan LenteraAnak bersama FCTC Warrior mengungkapkan hasil survei yang menunjukkan harga rokok masih terjangkau anak-anak pasca kenaikan tarif cukai rokok 10,04 persen per Januari 2018. Sementara itu, data Tobacco Control Atlas ASEAN mencatat lebih dari 30 persen dari sekitar 20 juta anak Indonesia mulai merokok sebelum usia 10 tahun. 

Rokok bisa menjadi pintu gerbang penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya. Jika sudah fasih merokok, anak bisa saja tertarik mencoba hal lain yang lebih menantang agar tampak keren di komunitasnya. Atau saat embusan asap rokok mild atau kretek tak membantunya mengatasi kegalauan, ia bisa lari ke media lain, narkoba misalnya. Itu mungkin kekhawatiran berlebih yang saya pikirkan, tapi becermin dari kasus-kasus sebelumnya, hal itu bisa saja terjadi. 

Adakah cara yang bisa dilakukan agar anak-anak tidak bisa menjangkau rokok? Untuk itu, Radio KBR mengupasnya di Ruang Publik KBR dalam serial Rokok Harus Mahal. Pada hari Rabu, 18 Juli 2018, serial Rokok Harus Mahal sudah memasuki episode ke-6. Kali ini live dari Surabaya dengan narasumber :
1.Dr Santi Martini,dr. M Kes-- Wakil Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga 
2.Lisda Sundari--- Ketua Yayasan Lentera Anak Indonesia 
3.Dr Sophiati Sutjahjani, M Kes ---Ketua Majelis Kesehatan Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Timur .

Foto Sugi Siswiyanti.


Dalam obrolan ini, dokter Santi memaparkan bahwa regulasi pemerintah dalam PP 109 tentang rokok sudah sangat lengkap. PP 109 menjelaskan bahwa rokok tidak boleh dijual kepada anak-anak atau orang di bawah umur 18 tahun. Selain itu, ada pasal yang melarang rokok dijual dalam kemasan kurang dari 20 batang. 
Jadi, yang urgent adalah implementasinya. Menaikkan harga rokok adalah keharusan. Seperti yang disampaikan Lisda Sundari bahwa kampanye rokok harus mahal mengajukan harga rokok Rp 80ribu/bungkus. Hal ini dilakukan agar daya beli anak-anak terhadap rokok tidak ada lagi, jelas Lisda. 
Sementara, Dr. Sophi menjelaskan bahwa dampak rokok bertambah, yaitu mengakibatkan stunting. Stunting itu selain pendek, ternyata juga kecerdasannya menurun. Bagaimana anak bangsa kita nanti? Kecil dan tidak pintar. Saat ini stunting salah satu dari 4 problem terbesar di Indonesia. Agar bonus demografi Indonesia tidak sia-sia, kita semua harus bergerak. 
Kita harus membangun persepsi denormalisasi merokok. Itu penting. Inilah alasan kegiatan seperti ini harus tetap dilakukan terutama mengampanyekan Smoke Free Campaign untuk anak-anak sedini mungkin. Kampanye ini akan membentuk pola pikir pada anak-anak perempuan dan laki-laki bahwa merokok itu berbahaya. Selanjutnya, anak-anak bisa berani meminta bapaknya untuk tidak merokok. 
Mari kita dukung kampanye rokok harus mahal agar anak-anak Indonesia tidak bisa menjangkau rokok. Kita bisa menyampaikan dukungan "Rokok Harus Mahal" dengan menandatangani petisinya di Change.org/rokokharusmahal.

Foto Sugi Siswiyanti.

Obrolan ini  bisa disimak lewat 100 radio jaringan KBR. Di Jakarta bisa disimak di Power Radio 89,2 FM. Kita bisa juga menyimak melalui aplikasi KBR Radio di Android dan iOS; fan page Kantor Berita Radio KBR. 

Obrolan Serial Rokok Harus Mahal ini masih akan tayang dua kali lagi setiap hari Rabu, tanggal 25 Juli 2018 dan 15 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB - 11.00 WIB. Pasang alarm supaya tidak lupa :) Untuk blogger, ada lombanya juga. Jadi, bisa mendengarkan obrolan sambil menulis artikel bertema  rokok harus mahal.


Memuliakan Ramadan agar Allah Makin Sayang

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)


Setiap muslim pasti mengetahui perintah Allah untuk berpuasa di bulan suci Ramadan. Ketika ia mematuhinya, in sya Allah predikat takwa melekat pada dirinya. Namun, seperti apa melekatnya? hanya hatinya yang mengetahui itu. Karena ibadah puasa yang dijalani akan terasa hambar jika sekadar menahan lapar dan dahaga belaka.

Ramadan tahun ini bagi saya adalah Ramadan yang sangat sibuk. Mengapa saya menyebutnya demikian? Pada Ramadan tahun ini, saya masih menyusui meskipun bayi saya sudah mulai mendapat mpasi. Di hari-hari terakhir bulan Sya'ban, saya ragu-ragu akan berpuasa atau tidak. Saya tahu banyak ibu menyusui yang bisa berpuasa sebulan penuh. Namun, banyak juga ibu menyusui yang memutuskan tidak berpuasa demi bayinya. Dari referensi fiqih yang saya baca, tidak apa-apa jika ibu memutuskan tidak berpuasa demi bayinya. Sebagai gantinya, ibu harus berpuasa di lain hari setelah Ramadan.

Puasa yang Putus-Putus

Saya pun mengamati kondisi bayi saya. Apakah ia cukup kuat jika saya berpuasa sehari penuh selama satu bulan? Di hari pertama, saya berpuasa. Tidak ada masalah. Ia memang minum asi lebih banyak dari biasanya, tapi semua baik-baik saja. 

Di hari kedua, ia agak rewel karena pilek. Entahlah, pilek datang tiba-tiba. Karena ia pilek, saya memutuskan tidak berpuasa dulu. Dua hari kemudian, saya puasa lagi. Eh, baru puasa beberapa hari, bayi saya masuk angin. Saya tidak puasa lagi. Begitu terus kondisinya. Belum lagi saat tamu bulanan datang. Libur lagi puasanya. Puasa saya pun rasanya geje. 

Tidak hanya puasanya, ibadah lain pun rasanya tak selapang tahun-tahun sebelumnya. Waktu ibadah terasa amat sempit. Bayi selalu ikut bangun saat sahur dan ia mengantuk ketika azan subuh berkumandang. Alhasil, saya harus meninabobokan lebih dulu. Harapan salat subuh tepat waktu pun pupus. Untungnya itu terjadi saat di awal Ramadan. Setelah seminggu berlalu, bayi saya bisa kembali tidur nyenyak saat kami makan sahur hingga subuh tiba.


foto : www.hrc.org

Amalan Ramadan

Sepakat dengan Mak Ade, Ramadan yang datang setahun sekali ini jangan sampai sia-sia. Karena itu, di tengah padatnya kesibukan saya mengurus bayi, rumah, dan pekerjaan lain, saya berusaha keras agar bisa melakukan ibadah-ibadah ini :
1. Salat sunnah sebanyak-banyaknya
Salat sunnah rawatib, salat dhuha, dan salat tarawih atau tahajud menjadi andalan setiap muslim yang sedang menunaikan ibadah puasa agar puasanya semakin bermakna.
2. Tadarusan
Maksud hati sih ingin bisa One Day One Juz, tapi apa daya, yang bisa dicapai one week one juz. Tapi tak apa, yang penting rutin mengaji setiap hari. Bukankah ibadah yang Allah sukai adalah ibadah yang rutin dilakukan setiap hari meski hanya sedikit. Yang penting rutin.
3. Salat tepat waktu
Ini tantangan sekaligus kebahagiaan bagi saya saat saya bisa menunaikannya tepat waktu. Bergegas salat begitu azan berkumandang. Di kondisi sekarang, kadangkala baru saja berwudhu, bayi tidak mau ditinggal salat sebentar. Atau saat sudah akan salat, ia pup sehingga harus bersih-bersih dulu. Atau saat azan, saya tengah menyuapi bayi makan. Mau ditinggal, nanti malah tidak mau makan lagi. Banyak alasan? hiks...saya tidak berapologi.
4. Menyampaikan permohonan saat berbuka puasa
Ada hadits yang mengatakan berdoalah saat hujan dan saat berbuka puasa. Maka Allah akan mengabulkan doamu. Saya camkan hadits itu dalam hati. Jadi, hati dan mulut saya berbagi konsentrasi saat berbuka puasa. Masya Allah :)
5. Memperbanyak sedekah
Sebisa mungkin, baik saat lapang maupun sempit, usahakan tetap bersedekah. Bukankah dengan bersedekah Allah akan semakin membuka pintu-pintu rezeki kita? Sedekah takhanya uang, bisa banyak hal.Yang penting dilakukan dengan tulus dan ikhlas. Terlebih saat Ramadan, in sya Allah kasih sayang-Nya makin berlipat-lipat kepada kita.



Memilih atau Tidak, Proses Demokrasi Tetap Berjalan


www.ptotoday.com
foto : www.ptotoday.com

Pilkada serentak tahun ini menjadi gambaran kekuatan politik parpol untuk menyusun strategi pada pilpres tahun 2019 yang akan datang. Calon dari partai mana yang menang akan menjadi referensi bagi parpol bersangkutan untuk memetakan langkah-langkah politis parpol dalam berkoalisi.

Suhu politik yang memanas setahun terakhir ini menyebabkan semua orang tertarik bicara tentang politik. Yang dibicarakan tidak hanya seputar siapa cagub atau cawalkot pilihanmu, tetapi juga partai mana saja yang berkoalisi dan berpeluang menang di Pilpres 2019.  Di topik bahasan ini, Mak Umi memfokuskan pada cara kritis kita sebagai warga negara dalam memilih pemimpinnya.

Pemimpin yang dimaksud tentu tidak hanya presiden dan wakil presiden, tetapi juga gubernur, wali kota, bahkan ketua RT. Sebagai warga negara, kita harus cermat memilih sosok yang tepat. Ia harus amanah, cerdas, bersih, dan prorakyat. Itu kriteria sederhana yang saya ajukan sebagai warga negara.

Sebenarnya, jujur, saya agak apatis dengan kondisi politik negeri ini. Siapa pun pemimpinnya, ia takpernah bisa bebas dari titipan kepentingan partai politik yang mengusungnya. Hal ini memang suatu keniscayaan karena takada ketulusan dalam berpolitik. Politik takpernah bebas nilai. Pasti ada mekanisme balas budi jika tujuan terpenuhi. Ini yang lazim terjadi di dunia politik dan kita harus menerima itu.

Namun, seiring berjalannya waktu, kelaziman itu kok lama-lama menjadi pemandangan yang memuakkan bagi saya. Praktik balas budi kemudian berkembang menjadi praktik bagi-bagi kekuasaan. "Saya berjasa lho dalam kemenangan Anda. Jangan lupa posisi untuk saya."

Sebagai warga negara yang tak berdaya, saya hanya bisa geram setiap membaca berita atau mendengar kabar dari kawan-kawan jurnalis tepercaya tentang bunglon-bunglon politik di negeri ini. Saya takbisa protes langsung pada para petinggi partai pembuat keputusan. Yang bisa saya lakukan adalah lebih cermat mengenali orang-orang partai yang mencalonkan diri dalam bursa pilkada. Saya mempelajari rekam jejak mereka beserta program-program kerja yang ditawarkan.

Semakin saya mengkaji rekam jejak para calon, semakin saya tidak menemukan sosok yang pas di hati memimpin kota dan provinsi tempat saya berdomisili. Sebenarnya ada sih calon yang sedikit mengena di hati. Namun, setelah ditimbang berulang kali, kembali mengkaji rekam jejak mereka, hati saya menolaknya. Anyway, memang tidak ada yang sempurna. Mencari sosok pemimpin seperti Umar Bin Khattab di zaman sekarang ini kok rasanya seperti mencari jarum dalam jerami.

Harapan saya tidak muluk-muluk sebenarnya. Saya hanya ingin pemimpin yang bersih dari korupsi; punya sikap, dan berani membela kepentingan rakyat. Abstrak? Tidak. Susi Pudjiastuti memenuhi tiga kriteria itu di mata saya. Entah di mata yang lain. Biasanya sih yang punya sikap dan berani membela kepentingan rakyat adalah mereka yang nonpartai. Sementara, di negeri ini, jalan terlalu terjal tanpa bendera parpol. Ahok yang pede punya banyak pendukung saja akhirnya harus maju di bawah bendera PDI. Terlebih dengan aturan ambang 20% untuk mencalonkan presiden. Parpol-parpol makin giat sikut kanan kiri berkoalisi demi kekuasaan.

Akhirnya, di detik-detik terakhir pencoblosan, saya memilih tidak memilih. Meskipun mungkin suara saya dimanfaatkan pihak-pihak tak bertanggung jawab, biarlah. Saya pun takpeduli jika dinilai tak bertanggung jawab karena tidak berpartisipasi dalam menentukan nasib Bandung dan Jawa Barat lima tahun ke depan. Saya tidak ingin asal memilih atau malah mencoblos semua gambar di bilik suara. Lagi pula, memilih atau tidak memilih, proses demokrasi tetap berjalan.

Sama halnya dengan saling menghargai perbedaan pilihan politik, yang memilih dalam pilkada dan pileg, serta pilpres kelak harus juga menghargai mereka yang tidak memilih. Hal mahapenting dari kondisi ini adalah tidak saling menghasut dan tidak saling menghakimi. Mari saling menghargai demi Indonesia yang kita cintai.

Jurassic World 2, Fallen Kingdom (Review)

www.siswiyantisugi.com


Jurassic World 2, Fallen Kingdom, tayang serentak tanggal 7 Juni 2018 lalu di seluruh bioskop di Indonesia. Kebetulan saya, suami, dan anak-anak ngefans banget film ini. Jadi, tepat tanggal 7 Juni yang jatuh pada hari Kamis, kami meluncur ke bioskop.

Pas banget Jurassic World 2, Fallen Kingdom tayang perdana di hari Kamis. Ini artinya kami bisa beli tiket nomat alias nonton hemat :D Kami memilih XXI BTC Pasteur Bandung. Tiketnya murah meriah, Rp 25 ribu saja. Harga segitu signifikan banget untuk kami yang nonton rame-rame.

Jadwal pemutaran pertama adalah pukul 15.40 WIB. Jadwal kedua pukul 18.20 WIB. Jadwal ketiga dan selanjutnya, saya lupa ^^ Untunglah, setelah menembus kemacetan sepanjang jalan Garuda hingga jalan Pasteur, kami berhasil menonton pada pukul 15.40 WIB.

Mulanya saya kira antrean akan sangat panjang. Ternyata dugaan saya meleset. Tidak ada antrean; suasana di lobinya pun lengang. Ada beberapa orang saja yang duduk-duduk. Kami pun bisa langsung membeli tiket dan cuuzz ke Teater 1. Waktu sudah menunjukkan pukul 15.30 WIB.

Di dalam Teater 1, masih banyak kursi yang kosong. Mungkin karena bulan puasa, orang-orang memilih menonton selepas berbuka puasa. Atau mungkin di XXI BTC saja yang lengang. Bisa jadi di bioskop-bioskop lain antreannya mengular. Syukurlah kami memilih menonton di sini.

Jurassic World 2, Fallen Kingdom langsung dibuka dengan scene menegangkan. Scene selanjutnya menceritakan gunung berapi di Pulau Isla Nublar meletus. Bencana alam itu tentu mengancam keselamatan dinosaurus yang ada di pulau itu. Kekhawatiran tersebut juga dirasakan pemerintah AS. Pemerintah pun mengadakan kongres dengar pendapat untuk menemukan jalan keluar.

Meletusnya gunung berapi di Pulau Isla Nublar pun mengundang keprihatinan banyak pihak, termasuk Claire Dearing. Kalau nonton Jurassic World I, pasti familiar dengan perempuan cantik ini. Selepas kekacauan tiga tahun lalu yang memaksa perusahaan pemilik Jurassic World mengganti kerugian pengunjung sebesar $ 18 juta, Claire kini memimpin yayasan penyelamat dinosaurus. Bersama teman-temannya di yayasan itu, ia berusaha melobi pihak-pihak berwenang agar mendukung usahanya menyelamatkan dinosaurus di Pulau Isla Nublair agar tidak punah akibat meletusnya gunung berapi di sana.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Benjamin Lockwood, partner pendiri Jurassic Park sebelumnya, Profesor John Hammond's, dalam menciptakan teknologi kloning dinosaurus, mengontak Claire untuk datang ke kediamannya. Claire yang sangat bersemangat pun memenuhi undangan itu. Di kediaman Lockwood, ia ditemui Eli Mills, asistennya.

Mills meminta Claire bergabung dengan misi penyelamatan dinosaurus. Dinosaurus ini akan dipindahkan ke pulau khusus yang hanya akan diisi oleh dinosaurus. Kingdom ini bisa hidup bebas di alam tanpa diganggu campur tangan manusia.

Tentu saja Claire bersedia. Ia mengajak rekannya yang dokter paleontologi dan rekan satunya, seorang ahli informatika untuk membantunya. Oh ya, ada satu orang lagi yang sangat dibutuhkan. ow..ow..siapa dia? Yes! Dia tak lain tak bukan adalah si ganteng lembut hati, Owen, sang ahli perilaku hewan. Singkat cerita, Claire mengontak Owen, sedikit nostalgia tentang relasi asmara mereka tiga tahun lalu. Owen akhirnya bersedia bergabung. Pergilah mereka berempat ke Pulau Isla Nublar.

Namun, yang dibayangkan Claire dan Owen jauh panggang dari api. Mereka dikhianati dan nyaris tewas terpanggang magma yang turun dari gunung. Ternyata, puncak konfliknya bukan di Pulau Isla Nublar, melainkan di kediaman Lockwood. 

Mills menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan Lockwood kepadanya. Alih-alih menyelamatkan dinosaurus-dinosaurus di Isla Nublar ke tempat yang sudah disediakan untuk hewan-hewan purba ini, Mills bekerja sama dengan rekannya melelang hewan-hewan ini. Dan siapa pemenang lelang pertama? Pembeli dari Indonesia. Luar biasa. Kepikiran ya si penulis skenario memasukkan Indonesia dalam script :D 

Berbagai ketegangan mewarnai jalannya film ini. Jangan harap ada keindahan pemandangan seperti yang disajikan Jurassic World I. Di Jurassic World 2 ini, alur ceritanya tegang terus.  Tegang dan mengerikan. Belum lagi saat asal-usul sebenarnya cucu Lockwood, Maisie, diungkap Eli Mills. Saya bergidik. Ilmu pengetahuan memang luar biasa. Apa sih yang ngga bisa? analoginya seperti dua sisi mata pisau; benar-benar menguji kearifan manusia.

Chilkid Soya dari Morinaga Dukung Anak Alergi Tetap Berprestasi

Semua ibu pasti ingin memberikan yang terbaik bagi tumbuh kembang anaknya. Asupan nutrisi dan stimulan yang tepat akan membantu tumbuh kembangnya secara optimal. Tapi bagaimana jika anak alergi susu sapi? Bisakah alergi tetap berprestasi?

 

Idealnya, ibu memberikan ASI eksklusif di usia 0- 6 bulan pertama. Selanjutnya, ASI bisa diberikan bersama MPASI sebagai tahapan memperkenalkan anak pada beragam rasa dan tekstur makanan di awal kehidupannya. Pemberian MPASI juga bisa menjadi cara pencegahan alergi terhadap makanan.

Sebagai ibu bekerja, saya merasakan sendiri kuantitas ASI saya berkurang saat bayi saya berusia 13 bulan. Perasaan khawatir dan sedih pun melanda. Bagaimana kalau tumbuh kembang anak saya terhambat karena ia tidak minum ASI lagi? Bagaimana kalau ternyata ia alergi terhadap susu sapi?

Setelah membaca banyak artikel tumbuh kembang bayi, kekhawatiran saya mulai surut. Pada salah satu artikel yang saya baca, Prof. Dr. dr. Zakiudin Munasir, Sp.A(K), Guru Besar Bagian Anak Alergi dan Immunologi dari RSCM/FKUI, menjelaskan bahwa ibu yang tidak bisa maksimal memberikan ASI pada bayinya dapat memberi susu yang telah diformulasikan secara khusus seperti susu dengan protein terhidrolisat parsial.

Teknologi protein hidrolisa parsial ini memungkinkan protein dalam susu yang menjadi pencetus alergi pada bayi dipecah-pecah sehingga aman dikonsumsi.  Catat : aman dikonsumsi. Penting banget bagi saya dan pasti bagi para ibu lain untuk memastikan susu yang dikonsumsi anak kami aman, bebas alergi. 

Eit, tapi ada yang harus diperhatikan juga lho. Ternyata meskipun bayi punya alergi, gejalanya tidak langsung terlihat. Gejala alergi baru bisa terdeteksi setelah dua sampai tiga bulan. Biasanya, alergi itu genetis. Karena itu, bagi orang tua yang memiliki riwayat alergi sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum memutuskan  mengganti dengan susu kemasan.


 
Sehubungan dengan itu, Morinaga sebagai salah satu brand unggulan PT Kalbe Nutritionals secara berkesinambungan menyelenggarakan Morinaga Allergy Week sebagai bentuk dukungan terhadap program tahunan World Allergy Week. Dalam event itu, diselenggarakan seminar edukasi bagi para orangtua. Program parenting seminar skala nasional persembahan Kalbe Nutritionals ini akan dijalankan di banyak rumah sakit di lima kota besar di Indonesia. Apa yang akan disampaikan pada seminar tersebut? Seminar ini akan membahas fakta mengenai alergi dan penyakit lain yang terkait serta penanganan, dan pencegahannya.



Dalam upaya menangani alergi, Morinaga mempunyai program tetap, yaitu Morinaga Allergy Solution. Program ini merupakan solusi alergi untuk Si Kecil melalui sinergi nutrisi yang tepat, hasil pengembangan PT Kalbe Nutritionals bersama Morinaga Research Centre Jepang. Program ini menghasilkan produk yang memberikan solusi nutrisi untuk mencegah alergi susu sapi, yaitu Chilkid Soya

Chilkid Soya merupakan produk nutrisi untuk anak usia 1-3 tahun. Produk nutrisi ini mencakup Brain Care, Body Defense, dan Body Growth. Kehadiran Chilkid Soya mengandung nutrisi yang diperkaya setara dengan kebaikan susu sapi membantu sekaligus menghapus kekhawatiran para ibu. Menurut hasil survey terhadap ibu-ibu di Indonesia dengan anak usia antara 1 - 3 tahun yang alergi susu sapi, 9 dari 10 ibu merasa puas dan merekomendasikan Chilkid Soya sebagai solusi terbaik alergi.

Jadi, ibu takperlu khawatir anaknya tidak berprestasi karena alergi susu sapi. Chilkid Soya dengan nutrisi lengkapnya mendukung tumbuh kembang anak meskipun alergi tetap berprestasi. Apabila ibu ingin mengetahui lebih lanjut mengenai Chilkid Soya dan berbagai produk dari Morinaga, bisa kunjungi akun sosial medianya di Facebook : Morinaga Platinum, Instagram : @Morinagaplatinum, Twitter: @MorinagaID, dan channel Youtube : MorinagaPlatinum. Selamat berselancar :)