Kesetaraan Gender Wujudkan Indonesia Bebas Stunting


www.siswiyantisugi.com
dr.Widyawati, MKM (dok. Ncie Hani)


Hari gini masih ada patriarki? ke laut aja...


Patriarki sekilas dianggap bukan masalah besar karena sudah menjadi bagian keseharian masyarakat. Ketika ayah diposisikan sebagai 'raja kecil' di rumah, ibu dan anak-anak menjadi pelayannya. Sebenarnya sih, kalau di kisah raja-raja, ibu berperan sebagai permaisuri. Namun, tidak di negeri ini. Kuatnya tradisi patriarki di kultur masyarakat kita menempatkan ibu dan anak perempuan sebagai kelompok tak berdaya; sebagai subordinat dalam keluarga.



Hari ini, 22 Desember 2018, bertepatan ngan perayaan Hari Ibu, Kemenkes mengundang blogger kesehatan untuk berbagi informasi seputar kondisi terkini kesehatan masyarakat Indonesia. Acara ini bertema Dengan Kesetaraan Gender Wujudkan Kesehatan Keluarga.

Tema yang amat menarik mengingat parameter kemajuan suatu masyarakat adalah kesadaran adanya kesetaraan gender dalam kehidupan mereka. Apakah parameter itu sudah dimiliki negeri dengan 250 juta jiwa ini? Jawabannya ternyata belum.

Di negeri ini, masih banyak dijumpai kesenjangan kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam menikmati hasil pembangunan. Perempuan masih terbelenggu kekuasaan patriarki termasuk dalam pelayanan kesehatan.

Tingginya kasus stunting, kematian ibu, dan bayi di Indonesia mencerminkan masih jauhnya negeri ini dari pencapaian kesetaraan menikmati kesehatan dalam kehidupan. Mengapa perempuan yang menjadi korban? Karena mereka seringkali takpunya otoritas atas tubuhnya, atas masa depannya, bahkan atas apa yang dipikirkannya. 

Perempuan takpunya otoritas atas tubuhnya ketika ia tak diberi kesempatan untuk merawat diri saat hamil. Perempuan takpunya otoritas atas masa depannya ketika orangtua memaksa ia menikah di usia masih sangat muda padahal ia masih ingin sekolah. Bahkan untuk berpikir tentang cita-citanya pun, perempuan takberani melakukannya. Ia takut terhadap kultur patriarki yang mengikatnya begitu erat.

Dalam kesempatan gathering ini, Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, drg. Juanita P.F., M.KM., memaparkan prevalensi perkawianan pertama perempuan pada usia anak. Pada rentang waktu 2008 -  2016, usia perkawinan dialami anak-anak di bawah usia 18 tahun.

Apakah anak-anak perempuan bisa menolak? Mereka tak berdaya. Padahal akibat dari perkawinan di bawah umur, kekerasan fisik dan atau seksual amat rentan terjadi. Apakah ibu-ibu cilik yang dipaksa menikah ini paham bagaimana ia harus merawat janinnya, merawat bayinya saat lahir, mengatasi baby blues, dan mendidik anak-anaknya? 

Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Ia harus kuat fisik dan mental. Ia pun harus berwawasan baik agar dapat mendidik anak-anaknya dengan benar. Baik saja tidak cukup, ia harus tahu nutrisi yang tepat agar janinnya terjaga, bayi yang lahir sehat, dan dididik dengan benar.

Apa yang bisa dilakukan dinas kesehatan untuk mengatasi ini? Dinkes mengupayakan pelayanan kesehatan responsif gender dalam Program Indonsia Sehat melalui pendekatan keluarga.

Ada tiga program yang dilakukan:
1. program gizi, kesehatan ibu, dan anak
2. pengendalian penyakit menular dan              tidak menular
3. perilaku dan kesehatan lingkungan

www.siswiyantisugi.com
dok.Kemenkes RI

Ketiga program ini menjawab atau berusaha keras mencegah terulangnya kasus stunting yang disebabkan oleh gizi buruk akibat ketidaktahuan ibu mengenai nutrisi yang harus dikonsumsinya selama hamil.

baca juga Optimis Cegah dan Atasi Stunting

Faktor lain disebabkan infeksi pada ibu akibat ketidaktahuan tentang penyakit menular dan tidak menular. Faktor ketiga adalah buruknya sanitasi akibat minimnya pemahaman perilaku dan kesehatan lingkungan.

Perempuan sebagai ibu tidak bisa berjalan sendirian menjaga kesehatan diri dan janinnya selama hamil. Harus ada dukungan penuh dari suami agar terpenuhi kebutuhan nutrisi dan psikologisnya demi masa depan anak yang bebas dari stunting.

Selalu ada foto bersama di akhir acara 



Wisuda STTB XIII, Indonesia Sambutlah Kami

Ada haru menyeruak setiap kali melihat prosesi wisuda. Saya kembali teringat lima belas tahun lalu menjalani prosesi itu. Mengenakan toga dan tersenyum bahagia saat tali topi wisuda dipindahkan dari kanan ke kiri sebagai simbol kami sudah menjadi sarjana.

Ada lega sekaligus khawatir yang dirasakan saat itu. Lega karena tunai sudah perjuangan selama kurang lebih lima tahun. Namun demikian, kekhawatiran tentang masa depan pun muncul. Apakah saya akan segera mendapat pekerjaan? Apakah mudah mendapat pekerjaan? Dan rentetan pertanyaan apakah menari-nari di pikiran saya.
wisudawan-wisudawati STTB XIII (dok. rachmi)
Mungkin kekhawatiran itu juga dirasakan sebagian wisudawan Sekolah Tinggi Teknologi Bandung pada hari Sabtu, 8 Desember 2018 kemarin. Kekhawatiran itu memang tidak tampak. Yang terlihat adalah keharuan dan kebahagiaan di antara mereka. Rangkaian bunga, boneka, peluk, dan cium mengekspresikan betapa hari itu adalah hari penuh kelegaan bagi wisudawan dan orangtua mereka, pun pasangan mereka.

Pada kesempatan berbahagia itu, saya hadir bersama teman-teman blogger untuk menjadi saksi diwisudanya 183 wisudawan dari Sekolah TInggi Teknologi Bandung (STTB). Bertempat Harris Hotel Convention Centre, perhelatan Wisuda XIII STTB diselenggarakan. Acara dibuka dengan hymne STTB kemudian dilanjutkan penyajian kesenian daerah, tari jaipong. Semua penarinya berhijab dan pakaiannya pun menyesuaikan. Usai tari jaipong, hadirin diminta berdiri untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan mengheningkan cipta dan mars STTB.
dok.rachmi
Sambutan dari Ketua STTB, Bapak Muchammad Naseer, S.Kom., M.T., menjadi acara selanjutnya setelah mars STTB dikumandangkan. Bapak Nasheer mengucapkan selamat dan mengimbau para wisudawan agar terus berkibar di masyarakat dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk banyak orang. Dari pengalaman selama ini, lulusan STTB hanya membutuhkan waktu tunggu 45 hari untuk mendapat pekerjaan. Ini merupakan komitmen STTB terhadap lulusannya agar bisa segera bekerja. Hal itu ditandai dengan adanya career centre yang bisa diakses mahasiswanya. Selain itu, STTB juga bekerja sama dengan banyak pihak dalam penyediaan lapangan pekerjaan.


dok. rachmi
Dalam sambutannya, Bapak Nasheer menyampaikan ada 106 wisudawan dari Fakultas Teknik dan 77 wisudawan dari Fakultas Informatika. Sejak berdiri tahun 1991, Sekolah Tinggi Teknologi Bandung sudah meluluskan 1355 mahasiswanya. Pada tahun 2018 ini, ada 1250 mahasiswa yang menuntut ilmu di STTB dengan rincian 75% mahasiswa berasal dari Jawa Barat dan 25% mahasiswa lain berasal dari Pulau Jawa lain, Sumatera, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Papua, Malaysia, dan Timor Leste.

Pada kesempatan berbahagia itu pula, Bapak Nasheer selaku Ketua STTB menginformasikan bahwa pada tahun 2022 STTB akan berubah menjadi universitas. Perubahan status yang akan membuat STTB lebih maju dan berkembang di dunia pendidikan.

Kini, tibalah kami pada acara puncak. Acara yang sangat ditunggu para wisudawan dan orangtua serta pendamping mereka yang lainnya. Pemindahan tali di topi wisudawan sebagai simbol kelulusan dan resminya gelar sarjana mereka sandang di belakang nama masing-masing.

dok. rachmi
Satu per satu nama wisudawan dipanggil ke panggung untuk menerima ijazah dan ucapan selamat dari senat STTB. Diiringi nyanyian paduan suara, para wisudawan menaiki panggung dengan wajah sumringah. Dari 183 orang wisudawan, Srikanti Astuti dari program studi Teknik Industri dan Iin Indriyana dari program studi Informatika meraih gelar wisudawan terbaik.
Selain memilih wisudawan terbaik, pada Wisuda XIII kali ini, rapat senat mengumumkan nama-nama wisudawan yang mendapat predikat skripsi terbaik. Nama-nama itu adalah

Skripsi Terbaik Program Studi Informatika

1. Enung Siti Lasmanah, S.Kom.
2. Muhammad Faqih, S. Kom.
3. Reza Aldian Hidayat, S. Kom
4. Yuda R. Bagaskara, S. Kom

Skripsi Terbaik Program Studi Teknik Industri

1. Dede Nuraeni, S.T.
Perancangan Ulang Tata Letak Pabrik dengan Kombinasi Algoritma Craft & ARC (Study Kasus PT Pabrik Mesin )

2. Fitri Kurniawati, S.T.
Perancangan Manufacturing dengan Metode Valsat pada Proses Produksi Excavator di PT Pindad (Persero)

3. Inggi Sri Astuti, S. T.
Perencanaan Persediaan Bahan Baku Multiitem Menggunakan Lagrange Multiplier/Studi Kasus CV Trojika Indonesia

4. Srikanti Astuti, S. T.
Redesain Kursi Penumpang Bus Trans Metro Bandung (TMB) dengan metode quality Function Deployment

Skripsi-skripsi terbaik ini diharapkan bisa menjadi pijakan awal bagi para penulisnya untuk lebih mengabdikan ilmunya dan peduli pada kebutuhan masyarakat. Setelah pengumuman judul-judul skripsi terbaik, pihak STTB menandatangani MOU dengan beberapa instansi, di antaranya adalah PT. Pos, Universitas Islam Majapahit, Bank Sampah, dan Bersinar.

www.siswiyantisugi.com
penandatanganan MoU (dok. Rachmi)
MoU antara STTB dan PT Pos berupa pengiriman logistik untuk kerja praktik dan informasi lowongan kerja. Sementara, MoU antara STTB dan Bank Sampah adalah pelatihan pengelolaan sampah dan hasil kelola sampah itu diharapkan bisa membantu mahasiswa membiayai kuliahnya.

orasi ilmiah (dok. rachmi)
Rangkaian acara wisuda Sekolah Tinggi Teknologi Bandung (STTB) yang dimulai pukul 09.00 berjalan lancar. Selain penandatanganan MoU, ada orasi ilmiah yang disampaikan oleh Dr. Cyrille SCHWOB, APAC Head of Research & Technology Development at Airbus yang berkantor di Singapura. Orasi ilmiah dalam bahasa Inggris yang intinya menekankan agar para wisudawan siap meniti karier sebagai tenaga ahli di era industri 4.0.

Selamat datang di dunia nyata para wisudawan. Indonesia, sambutlah anak-anak bangsa ini. Dukung terus perjuangan mereka agar bisa turut membangun negeri ini menjadi lebih maju dan sejahtera.


Akses Mudah Modal Usaha di Cekaja.com


entrepreneur concept with business elements drawn on blackboard
Menjadi wirausaha adalah cita-cita saya sejak kuliah. Terlebih saat saya membaca buku-buku Robert T. Kiyosaki. Bukunya yang membahas bebas finansial sangat mengena di hati. Saya pun berandai-andai bisa menjadi sosok bebas finansial. Robert T. Kiyosaki menginspirasi impian kehidupan saya di usia tua. Sementara, cara mendapatkan modal untuk merealisasikan impian itu belum terpikir. Saya bahkan belum memikirkan cara mendapat modal usaha di Kota Bandung setelah saya pindah kembali ke kota ini. Saat itu, saya masih terpesona dengan berbagai kisah sukses para pengusaha di dalam dan luar negeri. Kisah-kisah mereka memberi saya gambaran proses perjalanan usaha itu dirintis lalu dikembangkan.

Saya masih ingat ucapan Bob Sadino (alm),”Menjadi pengusaha itu ga perlu banyak teori. Langsung buka usaha aja.”

Langsung buka usaha aja. Pesan itu saya catat dalam hati. Karenanya, sejak usia belia, saya sudah menjual jasa memfotokopikan buku-buku teks pelajaran. Waktu itu, saya belum paham tentang UU Hak Cipta. Jadi, ya santai saja menerima pesanan fotokopi buku-buku. Kebetulan di rumah ada mesin fotokopi. Saya tinggal bawa buku-buku yang akan difotokopi lalu saya serahkan kepada bapak saya. Saya pesan buku-buku itu harus selesai tanggal sekian. Pada tanggal yang sudah diminta, saya ambil buku-bukunya. Saya terima uang dari teman-teman dan menggunakannya untuk apa saja, yang penting tidak melanggar aturan.

Bagaimana dengan modal? Waktu itu, modalnya dari bapak. Tenaganya juga bapak yang mengerjakan. Bagaimana dengan bagi hasil? Bapak tidak pernah meminta uang hasil penjualan fotokopinya. Mungkin bapak pikir hasil penjualan itu untuk tambahan uang saku atau untuk saya tabung. Yaa..sebagian kecil saya tabung, sebagian besar untuk jajan. Duh, masa remaja yang boros. Semoga peribahasa buah jatuh takjauh dari pohonnya tidak dialami anak-anak saya khusus pengalaman ini.hehehe...

Selepas SMA, usaha jasa fotokopi berhenti. Alasan utamanya karena saya melanjutkan kuliah ke luar kota. Di bangku kuliah, saya ganti bidang usaha. Saya berjualan kaos kaki. Kebetulan harga kaos kaki di Bandung di masa itu masih jauh lebih murah dibandingkan di Yogyakarta. Saya pun semangat menjualnya. Saya juga punya reseller, yaitu adik-adik angkatan. Konsumen kami bertambah dari waktu ke waktu. Ibu menemani saya sekaligus membayar semua kaos kaki yang saya beli. Dan seperti bapak, ibu tidak meminta laporan penjualan apalagi bagi hasil. Mungkin yang dipikirkan ibu sama seperti bapak. Saya bisa menggunakan uang hasil penjualan kaos kaki untuk tambahan uang jajan dan tabungan, mengingat di Yogyakarta saya takpunya sanak saudara. Sebenarnya sih hidup saya tidak merana. Ada teman-teman kost dan teman-teman kuliah sebagai saudara saya selama tinggal di kota ini.

Modal dari ibu menjadi modal utama saya berjualan kaos kaki angin-anginan selama dua tahun. Pada tahun ketiga, saya menyadari usaha kaos kaki ini prospektif. Saya pun bertekad mengurus usaha ini dengan sungguh-sungguh. Saat niat itu terpatri, Tuhan memberi saya pelajaran pertama menjadi pedagang. Seorang teman mengajak saya bekerja sama menyediakan kaos kaki sebagai properti untuk sanggar teater yang dikelolanya. Saya selalu menyempatkan diri pulang ke Bandung setiap memesan kaos kaki. Saya mengecek langsung kondisi kaos kaki agar tepat sesuai pesanan. Pemesanan pertama dan kedua lancar jaya. Kami sama-sama untung dan bahagia.

Pada pemesanan ketiga, saya tidak sempat mengeceknya. Kondisi kaos kaki jauh dari warna yang dipesan. Modal saya pun musnah karena teman saya tidak mau membelinya. Inilah bisnis. Saya pun harus memutar otak agar kaos kaki ini terjual demi kembalinya modal. Untunglah ada teman lain yang mau membelinya. Ia menawar dengan harga sangat murah. Yah, daripada tidak menghasilkan sama sekali, saya terima tawarannya. Bener-bener jual rugi.


menghitung modal (pixabay.com)


Selepas kaos kaki yang merugi, setahun saya vakum. Setelah menikah, saya ingin buka usaha kembali. Modalnya tentu tidak minta orangtua lagi. Saya dan suami memutuskan merintis usaha susu kedelai dengan sisa modal kaos kaki. Kami bahu-membahu menyiapkan semua bahan dan peralatan yang dibutuhkan. Setahun berjalan, usaha kami menunjukkan perkembangan memuaskan. Terlebih saat kami mempromosikan produk susu kedelai ini di media sosial. Pesanan meningkat sehingga kami membutuhkan tambahan karyawan untuk membantu produksi.

Kami pun memerlukan kendaraan yang bisa digunakan untuk mendistribusikan susu kedelai ke pelanggan-pelanggan yang lokasinya jauh. Meskipun kami sudah bekerja sama dengan salah satu layanan food delivery, sebagian pelanggan tetap kami adalah minimarket dan warung makan. Jadi, kami tetap harus mendistribusikannya sendiri.

Agar lebih efektif, kami membutuhkan tambahan modal berupa kendaraan. Sayangnya, dana yang ada belum cukup untuk membayar uang muka kendaraan. Pelanggan memang bertambah, jangkauan pasar memang makin luas, biaya produksi otomatis meningkat. Namun, dana yang ada sudah diatur untuk pos produksi susu kedelai dan pos-pos lain.

Terbersit lah pikiran mengajukan modal ke bank. Namun, nihilnya pengalaman dan informasi yang simpang siur tentang sulitnya mengajukan pinjaman modal ke bank membuat kami maju mundur. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Di tengah kebingungan itu, saat sedang berselancar di internet, saya menemukan laman yang memberikan informasi cukup memadai seputar pinjaman modal usaha.

Aha! Ini yang saya cari. Kumpulan informasi komplit tentang pinjaman modal usaha. Di https://www.cekaja.com/small-business-banking ada kalkulator penghitungan cicilan berdasarkan bunga, jangka waktu peminjaman, dan jumlah pinjaman yang diajukan. Selain itu, ada informasi berbagai jenis pinjaman yang ditawarkan untuk usaha mikro serta tata cara mengajukan pinjaman. Informasi ini sangat membantu banyak wirausaha.




Inilah Para Pemenang Festival Film Bandung 2018


www.siswiyantisugi.com
Gubernur Jabar dan istri membuka FFB 2018

Ketika pemeran pria terpuji film televisi, Miqdad Addausy, dalam sambutan kemenangannya di podium, mengatakan jalanan rusak yang menjadi latar FTV Lubang Tikus diperbaiki setelah FTV ini tayang, saya berkesimpulan inilah salah satu fungsi film sebagai kontrol sosial. 


Media visual merupakan media paling efektif untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat, temasuk para penguasa. Film dan sinetron adalah salah satunya. Kritik sosial budaya juga politik yang dikemas dalam rangkaian cerita lebih mudah dicerna masyarakat. Mengapa demikian? Karena jalannya cerita beserta para tokoh di dalamnya seringkali menguras emosi pemirsa; menimbulkan simpati bahkan empati. Bagaimana dengan penguasa? Ada kalanya kelompok ini tersentil dengan kritik-kritik yang disampaikan melalui konflik-konflik yang dibangun.

Sentilan bagi penguasa memang tidak semuanya berhasil. Ada juga yang malah berbuah pembredelan. Namun, hal itu tidak menggentarkan para pekerja seni. Demi menciptakan karya terbaik, mereka tetap konsisten bekerja keras demi perubahan lebih baik di negeri ini.

Visi misi itu pula yang membuat Festival Film Bandung tetap eksis. Festival tertua di Indonesia yang memilih gelar terpuji bagi pemenangnya di setiap kategori. Mengapa terpuji? Apakah temanya? Jalan cerita? Konflik yang dibangun? Pesan-pesan yang disampaikan melalui peran-peran para tokoh?  

www.siswiyantisugi.com
persiapan acara

www.siswiyantisugi.com
Duo MC

suasana di kursi undangan
Menurut penyelenggara FFB, kata terpuji berarti sesuatu yang diakui kebaikannya, kemuliaannya. Dengan kata lain, pemberian gelar terpuji terhadap film, sinetron, FTV, dan aktor aktrisnya merupakan penghargaan terhadap hal-hal baik; hal-hal mulia yang disampaikan dalam karya mereka.

Berangkat dari pengertian terpuji yang dijelaskan penyelenggara festival, saya mencoba menemukan sesuatu yang berharga; sesuatu yang baik; sesuatu yang mulia pada film dan serial televisi serta aktor dan aktris yang masuk nominasi FFB dua tahun belakangan ini. Kebetulan baru dua tahun ini saya mencermatinya. Sebagian saya temukan, sebagian masih samar. 

Yang samar itu pasti karena ilmu saya di bidang sinematografi masih cetek. Jadi, kerja keras para juri yang sudah menonton dengan amat cermat ratusan judul film, sinetron, dan FTV tetap saya apresiasi. Bayangkan! Gimana sepetnya mata harus nonton ratusan film, sinetron, dan FTV. Kalau ditotal dari tiga kelompok itu, jumlahnya pasti jadi ribuan. Luar biasa! Saluut!

Nah, berikut ini Para Pemenang Festival Film Bandung 2018 yang saya rangkum dari pelataran Gedung Sate, Sabtu, 24 November 2018. Adakah favoritmu?

Film dan Narafilm Terpuji 2018 
1. Film Terpuji Sultan Agung. Produksi Mooryati Soedibyo Cinema &yuDapur Film
2. Sutradara Terpuji Hanung Bramantyo dalam fim The Gift. Produksi Seven Sundays Film
3. Pemeran Utama Wanita Terpuji Marsha Timothy dalam film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak.    Produksi Cinesurya &Kaninga Pictures
4. Pemeran Utama Pria Terpuji Ario Bayu dalam film Sultan Agung. Produksi Mooryati Soedibyo Cinema &  Dapur Film
5. Pemeran Pembantu Wanita Terpuji Cut Mini dalam film Posesif. Produksi Palari Films
6. Pemeran Pembantu Pria Terpuji Morgan Oey dalam film Koki-Koki Cilik. Produksi MNC Picture
7. Penulis Skenario Terpuji BRA Mooryati Sudibyo, Ifan Ismail, dan Bagas Pudjilaksono dalam film Sutan Agung. Produksi Mooryati Soedibyo Cinema & Dapur Film
8. Penata Editing Terpuji Ryan Purwoko dalam film The Underdog. Produksi Starvision
9. Penata Kamera Terpuji Yunus Pasolang dalam film Kafir. Produksi Starvision
10.Penata Artistik Terpuji Edy Wibowo dalam film Sultan Agung. Produksi Mooryati Soedibyo Cinema& Dapur Film
11.Penata Musik Terpuji Zeke Khaseli dan Yudhi Arfani dalam film Marlina Si Pembunuh dalam Empat             Babak. Produksi Cinesurya&Kaninga Picture


Sultan Agung di podium

Marsha Timothy 

Serial Televisi (Sinetron) Terpuji 2018
1. Serial Televisi Terpuji Orang Ketiga. Produksi SinemArt. Stasiun TV SCTV
2. Pemeran Pria Terpuji Eza Gionino dalam serial TV Aku Bukan Ustadz. Produksi MNC Picture. Stasiun       TV RCTI
3. Pemeran Wanita Terpuji Marshanda dalam serial TV Orang Ketiga. Produksi SinemArt. Stasiun TV             SCTV.
4. Sutradara Terpuji Maruli Ara dalam serial TV Orang Ketiga. Produksi SinemArt. Stasiun TV SCTV

www.siswiyantisugi.com
Marshanda membaca puisi karyanya sendiri di podium kemenangan

Selama ini hanya baca namanya di media. Ternyata ini Maruli Ara
























Film Televisi (FTV) dan Narafilm Televisi Terpuji 2018 
1. Film Televisi Terpuji My Trip My Adventure The Movie : The Lost Paradise. Produksi Transinema               Picture. Stasiun Trans TV
2. Pemeran Pria Terpuji Film Televisi Miqdad Addausy dalam FTV Lubang Tikus. Produksi SCTV. Stasiun       SCTV
3. Pemeran Wanita Terpuji Film Televisi Denira Wiguna dalam FTV Sebenarnya Cinta. Produksi Surya Citra     Televisi & Citra Sinema. Stasiun SCTV
4. Sutradara Terpuji Film Televisi Kiky ZKR dalam FTV Lubang Tikus. Produksi Surya Citra Televisi dan         Citra Sinema. Stasiun SCTV
5. Penulis Skenario Terpuji M. Haris Suhud dalam FTV Mengejar Impian. Produksi Surya Citra Televisi &  Citra Sinema. Stasiun SCTV

Penghargaan Khusus FFB 2018 film remaja bermuatan kearifan lokal Yo Wis Ben. Produksi Starvision

Penghargaan Life Achievement diberikan kepada Ade Irawan dan Barry Prima

Adek Irawan lama takmuncul di layar kaca

Barry Prima pernah jadi partner Suzanna
























Di setiap kategori, ada juara umumnya. Itu istilah yang saya buat sendiri melihat pemenang di setiap kategori. Juara umum film dan narafilm terpuji diraih Sultan Agung. Film ini memeroleh empat penghargaan dari sebelas penghargaan yang diberikan. Tujuh penghargaan diraih film yang berbeda-beda.  Sementara juara umum sinetron dipegang Orang Ketiga. Tiga dari empat penghargaan yang diberikan FFB diraih sinetron ini. 

Saya sempat nonton sinetron ini berturut-turut. Ceritanya agak mbulet, tapi pemainnya sebagian besar aktor aktris populer dan pasti enak dilihat. Beberapa dari mereka hadir di acara puncak FFB dan melintas di depan tempat duduk saya. Penginnya sih minta foto, tapi malu. Lebih ganteng dan cantik benerannya sih.hehehe..Nah, stasiun televisi FTV dianugerahkan pada SCTV karena sebagian besar FTV yang menerima penghargaan ditayangkan di SCTV.  













Yang Muda Yang Berdaya dalam Peta Ekonomi Kreatif Indonesia

"Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia!" 
                                                                               -Soekarno-
Keyakinan Soekarno berpuluh tahun lalu itu terjawab hari ini. Berbagai kreativitas anak muda Indonesia mewarnai wajah perekonomiannya. Sebutlah Nadiem Makarim, William Tanuwijaya, Achmad Zaky, dan Ferry Unardi. Empat pemuda perintis bisnis start up yang kini berhasil masuk jajaran 'unicorn', yakni start up dengan valuasi di atas US$1 miliar atau sekitar Rp 13 triliun.

sumber foto : bbc.com


Industri 4.0 dalam Kegiatan Ekonomi Kreatif

Mereka adalah kreator yang menghasilkan uang dari ide-ide yang dulu dianggap gila oleh banyak orang. "Bagaimana mungkin hanya dengan santai di rumah kita bisa pesan ojek, taksi, makanan, bahkan membeli komputer hanya dengan sentuhan jempol?"
 
Ide-ide gila ini memanfaatkan media sosial sebagai anak dari internet of things dan big data. Dalam media sosial, dunia menjadi desa kecil yang bisa menghubungkan siapa saja dan dari mana saja menjadi saling mengenal dan saling memenuhi kebutuhan. Inilah cara kerja ekonomi kreatif: kreativitas dan pengetahuan sebagai aset utama dalam menggerakkan ekonomi.
 
Masuknya empat bisnis start up asal Indonesia dalam jajaran unicorn tidak lepas dari dukungan pemerintah memberi keleluasaan bagi anak-anak muda menunjukkan jati dirinya. Di tahun keempat ekonomi Indonesia kreatif, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menandainya sebagai tahunnya anak muda. Karena itu pula, Kominfo mengumpulkan orang-orang muda dalam perhelatan bertajuk Flash Blogging Indonesia Kreatif  pada 23 November 2018, di Hotel Aryaduta, Bandung.

Acara flash blogging ini dihadiri orang-orang muda dari berbagai komunitas, di antaranya adalah blogger dan mahasiswa sekolah desain. Mengapa anak muda? Karena mereka berkontribusi pada kemajuan ekonomi kreatif di negeri ini. Ibu Siti Meiningsih, Direktur Pengelolaan Media Informasi Kominfo memaparkan pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia sebesar  5,76 persen melampaui pertumbuhan sektor listrik, gas, air bersih, dan sektor industri lainnya.

Potensi Ekonomi Kreatif di Indonesia

Potensi ekonomi kreatif datang dari generasi milenial.  Besarnya potensi ini harus bisa dikembangkan sebaik-baiknya oleh orang muda sebagai pelaku ekonomi digital. Lagi-lagi amat banyak alasan mengapa orang muda menjadi tonggak kemajuan pembangunan bangsa.

Andoko Darta, Tenaga Ahli Kominfo, orang muda terbagi dalam lima kelompok :
1. Kelompok peduli yang selalu ingin menolong orang lain.
2. Kelompok kreator yang selalu ingin menciptakan sesuatu
3. Kelompok orang biasa-biasa saja
4. Kelompok pahlawan, mereka yang berjuang untuk kehidupan orang lain
5. Kelompok cendekiawan yang rajin sekolah
6. Kelompok explorer yang mengabdikan hidupnya untuk berjalan-jalan ke banyak tempat

Lima kelompok ini mempunyai andil dalam kemajuan ekonomi kreatif di Indonesia sesuai keahliannya masing-masing. Kelompok peduli bisa menjadi relawan, misalnya pemuda-pemuda yang tergabung dalam Gerakan Indonesia Mengajar. Sementara itu, kelompok kreator adalah mereka yang mengembangkan ide-idenya dalam bisnis start up yang semakin marak kita jumpai. Selain start up, blogger, penulis buku, dan desainer grafis pun masuk dalam kelompok kreator.

Bagaimana dengan kelompok orang biasa yang umumnya adalah pekerja? Mereka pun berperan penting dalam pertumbuhan dan kemajuan ekonomi kreatif. Merekalah yang membantu jalannya ekonomi kreatif, seperti dari sisi perizinan, produksi, dan sebagainya. Contohnya adalah aparatur sipil negara dan driver ojek online.

Kelompok pahlawan bisa kita jumpai pada mereka yang memperjuangkan sesuatu untuk keberlangsungan kehidupan, baik manusia maupun budaya. Sebutlah bidan yang berdinas di pedalaman atau seniman yang menjaga kelestarian budaya dengan kondisi seadanya.

Nah, kelompok cendekiawan ini perannya penting lho. Dari ilmu yang mereka miliki, mereka bisa mengkaji pola-pola perilaku masyarakat dalam perkembangan ekonomi kreatif. Hasil kajian ini membantu stakeholder untuk memutuskan kebijakan yang tepat dalam sistem ekonomi kreatif di Indonesia.

Kelompok eksplorer sangat berperan dalam memajukan pariwisata di Indonesia. Kelompok explorer inilah yang membantu pesatnya bisnis Traveloka. Kemudahan akses pembelian tiket, penginapan, dan panduan destinasi wisata sangat dibutuhkan kelompok ini.

Fokus pangkal Sukses

Di akhir penjelasannya, Andoko mengajak hadirin merenungkan, "Kamu ingin jadi apa?'

Bapak Andoko yang mengaku masuk kelompok orang biasa ini menekankan agar setiap orang fokus pada kelompok pilihannya. Fokus pangkal kesungguhan. Fokus itu pula yang membawa orang-orang muda sukses di jalannya.

Perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia didukung oleh infrastruktur yang optimal. Kemudahan transportasi dan komunikasi, seperti pembangunan jalan, bandara, ruang-ruang publik, dan kemudahan mengakses internet adalah sedikit contoh.

Amat disayangkan jika Indonesia tidak bisa keluar dari kelompok negara middle trap padahal infrastruktur dan kebijakan pemerintah sudah sangat mendukung para pelaku ekonomi kreatif mengembangkan usahanya. Ini tugas kita, orang-orang muda Indonesia membuktikan kita bisa membangun Indonesia menjadi negara sejahtera.