Ternyata Disrupsi Digital Itu Nyata

Judul disrupsi digital itu nyata sebenernya ungkapan satire dari kondisi yang saya alami sesiangan tadi. Ketika laporan harus segera dikirim, sinyal internet mendadak hilang entah ke mana. Ketegangan pun memenuhi hati dan pikiran saya. Yang ada di pikiran cuma satu : pergi ke tempat yang ada wifi-nya. 


disrupsi digital


Sayangnya saya masih harus mengikuti rapat. Tentu tidak memungkinkan untuk pergi ke tempat lain demi mendapatkan sinyal. Saya juga sungkan minta tethering ke teman sebelah. Alasan utamanya ya karena saya tidak mengenalnya. Kami baru saling menyapa saat rapat tadi.

Saya sangat tidak jenak mengikuti jalannya rapat. Meskipun tak jenak, saya tetap mencatat hal-hal penting yang disampaikan selama rapat. Kalau saat itu tidak fokus, minimal saya bisa membaca dan mempelajarinya di rumah. 

Berulang kali saya melirik jarum jam. Masih ada waktu satu jam sebelum pukul 2 siang. Batas waktu pengiriman laporan. Hati semakin gundah ketika lima menit sebelum pukul 2, sinyal bergeming. Dua ponsel sama saja tak bisa digunakan. Apalah artinya ponsel canggih kalo tak ada sinyal internetnya?

Meski laporan yang harus dikirimkan adalah laporan individu, tetapi sistem penilaian tetap berdasarkan kekompakan tim. Masih kosongnya data saya di folder laporan tim membuat teman-teman lain ikut khawatir. Seorang teman menelepon saya. Sayangnya ponsel dalam kondisi senyap. Ketika saya meneleponnya balik, suara operator muncul, " Pulsa Anda tidak cukup melakukan panggilan ini." Duh, Gustii...paringi power...

Untungnya dia menelepon kembali. Saya sampaikan hambatan yang saya alami. Dia pun berbaik hati menawarkan bantuan mengirimkan laporan saya. Namun, kendala lain muncul. Saya lupa password Twitter tempat insight postingan cuitan yang harus dilaporkan.

Ampun dah! Perasaan semalam masukin password-nya gampang aja dari ponsel lain. Dia panik, saya pun setengah panik. Akhirnya saya minta waktu satu jam untuk mengirimkan laporan. Saya berharap rapat selesai satu jam lagi. Rapat memang selesai sesuai yang saya perkirakan. Saya pun bergegas ke kedai langganan. 

Alhamdulillah wifi di kedai ini memang selalu oke. Sekejap, kurang dari tiga menit laporan berhasil diinput. Luar biasa..ketegangan berjam-jam tadi cair sudah. Rasanya adem, seadem segelas es kopi item yang saya teguk sambil kirim laporan.

Sinyal Internet Sebagai Panglima

Kondisi yang saya alami tadi membuat saya merenungkan hidup yang saya jalani. Seserius itu ya? hahaha...Tapi ini seriusan. Sebagai pekerja digital marketing, saya bener-bener merasakan betapa sinyal internet menjadi tuhan. T dalam huruf kecil ya, bukan T dalam huruf kapital. Penjelasannya saya tulis kapan-kapan :D

Seandainya laporan tidak harus dikirim siang itu, saya pasti tidak akan setegang tadi. Seandainya ini kerja individu yang tidak akan di-woro-woro di grup kalau ada yang belum kelar, saya masih bisa menunggu hingga sinyal muncul lagi.

Sayangnya realitanya adalah semua harus dilakukan saat ini, segera, dan kerja saya memengaruhi konduite tim saya. Akibatnya, saya tidak bisa fokus saat rapat. Mikirin si sinyal, laporan, dan konduite tim. 

Yup, yang saya alami sesiangan tadi membuka mata saya bahwa betapa disrupsi digital memang ada. Ia bukan hanya wacana yang didiskusikan di berbagai media. Disrupsi digital juga bukan sekadar barang dagangan para digital marketer agar orang-orang mau membeli produk dan jasa yang mereka tawarkan.

Disrupsi digital menjadi bagian penting dalam keseharian kita. Terlebih ketika Covid menyerang dunia. Revolusi pun terjadi. Digitalisasi menjadi panglima revolusi. Kita menjadi prajuritnya. Tak ada yang luput dari revolusi digital 2020.

Dulu, ketika industri 4.0 dibicarakan di banyak kesempatan, bagi sebagian orang, kehidupannya mungkin hanya terpengaruh sedikit saja. Namun, ketika dunia takluk pada Covid-19, semua aspek dalam industri 4.0 merangsek masuk dalam kehidupan kita. Masuk ke bagian terkecil dalam tatanan kehidupan masyarakat, yaitu keluarga.

Tips Antisipasi Sederhana

Jadi, ya sudahlah..ini kehidupan yang harus dijalani. Digitalisasi membuat batas antara dunia maya dan nyata amat tipis, setipis kulit bawang. Supaya tidak tergerus dan tertinggal, kita memang harus membaur. Kita harus terus mengantisipasi banyak hal jika si sinyal internet sebagai  bahan bakar digitalisasi tidak bersahabat.

1. Jangan menunda
Kerjakan saat ini, selesaikan segera. Karena sinyal internet menurut saya seperti ketidakpastian dalam hidup. Ia bisa berubah kapan pun. Ketika kondisinya sedang stabil, selesaikan semua pekerjaan sesuai skala prioritas. Jadi kalau sinyal mendadak hilang, minimal pekerjaan yang sedianya harus selesai dalam waktu dekat sudah selesai.

2. Kolaborasi tetap menjadi kunci
Secanggih apa pun gerak laju teknologi digital, kolaborasi tetap menjadi kunci. Ketika sinyal hilang, kita masih bisa memanfaatkan jaringan telepon. Kita bisa mengontak orang terdekat atau teman satu tim untuk membantu menyelesaikan pekerjaan yang tertunda akibat ulah si sinyal. Pastikan orang yang kamu hubungi tepercaya. Terlebih jika kamu harus menginfokan password jika memang itu satu-satunya cara menyelesaikan pekerjaan

---

Hihi..saya nulis panjang lebar tentang disrupsi padahal intinya cuma mau bilang sedia payung sebelum hujan. Sebaiknya kerjakan tugasmu sekarang sebelum sinyal menghilang. Salam :)

1 comment

  1. dsrupsi digital tertantung diri sendiri ya mbak. suka menunda tugas . heheh

    ReplyDelete