Ngopi Gaya Baru dari De Kofie

Sebagai pecinta kopi, saya menyukai hampir semua produk olahan berbahan dasar kopi. Selama ini sejauh yang saya tahu, produk-produk berbahan dasar kopi biasanya dijumpai pada cake, brownies, kue kering, dan biskuit.

Waktu seorang teman bercerita tentang selai kopi, saya sangat antusias ingin mencicipinya. Wah, selai kopi. Kayak apa rasanya ya? Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Beberapa hari setelah ia bercerita, selai kopi pun tiba di rumah. Kemasannya seperti selain lain, toples kaca ukuran sedang dengan label De Kofie di toples dan di atas tutup toples.


Selai Kopi

Komposisi selai kopi ini adalah kopi murni robusta, kakao, gula, garam, dan margarin. Berat bersih  220 gram. Harga eceran di Pulau Jawa Rp 55 ribu dan di luar Pulau Jawa Rp 75 ribu. Lumayan juga harganya. Saya kira wajar sih karena rasanya mantap di lidah. Pahit khas kopi dengan rasa manis yang menyusup misterius. Halah apa itu kok pakai istilah misterius. hehehe...

Saya menyebutnya misterius karena rasa manisnya itu terasa pelan-pelan. Namanya juga selai kopi, pasti dominan pahit. Kalau mau dominan manis, tambahin gula pasir aja lagi. hihi.. Teman selai apa lagi kalau bukan roti. Berhubung kreativitas saya masih terbatas, sampai selai ini tinggal setengahnya, saya menikmatinya hanya dengan cara mengoleskan pada roti.




Untuk teman-teman yang kreatif banget di urusan masak-memasak, pasti ada ide-ide lain selain hanya dioleskan pada roti. Gimana kalo dijadikan cocolan pada biskuit?Ahaa!Baru terpikir nih. Yuk, cari biskuitnya dulu :D


Untuk para pecinta kopi, selai kopi ini bisa menjadi cara lain menikmati kopi. Saya malah sempat terpikir kalau bikin kopi = gula, selai kopi ini rasanya bisa mewakili minuman kopi item yang dikasih sedikit gula. Rasanya pas.


Coklat Kopi

Produk De Kofie berbahan dasar kopi tidak hanya selai, tetapi juga coklat. Nah, ngopi gaya baru yang lain nih. Ngemil coklat rasa kopi. Perpaduan manis dan pahit yang unik. Aroma kopinya hm...enak banget. Kakak saya yang bukan penyuka kopi suka dengan rasa coklat kopi ini.

www.siswiyantisugi.com


Berat bersih coklat De Kofie 100gr. Harga eceran di Pulau Jawa Rp 30rb, sedangkan di luar Pulau Jawa 40rb. Mahal? bandingkan dengan kalau harus bikin sendiri. hehehe...

De Kofie ini juga membuka kesempatan bagi siapa pun untuk menjadi reseller produk mereka. Informasi lebih lanjut bisa kontak De Kofie di akun Instagramnya @dekofie_deepika.

 


de Braga by Artotel, More Than a Stay

Awal Januari lalu, saya dan teman-teman blogger berkesempatan mengunjungi hotel de Braga by Artotel. Hotel ini baru saja launching Agustus 2018 lalu. Pas banget kan? Tahun baru dibuka dengan jalan-jalan ke hotel baru.

 

de Braga by Artotel memberikan pengalaman penuh cita rasa seni bagi saya. Ada lima hal paling istimewa yang meninggalkan kesan tak terlupakan tentang de Braga by Artotel.


1. menu sarapannya komplit

Setibanya di lokasi, kami disambut dengan menu sarapan komplit. Semua menu sarapan ada di bistro de Braga, mulai dari menu lokal sampai menu western. Selama ruang di lambung masih cukup, kita bisa santap
semua. Lapar apa doyan? hihi..

aneka menu sarapan
 Saat sedang asyik menikmati sarapan, chef membawa nasi tumpeng komplit ke meja kami. Waah, siapa yang ultah nih? Ternyata tumpeng ini dibuat bukan karena ada yang ultah, tetapi memang menjadi salah satu menu spesial sarapan tiap weekend di de Braga. Kreatif banget idenya!


menu spesial weekend

2. desain art deco di seluruh bagian hotel

Art deco merupakan istilah yang digunakan pada desain dekoratif berupa garis yang tegas, warna - warna yang kuat dan fitur - fitur arsitektural yang berbentuk zig-zag. Saya menjumpai desain art deco di hampir semua bagian hotel. Salah satu favorit saya adalah peta Kota Bandung di dinding lobi hotel. Tampilan peta ini tidak seperti peta pada umumnya. Warna-warni dan cantik.

Kun Bistro indoor

Kun Bistro outdoor

Begitu pula dekorasi ruangan kamar dan ruang pertemuan. Furniture minimalis berpadu dengan sentuhan mural warna-warni. Belum lagi bentuk angka sebagai penanda nomor kamar mengingatkan saya pada suasana di film-film klasik.   


 Saya kira makna nama "artotel" berhubungan erat dengan kentalnya nuansa seni pada dekorasi interiornya. "Art to tell", seni sebagai media untuk menyampaikan pesan. Wuidih, filosofis sekali. Sebagai informasi,  hotel-hotel jaringan Artotel yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia mempunyai tema desain berbeda-beda. de Braga mengusung tema heritage karena lokasinya.


Selain 'menyampaikan pesan' lewat desain interiornya, de Braga by Artotel juga menjalin kerja sama dengan berbagai komunitas seniman di Bandung. Berbagai mural yang ada di hotel ini merupakan buah karya para seniman Bandung. Bentuk kerja sama lainnya adalah agenda seni budaya yang rencananya akan rutin digelar setiap tiga bulan sekali.

 3. dolce gusto di setiap kamar

Ini mantap banget! Sebagai pecinta kopi, saya antusias sekali dengan kehadiran mesin dolce gusto di kamar. Kayaknya baru hotel de Braga yang menyediakan dolce gusto di semua kamar. Saya membayangkan ngopi-ngopi cantik alacafe di kamar dengan dekorasi artistik sambil nonton tv atau menulis. Dolce gusto bisa menjadi alasan tunggal bagi saya untuk staycation di de Braga by Artotel nih. hehe..



4. lokasi strategis

Siapa yang takkenal jalan Braga? Sampai saat ini Braga menjadi salah satu maskot dan objek wisata kota Bandung yang dahulu dikenal sebagai Parijs van Java.  Berbagai bangunan heritage ada di sepanjang jalan Braga.  

de Braga by Artotel yang berlokasi di Jalan Braga no. 10 ini menempati bangunan heritage yang dulunya dipakai sebagai pusat perbelanjaan Sarinah. Nama legendaris yang sangat dekat dengan kehidupan Bung Karno, Presiden RI I. Karena termasuk bangunan heritage, nama Sarinah tetap ada di bagian depan hotel. Hal ini memudahkan siapa pun untuk mengakses De Braga hotel. Tinggal bilang "Sarinah Braga", sampai deh di lokasi. 

tampak depan Kafe B10 de Braga by Artotel

Sarinah-nya juga tetap ada, bedanya sekarang berupa galeri yang menjual berbagai produk dari banyak daerah di Indonesia. Tempatnya ada di dalam hotel dekat lobi.  

bagian dalam Galeri Sarinah

Akses dari Stasiun Bandung ke hotel ini hanya 2,5 km sekira 15 menit menggunan kendaraan. Jika kita dari Bandara Husein Sastranegara, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi ini sekira 30 menit. Kalau ingin jalan kaki ke objek wisata yang dekat, bisa juga. Ada Alun-Alun Bandung, Museum Asia Afrika, dan Masjid Agung Bandung.  

5. eco friendly

Demi pelestarian lingkungan, De Braga meniadakan pemakaian sedotan plastik. Namun, jika ada tamu hotel yang ingin menggunakan sedotan, mereka harus membayar Rp 1000/sedotan. Manajemen berharap aturan semacam itu bisa membuat tamu berpikir ulang menggunakan sedotan juga untuk mengedukasi tamu agar lebih peduli pada pelestarian lingkungan. Jaringan artotelnya pun mempunyai tim ekspedisi yang berkeliling ke pelosok Indonesia untuk mengampanyekan pelestarian lingkungan hidup. 

selamatkan hutan kita
 
Di lobi hotel, ada sudut ruangan yang dindingnya berilustrasi ranting-ranting pohon dengan dedaunan yang ditempel. Ada pesan-pesan berbeda di setiap daun. Pesan-pesan pelestarian lingkungan hidup dari mereka yang mendonasikan Rp 10ribu untuk satu helai daun. 
  



Gimana Harganya?

Kita bisa memilih jenis kamar sesuai budget yang kita punya. Ada 112 kamar yang terbagi atas tiga jenis kamar, yaitu studio 25, studio 35, dan suite room. Tarifnya mulai dari Rp 500ribu - Rp 1,3 juta. Kita bisa reservasi langsung via telepon di 02286016100 atau email di happening@debragahotel.com.

Sudah lebih jelas kan? Kuy, piknik ke Bandung dan rasakan stay experience di hotel rasa galeri :)












Jelajahi Surga Wisata Ternate

landmark Kota Ternate (rri.co.id)

Dari sekian banyak tempat yang pernah saya singgahi, Ternate sangat berkesan di hati. Saya bersyukur pernah tinggal empat tahun di Ternate. Kota yang hanya butuh dua jam untuk mengelilinginya. Kecil-kecil cabe rawit, kata pepatah. Ya, meskipun kota kecil, perputaran uang di Ternate selama saya tinggal di sana, menurut harian Bisnis Indonesia, menduduki posisi kedua di Indonesia.

Sebelum ibu kota provinsi Maluku Utara pindah ke Sofifi, Ternate menjadi pusat pemerintahan. Seluruh masyarakat Maluku Utara harus ke Ternate untuk menyelesaikan urusan pemerintahan, ekonomi, pendidikan, bahkan kesehatan. Waktu sedang antre di klinik dokter anak, saya berkenalan dengan seorang ibu yang akan mengimunisasi bayinya. Dia sengaja menyeberang dari Tidore ke Ternate demi pelayanan kesehatan yang diyakininya jauh lebih baik.

Surga Wisata Ternate

Kesan pertama menginjakkan kaki di Bandara Sultan Baabullah, rasanya seperti bukan berada di bandara. Saya merasa seperti di terminal bis Jombor, Yogyakarta. Terminal bis kecil yang sepi. Etapi itu tahun 2004, sekarang pasti sudah ramai dan bagus kondisinya.

Kota Ternate merupakan tempat wisata yang komplit menurut saya. Kota ini dikelilingi gunung, danau, dan pantai. Travelling ke Ternate ibarat sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Ada apa saja di Ternate?

1. Wisata Alam

  • Batu Angus
Pada abad ke-17, Gunung Gamalama meletus hebat hingga aliran lava bekas letusannya menjadi hamparan batu yang tampak seperti hangus terbakar. Masyarakat setempat menyebutnya batu angus karena lava-lava beku ini berwarna hitam kelam.

dok.tribudiarto
Sekilas gundukan batu ini biasa saja. Namun, jika melihatnya lebih dekat, gundukan batu ini menyerupai stalagmit. Kita bisa menikmati birunya laut saat duduk di atas gundukannya.
Akses ke Batu Angus pun mudah. Angkot lewat di depannya. Kita juga bisa naik ojek atau taksi. Hamparan batu ini membentang dari kaki Gunung Gamalama hingga ke pantai. Kalau ingin mengeksplorasi lebih banyak, kita bisa masuk ke bagian dalamnya.

  • Pantai Sulamadaha
Pantai Sulamadaha ini biasanya menjadi pantai tujuan pikinik keluarga kami. Aksesnya mudah dan sudah termasuk komplit fasilitasnya. Pasirnya hitam berpadu dengan air laut yang jernih dan bergradasi biru.

dok.tribudiarto
Dulu belum sekeren sekarang pengelolaan pantainya. Belum ada snorkeling, wisata bawah laut, dan lain-lain. Eh, sekarang waktu saya lihat foto-foto teman yang berkunjung ke sana, duh, mupeng banget!
Pantai ini luar biasa cantik dan keren. Nggak kalah deh sama wisata pantai populer lain di dalam dan luar negeri.

  • Pantai Jikomalamo
Pantai Jikomalamo adalah pantai kecil. Dengan garis pantai sepanjang kurang lebih 100 meter, kita serasa ada di pantai pribadi. Pantai ini sangat khas dengan pasir putih, anginnya sejuk, dan desiran ombaknya lembut. Jadi, sangat aman untuk berenang di tepi pantai, diving, snorkeling, atau duduk santai di atas pasir sambil ngemil pisang goreng cocol sambal dan es teh atau es jeruk.


dok. Meifrianadewi
Akses ke Pantai Jikomalamo harus menggunakan perahu. Dulu kami naik perahu dari Pantai Sulamadaha. Jarak yang kami tempuh dari Pantai Sulamadaha sekira 2 km. Sekarang, kita bisa menyewa kapal dari Hol Sulamadaha. Biayanya Rp 200 ribu – Rp 250 ribu. Ini masih bisa ditawar lho. Catet! ;)

Fasilitas di Pantai Jikomalamo tidak selengkap di Pantai Sulamadaha. Namun, kecantikan pantainya membuat kita memaklumi apa pun yang belum ada di pantai ini. Hihihi..

  • Danau Tolire
Danau Tolire terletak sekitar 18 km dari pusat kota Ternate. Danau ini terbentuk pasca letusan Gunung Gamalama pada abad ke-17. Dari letusan itu muncul dua danau, Danau Tolire Jaha dan Danau Tolire Kecil.

dok.tribudiarto
Penduduk setempat meyakini ada buaya putih besar yang hidup di danau ini. Si buaya akan muncul di waktu tertentu. Ah, saya lupa kapan persisnya.

Selain mitos buaya putih, hal unik lain adalah kebiasaan melempar kerikil ke tengah danau. Orang-orang percaya kerikil itu akan lenyap di tengah danau. Padahal kan seharusnya hukum gravitasi menarik si kerikil jatuh ke danau.

Karena dianggap ajaib, kerikil-kerikil pun dikomersilkan. Saya pernah iseng mencari kerikil di sekitar danau. Ajaib! Tidak ada kerikil. Usut punya usut, ada anak-anak pengumpul kerikil yang akan menjual si kerikil pada sore hari. Mengingat anak-anak penjual kerikil, saya jadi teringat Mail di serial Upin Ipin.

  • Telaga Nita
Telaga Nita dikenal juga dengan Telaga Biru. Pasti sudah tahu alasannya disebut Telaga Biru. Yup, karena air telaganya berwarna biru. Telaga Biru ini terletak di samping timur Pantai Sulamadaha. Nama Nita merupakan nama Permaisuri Sultan Mudaffar Sjah, Boki Nita Budhi Susanti. Untuk mengakses tempat ini, kita harus naik kapal motor lebih dulu.

dok.natsabitah

2. WISATA SEJARAH

  • Kedaton Ternate
Kedaton Ternate merupakan salah satu objek wisata yang biasanya menjadi daftar wajib kunjung bagi wisatawan yang singgah ke Pulau Umagapi ini. Apalagi, kabar tentang kesaktian mahkota sultan sudah tersiar sampai mancanegara. Menurut cerita Jou Ou Kolano (bahasa Ternatenya Sultan), mahkota ini punya rambut yang bisa terus tumbuh. Mistis banget ya?

(dok.malututoday)
Foto ini adalah bagian depan Kedaton Ternate. Balkon Kedaton menjadi tempat Sultan Ternate menyapa para pengikutnya di acara-acara adat. Hati saya merinding waktu melihat pengikut Sultan menyemut di lapangan bawah dan menjawab sapaan beliau.

2. Berbagai benteng peninggalan Portugis dan Belanda Tolukko

Ada banyak benteng peninggalan Portugis dan Belanda di Ternate. Kebetulan selama di Ternate saya hanya mengunjungi dua benteng, Oranje dan Tolukko. Ngakunya suka sejarah, empat tahun di Ternate hanya dua benteng yang dikunjungi. Duh..

dok.kamerabudaya
Benteng Tolukku merupakan benteng yang dibangun Portugis pada tahun 1540. Benteng ini terletak di Kelurahan Sangaji, Ternate Utara. Konon salah satu lorong benteng ini menjadi tempat melarikan diri tentara Portugis yang langsung tembus ke pantai. Sejak pemugaran benteng tahun 1996, lorong tersebut ditutup selamanya demi alasan keamanan.

3. Wisata Kuliner

Habis piknik, terbitlah lapar. Ada kuliner apa aja di Ternate? Banyak, tapi saya baru mencicipi sebagian saja. Rasanya enak dan ngangeni. Berikut ini saya bagikan ceritanya.


cakalangfufu (dok.tribudiarto)
Ini menu wajib orang Ternate. Ikan cakalang/tongkol asap bisa langsung dinikmati usai diasap. Cukup dikucuri jeruk nipis/jeruk ikan ditemani nasi hangat atau sagu ditambah dabu-dabu mentah. Cakalang fufu pun bisa diolah menjadi cakalang rica-rica.



dok.Luqmanhakimarifin
  • Ikan bakar colo-colo
Ikan bakar tanpa banyak bumbu disantap dengan dabu-dabu mentah. Dabu-dabu ini nama lain sambal. Irisan cabe rawit, irisan bawang merah, irisan tomat, daun kemangi, air jeruk, sedikit minyak, dan sedikit garam.

  • Popeda dan ikan kuah kuning
Popeda ini tepung sagu yang direndam sebelumnya kemudian digulung-gulung gitu pakai garpu. Orang Ternate menyantapnya langsung pakai tangan. Untuk yang belum terbiasa, popedanya meleset terus saat dipegang.

  • makanan kobong/makanan kebun
Makanan kebun bisa dijumpai di berbagai kesempatan bahkan saat acara pernikahan. Makanan kebun ini terdiri atas pisang rebus, singkong rebus, dan ubi rebus yang dikukus dengan santan. Keduanya disajikan bersama ulak-ulak. Ini kalau di Bandung serupa karedok. Bedanya sausnya berbahan dasar kacang kenari.

  • pisang goreng mulut bebek cocol sambal

pisang mulut bebek (dok.kamerabudaya)

Pisang ini bentuknya memang mirip paruh bebek. Pisang jenis ini di Ternate dianggap sebagai pisang kasta tinggi di antara pisang-pisang lainnya. Pisang mulut bebek dipilih yang belum matang betul lalu digoreng tanpa tepung. Masyarakat Ternate menyantapnya bersama sambal, bisa sambal tomat atau sambal terasi.

  • Sarabba
Air jahe + gula merah + susu lalu ditaburi kenari cincang. Dinikmati panas-panas. Kalau tidak dikasih susu, namanya guraka.

  • Gohu ikan
Ini serupa dengan sashimi dari Jepang. Ikan segar dikucuri jeruk nipis ditambah dabu-dabu mentah lalu ditaburi kacang tanah goreng yang ditumbuk kasar. Rasanya manis, gurih, dan asam. Ingin mencoba membuatnya sendiri? Pastikan ikan benar-benar segar ya.

---
Sempurnanya keanekaragaman wisata di Ternate membuat kota ini layak dinobatkan sebagai surga wisata. Akses ke Ternate pun semakin mudah karena kini sudah banyak maskapai yang menetapkan jadwal penerbangan ke kota ini. Kini, agar lebih praktis, kita bisa mengecek harga tiket sekaligus melakukan pemesanan tiket pesawat secara online.


































Kesetaraan Gender Wujudkan Indonesia Bebas Stunting


www.siswiyantisugi.com
dr.Widyawati, MKM (dok. Ncie Hani)


Hari gini masih ada patriarki? ke laut aja...


Patriarki sekilas dianggap bukan masalah besar karena sudah menjadi bagian keseharian masyarakat. Ketika ayah diposisikan sebagai 'raja kecil' di rumah, ibu dan anak-anak menjadi pelayannya. Sebenarnya sih, kalau di kisah raja-raja, ibu berperan sebagai permaisuri. Namun, tidak di negeri ini. Kuatnya tradisi patriarki di kultur masyarakat kita menempatkan ibu dan anak perempuan sebagai kelompok tak berdaya; sebagai subordinat dalam keluarga.



Hari ini, 22 Desember 2018, bertepatan ngan perayaan Hari Ibu, Kemenkes mengundang blogger kesehatan untuk berbagi informasi seputar kondisi terkini kesehatan masyarakat Indonesia. Acara ini bertema Dengan Kesetaraan Gender Wujudkan Kesehatan Keluarga.

Tema yang amat menarik mengingat parameter kemajuan suatu masyarakat adalah kesadaran adanya kesetaraan gender dalam kehidupan mereka. Apakah parameter itu sudah dimiliki negeri dengan 250 juta jiwa ini? Jawabannya ternyata belum.

Di negeri ini, masih banyak dijumpai kesenjangan kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam menikmati hasil pembangunan. Perempuan masih terbelenggu kekuasaan patriarki termasuk dalam pelayanan kesehatan.

Tingginya kasus stunting, kematian ibu, dan bayi di Indonesia mencerminkan masih jauhnya negeri ini dari pencapaian kesetaraan menikmati kesehatan dalam kehidupan. Mengapa perempuan yang menjadi korban? Karena mereka seringkali takpunya otoritas atas tubuhnya, atas masa depannya, bahkan atas apa yang dipikirkannya. 

Perempuan takpunya otoritas atas tubuhnya ketika ia tak diberi kesempatan untuk merawat diri saat hamil. Perempuan takpunya otoritas atas masa depannya ketika orangtua memaksa ia menikah di usia masih sangat muda padahal ia masih ingin sekolah. Bahkan untuk berpikir tentang cita-citanya pun, perempuan takberani melakukannya. Ia takut terhadap kultur patriarki yang mengikatnya begitu erat.

Dalam kesempatan gathering ini, Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, drg. Juanita P.F., M.KM., memaparkan prevalensi perkawianan pertama perempuan pada usia anak. Pada rentang waktu 2008 -  2016, usia perkawinan dialami anak-anak di bawah usia 18 tahun.

Apakah anak-anak perempuan bisa menolak? Mereka tak berdaya. Padahal akibat dari perkawinan di bawah umur, kekerasan fisik dan atau seksual amat rentan terjadi. Apakah ibu-ibu cilik yang dipaksa menikah ini paham bagaimana ia harus merawat janinnya, merawat bayinya saat lahir, mengatasi baby blues, dan mendidik anak-anaknya? 

Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Ia harus kuat fisik dan mental. Ia pun harus berwawasan baik agar dapat mendidik anak-anaknya dengan benar. Baik saja tidak cukup, ia harus tahu nutrisi yang tepat agar janinnya terjaga, bayi yang lahir sehat, dan dididik dengan benar.

Apa yang bisa dilakukan dinas kesehatan untuk mengatasi ini? Dinkes mengupayakan pelayanan kesehatan responsif gender dalam Program Indonsia Sehat melalui pendekatan keluarga.

Ada tiga program yang dilakukan:
1. program gizi, kesehatan ibu, dan anak
2. pengendalian penyakit menular dan              tidak menular
3. perilaku dan kesehatan lingkungan

www.siswiyantisugi.com
dok.Kemenkes RI

Ketiga program ini menjawab atau berusaha keras mencegah terulangnya kasus stunting yang disebabkan oleh gizi buruk akibat ketidaktahuan ibu mengenai nutrisi yang harus dikonsumsinya selama hamil.

baca juga Optimis Cegah dan Atasi Stunting

Faktor lain disebabkan infeksi pada ibu akibat ketidaktahuan tentang penyakit menular dan tidak menular. Faktor ketiga adalah buruknya sanitasi akibat minimnya pemahaman perilaku dan kesehatan lingkungan.

Perempuan sebagai ibu tidak bisa berjalan sendirian menjaga kesehatan diri dan janinnya selama hamil. Harus ada dukungan penuh dari suami agar terpenuhi kebutuhan nutrisi dan psikologisnya demi masa depan anak yang bebas dari stunting.

Selalu ada foto bersama di akhir acara 



Wisuda STTB XIII, Indonesia Sambutlah Kami

Ada haru menyeruak setiap kali melihat prosesi wisuda. Saya kembali teringat lima belas tahun lalu menjalani prosesi itu. Mengenakan toga dan tersenyum bahagia saat tali topi wisuda dipindahkan dari kanan ke kiri sebagai simbol kami sudah menjadi sarjana.

Ada lega sekaligus khawatir yang dirasakan saat itu. Lega karena tunai sudah perjuangan selama kurang lebih lima tahun. Namun demikian, kekhawatiran tentang masa depan pun muncul. Apakah saya akan segera mendapat pekerjaan? Apakah mudah mendapat pekerjaan? Dan rentetan pertanyaan apakah menari-nari di pikiran saya.
wisudawan-wisudawati STTB XIII (dok. rachmi)
Mungkin kekhawatiran itu juga dirasakan sebagian wisudawan Sekolah Tinggi Teknologi Bandung pada hari Sabtu, 8 Desember 2018 kemarin. Kekhawatiran itu memang tidak tampak. Yang terlihat adalah keharuan dan kebahagiaan di antara mereka. Rangkaian bunga, boneka, peluk, dan cium mengekspresikan betapa hari itu adalah hari penuh kelegaan bagi wisudawan dan orangtua mereka, pun pasangan mereka.

Pada kesempatan berbahagia itu, saya hadir bersama teman-teman blogger untuk menjadi saksi diwisudanya 183 wisudawan dari Sekolah TInggi Teknologi Bandung (STTB). Bertempat Harris Hotel Convention Centre, perhelatan Wisuda XIII STTB diselenggarakan. Acara dibuka dengan hymne STTB kemudian dilanjutkan penyajian kesenian daerah, tari jaipong. Semua penarinya berhijab dan pakaiannya pun menyesuaikan. Usai tari jaipong, hadirin diminta berdiri untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan mengheningkan cipta dan mars STTB.
dok.rachmi
Sambutan dari Ketua STTB, Bapak Muchammad Naseer, S.Kom., M.T., menjadi acara selanjutnya setelah mars STTB dikumandangkan. Bapak Nasheer mengucapkan selamat dan mengimbau para wisudawan agar terus berkibar di masyarakat dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk banyak orang. Dari pengalaman selama ini, lulusan STTB hanya membutuhkan waktu tunggu 45 hari untuk mendapat pekerjaan. Ini merupakan komitmen STTB terhadap lulusannya agar bisa segera bekerja. Hal itu ditandai dengan adanya career centre yang bisa diakses mahasiswanya. Selain itu, STTB juga bekerja sama dengan banyak pihak dalam penyediaan lapangan pekerjaan.


dok. rachmi
Dalam sambutannya, Bapak Nasheer menyampaikan ada 106 wisudawan dari Fakultas Teknik dan 77 wisudawan dari Fakultas Informatika. Sejak berdiri tahun 1991, Sekolah Tinggi Teknologi Bandung sudah meluluskan 1355 mahasiswanya. Pada tahun 2018 ini, ada 1250 mahasiswa yang menuntut ilmu di STTB dengan rincian 75% mahasiswa berasal dari Jawa Barat dan 25% mahasiswa lain berasal dari Pulau Jawa lain, Sumatera, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Papua, Malaysia, dan Timor Leste.

Pada kesempatan berbahagia itu pula, Bapak Nasheer selaku Ketua STTB menginformasikan bahwa pada tahun 2022 STTB akan berubah menjadi universitas. Perubahan status yang akan membuat STTB lebih maju dan berkembang di dunia pendidikan.

Kini, tibalah kami pada acara puncak. Acara yang sangat ditunggu para wisudawan dan orangtua serta pendamping mereka yang lainnya. Pemindahan tali di topi wisudawan sebagai simbol kelulusan dan resminya gelar sarjana mereka sandang di belakang nama masing-masing.

dok. rachmi
Satu per satu nama wisudawan dipanggil ke panggung untuk menerima ijazah dan ucapan selamat dari senat STTB. Diiringi nyanyian paduan suara, para wisudawan menaiki panggung dengan wajah sumringah. Dari 183 orang wisudawan, Srikanti Astuti dari program studi Teknik Industri dan Iin Indriyana dari program studi Informatika meraih gelar wisudawan terbaik.
Selain memilih wisudawan terbaik, pada Wisuda XIII kali ini, rapat senat mengumumkan nama-nama wisudawan yang mendapat predikat skripsi terbaik. Nama-nama itu adalah

Skripsi Terbaik Program Studi Informatika

1. Enung Siti Lasmanah, S.Kom.
2. Muhammad Faqih, S. Kom.
3. Reza Aldian Hidayat, S. Kom
4. Yuda R. Bagaskara, S. Kom

Skripsi Terbaik Program Studi Teknik Industri

1. Dede Nuraeni, S.T.
Perancangan Ulang Tata Letak Pabrik dengan Kombinasi Algoritma Craft & ARC (Study Kasus PT Pabrik Mesin )

2. Fitri Kurniawati, S.T.
Perancangan Manufacturing dengan Metode Valsat pada Proses Produksi Excavator di PT Pindad (Persero)

3. Inggi Sri Astuti, S. T.
Perencanaan Persediaan Bahan Baku Multiitem Menggunakan Lagrange Multiplier/Studi Kasus CV Trojika Indonesia

4. Srikanti Astuti, S. T.
Redesain Kursi Penumpang Bus Trans Metro Bandung (TMB) dengan metode quality Function Deployment

Skripsi-skripsi terbaik ini diharapkan bisa menjadi pijakan awal bagi para penulisnya untuk lebih mengabdikan ilmunya dan peduli pada kebutuhan masyarakat. Setelah pengumuman judul-judul skripsi terbaik, pihak STTB menandatangani MOU dengan beberapa instansi, di antaranya adalah PT. Pos, Universitas Islam Majapahit, Bank Sampah, dan Bersinar.

www.siswiyantisugi.com
penandatanganan MoU (dok. Rachmi)
MoU antara STTB dan PT Pos berupa pengiriman logistik untuk kerja praktik dan informasi lowongan kerja. Sementara, MoU antara STTB dan Bank Sampah adalah pelatihan pengelolaan sampah dan hasil kelola sampah itu diharapkan bisa membantu mahasiswa membiayai kuliahnya.

orasi ilmiah (dok. rachmi)
Rangkaian acara wisuda Sekolah Tinggi Teknologi Bandung (STTB) yang dimulai pukul 09.00 berjalan lancar. Selain penandatanganan MoU, ada orasi ilmiah yang disampaikan oleh Dr. Cyrille SCHWOB, APAC Head of Research & Technology Development at Airbus yang berkantor di Singapura. Orasi ilmiah dalam bahasa Inggris yang intinya menekankan agar para wisudawan siap meniti karier sebagai tenaga ahli di era industri 4.0.

Selamat datang di dunia nyata para wisudawan. Indonesia, sambutlah anak-anak bangsa ini. Dukung terus perjuangan mereka agar bisa turut membangun negeri ini menjadi lebih maju dan sejahtera.