Open House Museum Biofarma Bandung

https://www.siswiyantisugi

Selalu ada yang baru di Kota Bandung. Selain wisata kuliner yang ngga ada matinya, wisata alam yang memukau, ada juga wisata edukasi yang pasti menambah wawasan dan pengetahuan wisatawan yang datang ke kota ini.

Salah satu wisata edukasi yang baru saja launching di Kota Bandung adalah Museum Bio Farma. Museum ini berlokasi di jalan Pasteur No. 28 Bandung. Bio Farma adalah produsen vaksin yang kini  telah ditunjuk sebagai Center of Excellence untuk pengembangan dan distribusi vaksin di negara berkembang dan negara Islam. 

Sekilas Tentang Bio Farma
Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1980 ini dengan kompetensi ekspertis dan pengalamannya dipercaya untuk mentransfer teknologi produk vaksin bagi negara berkembang dan negara Islam. Dengan prestasinya itu, pada tahun 2009, Bio Farma melangkah menuju perusahaan vaksin kelas dunia yang berdaya saing global. Pencapaian Bio Farma ini membuat saya makin bangga sebagai rakyat Indonesia.

Terlebih ketika saya mendengarkan penjelasan Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bandung, Kenny Dewi Kaniasari, pada acara Open House Museum Bio Farma, 19 Juli 2018. “Gedung Bio Farma ini merupakan cagar budaya berklasifikasi A. Gedung ini akan menjadi wisata edukasi dan tentunya wisata museum. Tentu saja ini menambah daftar destinasi wisata di Kota Bandung," jelasnya.

Talk Show

https://www.siswiyantisugi.com












 Open House Museum Bio Farma ini dihadiri berbagai komunitas, seperti Komunitas Aleut, Sahabat Museum, Blogger Bandung, dan akademisi. Sebelum berkunjung ke museum, kami mengikuti talk show. Ada dua pokok bahasan, yaitu sejarah imunisasi di Indonesia dan menjejakkan sejarah museum medis.

www.siswiyantisugi.com
  
Saya sepakat dengan penjelasan dr. Andri Edwin tentang upaya menghidupkan museum sebagai jejak literasi. Keberadaan museum yang menyimpan jejak-jejak sejarah serupa kumpulan catatan yang menggambarkan perjalanan peradaban suatu zaman. Karena itu, museum seharusnya menjadi tempat belajar bagi masyarakat untuk mengenali perjalanan peradaban.

Sementara itu, dr. Luthfi Yondri sebagai ahli sejarah memaparkan bahwa sistem pengobatan sebenarnya bagian dari kebudayaan manusia. Jadi, tidak perlu heran kalau sampai hari ini pengobatan herbal sama populernya dengan pengobatan medis. Keduanya bisa seiring sejalan karena masyarakat kita memercayai keduanya.

Pembicara terakhir adalah Kepala Bagian Pelayanan Unit Klinik dan Imunisasi, dr.Erwin. Ia memaparkan perbedaan antara selesma (batuk pilek) dan influenza. Informasi yang sangat bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Betapa influenza dan gejalanya sangat menghambat aktivitas kita. Untuk itu, seharusnya setiap orang mempunyai kesadaran untuk divaksin influenza. 

Nah, diumumkan juga ada harga khusus bagi hadirin yang ingin divaksin influenza. Harga biasa sekitar 200 ribu lebih, hari itu harganya hanya Rp 160 ribu. Lumayan banget kan? Tapii, saya memutuskan tidak ikut divaksin. Alasannya sepele bin klasik : saya takut disuntik, hehe..

Kunjungan ke Museum Bio Farma

https://www.siswiyantisugi.com
Meja Resepsionis Museum Biofarma

Acara puncak adalah  berkunjung ke museum. Ini sesi yang saya tunggu. Museum Bio Farma terdiri atas satu lantai. Para undangan sangat antusias membaca sejarah yang terpampang di dinding di tiap ruangan. Selain sejarah berdirinya Bio Farma, kita bisa belajar tentang kemunculan smallpox atau cacar api beserta vaksinnya.

Saya jadi ingat serial tv produksi NBC, serial ER. Di serial itu, ada satu episode yang mengangkat masalah smallpox alias cacar api. Saking bahayanya cacar api ini, County Hospital sebagai setting serial ER ini disterilisasi pemerintah selama dua minggu. Tim medis yang sempat memeriksa dan mengobati pasien smallpox pun dikarantina selama dua minggu.

www.siswiyantisugi.com







Masuk pintu utama museum, kami diajak melihat rekaman para pekerja di Bio Farma di masa lalu, pada masa berdirinya Bio Farma. Setelah itu, kami masuk ke ruangan di sebelah kiri. Ada deretan foto-foto dokter-dokter yang pernah memimpin Bio Farma dari masa ke masa.

www.siswiyantisugi.com

www.siswiyantisugi.com

Di ruangan lain, kita bisa melihat perubahan logo Bio Farma sebagai lembaga yang fokus meneliti dan menghasilkan vaksin.
www.siswiyantisugi.com

www.siswiyantisugi.com






Di museum ini, kita juga bisa melihat banyak penghargaan yang sudah diterima Museum Bio Farma dalam perjalanannya.

Di ruangan selanjutnya ada penjelasan berikut foto-foto hasil-hasil penelitian Bio Farma di tiga bidang cultural, geografi, dan biodiversity.

www.siswiyantisugi.com

Selalu ada rasa haru setiap memasuki museum dan mengamati koleksinya. 
Saya kadang merasa terlempar ke masa lalu saat ada di dalam lorong-lorongnya. Bagaimana pun, museum adalah etalase kenangan. Kenangan tentang perjuangan jerih payah manusia membangun peradabannya.

Melihat animo masyarakat yang sangat antusias dalami acara open house kali ini. Head Of Corporate Communication Bio Farma Nurlaela Arief angkat bicara, “Kedepannya berencana akan membuka museum ini untuk umum, tentunya dengan konsep digital serta tak melepaskan unsur edukasinya. Untuk perihal waktunya nanti kami akan menginformasikan kembali secepatnya” Ujar Lala Rabu (18/07).


Rokok Harus Mahal Demi Masa Depan Anak Indonesia

Foto : www.wartawanita.com

Setiap pagi, anak-anak SMK nongkrong di depan rumah saya. Kebetulan sekolah mereka memang dekat dengan perumahan tempat saya tinggal. Mereka biasanya nongkrong di situ untuk menghindari apel pagi. Dan nongkrong itu tidak hanya diisi ngobrol ngalor ngidul, tetapi juga klebas-klebus asap rokok di tengah mereka.

Saya dan suami kerap jengkel sekaligus prihatin dengan perilaku mereka. Selain asap rokoknya masuk ke rumah, di usia masih belia, mereka sudah merusak paru-parunya. Saya dan suami sering mengingatkan mereka untuk tidak nongkrong merokok di depan rumah saya. Respons mereka ya begitulah..iya..iya..tapi besoknya merokok lagi.

Anak-anak SMK nongkrong merokok juga sering saya jumpai di gang sempit dekat perumahan.  Tidak banyak yang mengakses gang sempit itu. Hanya sedikit orang yang sengaja melewatinya untuk memotong jalan. Anak-anak ini bahkan nongkrong di pagi hari, siang, hingga maghrib. Asap rokok takhenti mengepul di tengah mereka. 

Saya heran orang-orang dewasa di sekitar tempat nongkrong itu tidak menegur mereka. Usut punya usut, ternyata keberadaan anak-anak ini menguntungkan warung yang menjual rokok di situ. Tetangga sebelah saya membuka warung kelontong. Warung tetangga saya inilah tempat anak-anak itu membeli rokok. Sama halnya dengan kasus di gang sempit itu. Mereka nongkrong persis di depan warung jajanan yang menjual rokok juga. Jadi, kasarnya ada simbiosis mutualisma di antara mereka. Simbiosis mutualisma yang menyimpang.

Warung-warung rokok ini mungkin tidak peduli dengan kondisi ini. Yang penting jualannya laku, pikir mereka. Padahal seandainya mereka mau berpikir jauh ke depan, kebiasaan merokok ini membahayakan kesehatan anak-anak itu di masa depan. Selain membahayakan kesehatan, kebiasaan merokok sejak dini akan menciptakan ketergantungan terhadap nikotin hingga usia tua. Ketergantungan itu bisa diatasi selama si perokok segera sadar akan akibat buruk rokok. Bagaimana jika tidak? Bersiaplah negeri ini akan kehilangan bonus demografi 5-10 tahun akan datang.
Keprihatinan dan kekhawatiran terhadap generasi muda yang kecanduan rokok mendorong Yayasan LenteraAnak bersama FCTC Warrior mengungkapkan hasil survei yang menunjukkan harga rokok masih terjangkau anak-anak pasca kenaikan tarif cukai rokok 10,04 persen per Januari 2018. Sementara itu, data Tobacco Control Atlas ASEAN mencatat lebih dari 30 persen dari sekitar 20 juta anak Indonesia mulai merokok sebelum usia 10 tahun. 

Rokok bisa menjadi pintu gerbang penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya. Jika sudah fasih merokok, anak bisa saja tertarik mencoba hal lain yang lebih menantang agar tampak keren di komunitasnya. Atau saat embusan asap rokok mild atau kretek tak membantunya mengatasi kegalauan, ia bisa lari ke media lain, narkoba misalnya. Itu mungkin kekhawatiran berlebih yang saya pikirkan, tapi becermin dari kasus-kasus sebelumnya, hal itu bisa saja terjadi. 

Adakah cara yang bisa dilakukan agar anak-anak tidak bisa menjangkau rokok? Untuk itu, Radio KBR mengupasnya di Ruang Publik KBR dalam serial Rokok Harus Mahal. Pada hari Rabu, 18 Juli 2018, serial Rokok Harus Mahal sudah memasuki episode ke-6. Kali ini live dari Surabaya dengan narasumber :
1.Dr Santi Martini,dr. M Kes-- Wakil Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga 
2.Lisda Sundari--- Ketua Yayasan Lentera Anak Indonesia 
3.Dr Sophiati Sutjahjani, M Kes ---Ketua Majelis Kesehatan Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Timur .

Foto Sugi Siswiyanti.


Dalam obrolan ini, dokter Santi memaparkan bahwa regulasi pemerintah dalam PP 109 tentang rokok sudah sangat lengkap. PP 109 menjelaskan bahwa rokok tidak boleh dijual kepada anak-anak atau orang di bawah umur 18 tahun. Selain itu, ada pasal yang melarang rokok dijual dalam kemasan kurang dari 20 batang. 
Jadi, yang urgent adalah implementasinya. Menaikkan harga rokok adalah keharusan. Seperti yang disampaikan Lisda Sundari bahwa kampanye rokok harus mahal mengajukan harga rokok Rp 80ribu/bungkus. Hal ini dilakukan agar daya beli anak-anak terhadap rokok tidak ada lagi, jelas Lisda. 
Sementara, Dr. Sophi menjelaskan bahwa dampak rokok bertambah, yaitu mengakibatkan stunting. Stunting itu selain pendek, ternyata juga kecerdasannya menurun. Bagaimana anak bangsa kita nanti? Kecil dan tidak pintar. Saat ini stunting salah satu dari 4 problem terbesar di Indonesia. Agar bonus demografi Indonesia tidak sia-sia, kita semua harus bergerak. 
Kita harus membangun persepsi denormalisasi merokok. Itu penting. Inilah alasan kegiatan seperti ini harus tetap dilakukan terutama mengampanyekan Smoke Free Campaign untuk anak-anak sedini mungkin. Kampanye ini akan membentuk pola pikir pada anak-anak perempuan dan laki-laki bahwa merokok itu berbahaya. Selanjutnya, anak-anak bisa berani meminta bapaknya untuk tidak merokok. 
Mari kita dukung kampanye rokok harus mahal agar anak-anak Indonesia tidak bisa menjangkau rokok. Kita bisa menyampaikan dukungan "Rokok Harus Mahal" dengan menandatangani petisinya di Change.org/rokokharusmahal.

Foto Sugi Siswiyanti.

Obrolan ini  bisa disimak lewat 100 radio jaringan KBR. Di Jakarta bisa disimak di Power Radio 89,2 FM. Kita bisa juga menyimak melalui aplikasi KBR Radio di Android dan iOS; fan page Kantor Berita Radio KBR. 

Obrolan Serial Rokok Harus Mahal ini masih akan tayang dua kali lagi setiap hari Rabu, tanggal 25 Juli 2018 dan 15 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB - 11.00 WIB. Pasang alarm supaya tidak lupa :) Untuk blogger, ada lombanya juga. Jadi, bisa mendengarkan obrolan sambil menulis artikel bertema  rokok harus mahal.


Memuliakan Ramadan agar Allah Makin Sayang

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)


Setiap muslim pasti mengetahui perintah Allah untuk berpuasa di bulan suci Ramadan. Ketika ia mematuhinya, in sya Allah predikat takwa melekat pada dirinya. Namun, seperti apa melekatnya? hanya hatinya yang mengetahui itu. Karena ibadah puasa yang dijalani akan terasa hambar jika sekadar menahan lapar dan dahaga belaka.

Ramadan tahun ini bagi saya adalah Ramadan yang sangat sibuk. Mengapa saya menyebutnya demikian? Pada Ramadan tahun ini, saya masih menyusui meskipun bayi saya sudah mulai mendapat mpasi. Di hari-hari terakhir bulan Sya'ban, saya ragu-ragu akan berpuasa atau tidak. Saya tahu banyak ibu menyusui yang bisa berpuasa sebulan penuh. Namun, banyak juga ibu menyusui yang memutuskan tidak berpuasa demi bayinya. Dari referensi fiqih yang saya baca, tidak apa-apa jika ibu memutuskan tidak berpuasa demi bayinya. Sebagai gantinya, ibu harus berpuasa di lain hari setelah Ramadan.

Puasa yang Putus-Putus

Saya pun mengamati kondisi bayi saya. Apakah ia cukup kuat jika saya berpuasa sehari penuh selama satu bulan? Di hari pertama, saya berpuasa. Tidak ada masalah. Ia memang minum asi lebih banyak dari biasanya, tapi semua baik-baik saja. 

Di hari kedua, ia agak rewel karena pilek. Entahlah, pilek datang tiba-tiba. Karena ia pilek, saya memutuskan tidak berpuasa dulu. Dua hari kemudian, saya puasa lagi. Eh, baru puasa beberapa hari, bayi saya masuk angin. Saya tidak puasa lagi. Begitu terus kondisinya. Belum lagi saat tamu bulanan datang. Libur lagi puasanya. Puasa saya pun rasanya geje. 

Tidak hanya puasanya, ibadah lain pun rasanya tak selapang tahun-tahun sebelumnya. Waktu ibadah terasa amat sempit. Bayi selalu ikut bangun saat sahur dan ia mengantuk ketika azan subuh berkumandang. Alhasil, saya harus meninabobokan lebih dulu. Harapan salat subuh tepat waktu pun pupus. Untungnya itu terjadi saat di awal Ramadan. Setelah seminggu berlalu, bayi saya bisa kembali tidur nyenyak saat kami makan sahur hingga subuh tiba.


foto : www.hrc.org

Amalan Ramadan

Sepakat dengan Mak Ade, Ramadan yang datang setahun sekali ini jangan sampai sia-sia. Karena itu, di tengah padatnya kesibukan saya mengurus bayi, rumah, dan pekerjaan lain, saya berusaha keras agar bisa melakukan ibadah-ibadah ini :
1. Salat sunnah sebanyak-banyaknya
Salat sunnah rawatib, salat dhuha, dan salat tarawih atau tahajud menjadi andalan setiap muslim yang sedang menunaikan ibadah puasa agar puasanya semakin bermakna.
2. Tadarusan
Maksud hati sih ingin bisa One Day One Juz, tapi apa daya, yang bisa dicapai one week one juz. Tapi tak apa, yang penting rutin mengaji setiap hari. Bukankah ibadah yang Allah sukai adalah ibadah yang rutin dilakukan setiap hari meski hanya sedikit. Yang penting rutin.
3. Salat tepat waktu
Ini tantangan sekaligus kebahagiaan bagi saya saat saya bisa menunaikannya tepat waktu. Bergegas salat begitu azan berkumandang. Di kondisi sekarang, kadangkala baru saja berwudhu, bayi tidak mau ditinggal salat sebentar. Atau saat sudah akan salat, ia pup sehingga harus bersih-bersih dulu. Atau saat azan, saya tengah menyuapi bayi makan. Mau ditinggal, nanti malah tidak mau makan lagi. Banyak alasan? hiks...saya tidak berapologi.
4. Menyampaikan permohonan saat berbuka puasa
Ada hadits yang mengatakan berdoalah saat hujan dan saat berbuka puasa. Maka Allah akan mengabulkan doamu. Saya camkan hadits itu dalam hati. Jadi, hati dan mulut saya berbagi konsentrasi saat berbuka puasa. Masya Allah :)
5. Memperbanyak sedekah
Sebisa mungkin, baik saat lapang maupun sempit, usahakan tetap bersedekah. Bukankah dengan bersedekah Allah akan semakin membuka pintu-pintu rezeki kita? Sedekah takhanya uang, bisa banyak hal.Yang penting dilakukan dengan tulus dan ikhlas. Terlebih saat Ramadan, in sya Allah kasih sayang-Nya makin berlipat-lipat kepada kita.



Memilih atau Tidak, Proses Demokrasi Tetap Berjalan


www.ptotoday.com
foto : www.ptotoday.com

Pilkada serentak tahun ini menjadi gambaran kekuatan politik parpol untuk menyusun strategi pada pilpres tahun 2019 yang akan datang. Calon dari partai mana yang menang akan menjadi referensi bagi parpol bersangkutan untuk memetakan langkah-langkah politis parpol dalam berkoalisi.

Suhu politik yang memanas setahun terakhir ini menyebabkan semua orang tertarik bicara tentang politik. Yang dibicarakan tidak hanya seputar siapa cagub atau cawalkot pilihanmu, tetapi juga partai mana saja yang berkoalisi dan berpeluang menang di Pilpres 2019.  Di topik bahasan ini, Mak Umi memfokuskan pada cara kritis kita sebagai warga negara dalam memilih pemimpinnya.

Pemimpin yang dimaksud tentu tidak hanya presiden dan wakil presiden, tetapi juga gubernur, wali kota, bahkan ketua RT. Sebagai warga negara, kita harus cermat memilih sosok yang tepat. Ia harus amanah, cerdas, bersih, dan prorakyat. Itu kriteria sederhana yang saya ajukan sebagai warga negara.

Sebenarnya, jujur, saya agak apatis dengan kondisi politik negeri ini. Siapa pun pemimpinnya, ia takpernah bisa bebas dari titipan kepentingan partai politik yang mengusungnya. Hal ini memang suatu keniscayaan karena takada ketulusan dalam berpolitik. Politik takpernah bebas nilai. Pasti ada mekanisme balas budi jika tujuan terpenuhi. Ini yang lazim terjadi di dunia politik dan kita harus menerima itu.

Namun, seiring berjalannya waktu, kelaziman itu kok lama-lama menjadi pemandangan yang memuakkan bagi saya. Praktik balas budi kemudian berkembang menjadi praktik bagi-bagi kekuasaan. "Saya berjasa lho dalam kemenangan Anda. Jangan lupa posisi untuk saya."

Sebagai warga negara yang tak berdaya, saya hanya bisa geram setiap membaca berita atau mendengar kabar dari kawan-kawan jurnalis tepercaya tentang bunglon-bunglon politik di negeri ini. Saya takbisa protes langsung pada para petinggi partai pembuat keputusan. Yang bisa saya lakukan adalah lebih cermat mengenali orang-orang partai yang mencalonkan diri dalam bursa pilkada. Saya mempelajari rekam jejak mereka beserta program-program kerja yang ditawarkan.

Semakin saya mengkaji rekam jejak para calon, semakin saya tidak menemukan sosok yang pas di hati memimpin kota dan provinsi tempat saya berdomisili. Sebenarnya ada sih calon yang sedikit mengena di hati. Namun, setelah ditimbang berulang kali, kembali mengkaji rekam jejak mereka, hati saya menolaknya. Anyway, memang tidak ada yang sempurna. Mencari sosok pemimpin seperti Umar Bin Khattab di zaman sekarang ini kok rasanya seperti mencari jarum dalam jerami.

Harapan saya tidak muluk-muluk sebenarnya. Saya hanya ingin pemimpin yang bersih dari korupsi; punya sikap, dan berani membela kepentingan rakyat. Abstrak? Tidak. Susi Pudjiastuti memenuhi tiga kriteria itu di mata saya. Entah di mata yang lain. Biasanya sih yang punya sikap dan berani membela kepentingan rakyat adalah mereka yang nonpartai. Sementara, di negeri ini, jalan terlalu terjal tanpa bendera parpol. Ahok yang pede punya banyak pendukung saja akhirnya harus maju di bawah bendera PDI. Terlebih dengan aturan ambang 20% untuk mencalonkan presiden. Parpol-parpol makin giat sikut kanan kiri berkoalisi demi kekuasaan.

Akhirnya, di detik-detik terakhir pencoblosan, saya memilih tidak memilih. Meskipun mungkin suara saya dimanfaatkan pihak-pihak tak bertanggung jawab, biarlah. Saya pun takpeduli jika dinilai tak bertanggung jawab karena tidak berpartisipasi dalam menentukan nasib Bandung dan Jawa Barat lima tahun ke depan. Saya tidak ingin asal memilih atau malah mencoblos semua gambar di bilik suara. Lagi pula, memilih atau tidak memilih, proses demokrasi tetap berjalan.

Sama halnya dengan saling menghargai perbedaan pilihan politik, yang memilih dalam pilkada dan pileg, serta pilpres kelak harus juga menghargai mereka yang tidak memilih. Hal mahapenting dari kondisi ini adalah tidak saling menghasut dan tidak saling menghakimi. Mari saling menghargai demi Indonesia yang kita cintai.

Jurassic World 2, Fallen Kingdom (Review)

www.siswiyantisugi.com


Jurassic World 2, Fallen Kingdom, tayang serentak tanggal 7 Juni 2018 lalu di seluruh bioskop di Indonesia. Kebetulan saya, suami, dan anak-anak ngefans banget film ini. Jadi, tepat tanggal 7 Juni yang jatuh pada hari Kamis, kami meluncur ke bioskop.

Pas banget Jurassic World 2, Fallen Kingdom tayang perdana di hari Kamis. Ini artinya kami bisa beli tiket nomat alias nonton hemat :D Kami memilih XXI BTC Pasteur Bandung. Tiketnya murah meriah, Rp 25 ribu saja. Harga segitu signifikan banget untuk kami yang nonton rame-rame.

Jadwal pemutaran pertama adalah pukul 15.40 WIB. Jadwal kedua pukul 18.20 WIB. Jadwal ketiga dan selanjutnya, saya lupa ^^ Untunglah, setelah menembus kemacetan sepanjang jalan Garuda hingga jalan Pasteur, kami berhasil menonton pada pukul 15.40 WIB.

Mulanya saya kira antrean akan sangat panjang. Ternyata dugaan saya meleset. Tidak ada antrean; suasana di lobinya pun lengang. Ada beberapa orang saja yang duduk-duduk. Kami pun bisa langsung membeli tiket dan cuuzz ke Teater 1. Waktu sudah menunjukkan pukul 15.30 WIB.

Di dalam Teater 1, masih banyak kursi yang kosong. Mungkin karena bulan puasa, orang-orang memilih menonton selepas berbuka puasa. Atau mungkin di XXI BTC saja yang lengang. Bisa jadi di bioskop-bioskop lain antreannya mengular. Syukurlah kami memilih menonton di sini.

Jurassic World 2, Fallen Kingdom langsung dibuka dengan scene menegangkan. Scene selanjutnya menceritakan gunung berapi di Pulau Isla Nublar meletus. Bencana alam itu tentu mengancam keselamatan dinosaurus yang ada di pulau itu. Kekhawatiran tersebut juga dirasakan pemerintah AS. Pemerintah pun mengadakan kongres dengar pendapat untuk menemukan jalan keluar.

Meletusnya gunung berapi di Pulau Isla Nublar pun mengundang keprihatinan banyak pihak, termasuk Claire Dearing. Kalau nonton Jurassic World I, pasti familiar dengan perempuan cantik ini. Selepas kekacauan tiga tahun lalu yang memaksa perusahaan pemilik Jurassic World mengganti kerugian pengunjung sebesar $ 18 juta, Claire kini memimpin yayasan penyelamat dinosaurus. Bersama teman-temannya di yayasan itu, ia berusaha melobi pihak-pihak berwenang agar mendukung usahanya menyelamatkan dinosaurus di Pulau Isla Nublair agar tidak punah akibat meletusnya gunung berapi di sana.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Benjamin Lockwood, partner pendiri Jurassic Park sebelumnya, Profesor John Hammond's, dalam menciptakan teknologi kloning dinosaurus, mengontak Claire untuk datang ke kediamannya. Claire yang sangat bersemangat pun memenuhi undangan itu. Di kediaman Lockwood, ia ditemui Eli Mills, asistennya.

Mills meminta Claire bergabung dengan misi penyelamatan dinosaurus. Dinosaurus ini akan dipindahkan ke pulau khusus yang hanya akan diisi oleh dinosaurus. Kingdom ini bisa hidup bebas di alam tanpa diganggu campur tangan manusia.

Tentu saja Claire bersedia. Ia mengajak rekannya yang dokter paleontologi dan rekan satunya, seorang ahli informatika untuk membantunya. Oh ya, ada satu orang lagi yang sangat dibutuhkan. ow..ow..siapa dia? Yes! Dia tak lain tak bukan adalah si ganteng lembut hati, Owen, sang ahli perilaku hewan. Singkat cerita, Claire mengontak Owen, sedikit nostalgia tentang relasi asmara mereka tiga tahun lalu. Owen akhirnya bersedia bergabung. Pergilah mereka berempat ke Pulau Isla Nublar.

Namun, yang dibayangkan Claire dan Owen jauh panggang dari api. Mereka dikhianati dan nyaris tewas terpanggang magma yang turun dari gunung. Ternyata, puncak konfliknya bukan di Pulau Isla Nublar, melainkan di kediaman Lockwood. 

Mills menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan Lockwood kepadanya. Alih-alih menyelamatkan dinosaurus-dinosaurus di Isla Nublar ke tempat yang sudah disediakan untuk hewan-hewan purba ini, Mills bekerja sama dengan rekannya melelang hewan-hewan ini. Dan siapa pemenang lelang pertama? Pembeli dari Indonesia. Luar biasa. Kepikiran ya si penulis skenario memasukkan Indonesia dalam script :D 

Berbagai ketegangan mewarnai jalannya film ini. Jangan harap ada keindahan pemandangan seperti yang disajikan Jurassic World I. Di Jurassic World 2 ini, alur ceritanya tegang terus.  Tegang dan mengerikan. Belum lagi saat asal-usul sebenarnya cucu Lockwood, Maisie, diungkap Eli Mills. Saya bergidik. Ilmu pengetahuan memang luar biasa. Apa sih yang ngga bisa? analoginya seperti dua sisi mata pisau; benar-benar menguji kearifan manusia.