Showing posts with label indusri 4.0. Show all posts

Ternyata Disrupsi Digital Itu Nyata

Judul disrupsi digital itu nyata sebenernya ungkapan satire dari kondisi yang saya alami sesiangan tadi. Ketika laporan harus segera dikirim, sinyal internet mendadak hilang entah ke mana. Ketegangan pun memenuhi hati dan pikiran saya. Yang ada di pikiran cuma satu : pergi ke tempat yang ada wifi-nya. 


disrupsi digital


Sayangnya saya masih harus mengikuti rapat. Tentu tidak memungkinkan untuk pergi ke tempat lain demi mendapatkan sinyal. Saya juga sungkan minta tethering ke teman sebelah. Alasan utamanya ya karena saya tidak mengenalnya. Kami baru saling menyapa saat rapat tadi.

Saya sangat tidak jenak mengikuti jalannya rapat. Meskipun tak jenak, saya tetap mencatat hal-hal penting yang disampaikan selama rapat. Kalau saat itu tidak fokus, minimal saya bisa membaca dan mempelajarinya di rumah. 

Berulang kali saya melirik jarum jam. Masih ada waktu satu jam sebelum pukul 2 siang. Batas waktu pengiriman laporan. Hati semakin gundah ketika lima menit sebelum pukul 2, sinyal bergeming. Dua ponsel sama saja tak bisa digunakan. Apalah artinya ponsel canggih kalo tak ada sinyal internetnya?

Meski laporan yang harus dikirimkan adalah laporan individu, tetapi sistem penilaian tetap berdasarkan kekompakan tim. Masih kosongnya data saya di folder laporan tim membuat teman-teman lain ikut khawatir. Seorang teman menelepon saya. Sayangnya ponsel dalam kondisi senyap. Ketika saya meneleponnya balik, suara operator muncul, " Pulsa Anda tidak cukup melakukan panggilan ini." Duh, Gustii...paringi power...

Untungnya dia menelepon kembali. Saya sampaikan hambatan yang saya alami. Dia pun berbaik hati menawarkan bantuan mengirimkan laporan saya. Namun, kendala lain muncul. Saya lupa password Twitter tempat insight postingan cuitan yang harus dilaporkan.

Ampun dah! Perasaan semalam masukin password-nya gampang aja dari ponsel lain. Dia panik, saya pun setengah panik. Akhirnya saya minta waktu satu jam untuk mengirimkan laporan. Saya berharap rapat selesai satu jam lagi. Rapat memang selesai sesuai yang saya perkirakan. Saya pun bergegas ke kedai langganan. 

Alhamdulillah wifi di kedai ini memang selalu oke. Sekejap, kurang dari tiga menit laporan berhasil diinput. Luar biasa..ketegangan berjam-jam tadi cair sudah. Rasanya adem, seadem segelas es kopi item yang saya teguk sambil kirim laporan.

Sinyal Internet Sebagai Panglima

Kondisi yang saya alami tadi membuat saya merenungkan hidup yang saya jalani. Seserius itu ya? hahaha...Tapi ini seriusan. Sebagai pekerja digital marketing, saya bener-bener merasakan betapa sinyal internet menjadi tuhan. T dalam huruf kecil ya, bukan T dalam huruf kapital. Penjelasannya saya tulis kapan-kapan :D

Seandainya laporan tidak harus dikirim siang itu, saya pasti tidak akan setegang tadi. Seandainya ini kerja individu yang tidak akan di-woro-woro di grup kalau ada yang belum kelar, saya masih bisa menunggu hingga sinyal muncul lagi.

Sayangnya realitanya adalah semua harus dilakukan saat ini, segera, dan kerja saya memengaruhi konduite tim saya. Akibatnya, saya tidak bisa fokus saat rapat. Mikirin si sinyal, laporan, dan konduite tim. 

Yup, yang saya alami sesiangan tadi membuka mata saya bahwa betapa disrupsi digital memang ada. Ia bukan hanya wacana yang didiskusikan di berbagai media. Disrupsi digital juga bukan sekadar barang dagangan para digital marketer agar orang-orang mau membeli produk dan jasa yang mereka tawarkan.

Disrupsi digital menjadi bagian penting dalam keseharian kita. Terlebih ketika Covid menyerang dunia. Revolusi pun terjadi. Digitalisasi menjadi panglima revolusi. Kita menjadi prajuritnya. Tak ada yang luput dari revolusi digital 2020.

Dulu, ketika industri 4.0 dibicarakan di banyak kesempatan, bagi sebagian orang, kehidupannya mungkin hanya terpengaruh sedikit saja. Namun, ketika dunia takluk pada Covid-19, semua aspek dalam industri 4.0 merangsek masuk dalam kehidupan kita. Masuk ke bagian terkecil dalam tatanan kehidupan masyarakat, yaitu keluarga.

Tips Antisipasi Sederhana

Jadi, ya sudahlah..ini kehidupan yang harus dijalani. Digitalisasi membuat batas antara dunia maya dan nyata amat tipis, setipis kulit bawang. Supaya tidak tergerus dan tertinggal, kita memang harus membaur. Kita harus terus mengantisipasi banyak hal jika si sinyal internet sebagai  bahan bakar digitalisasi tidak bersahabat.

1. Jangan menunda
Kerjakan saat ini, selesaikan segera. Karena sinyal internet menurut saya seperti ketidakpastian dalam hidup. Ia bisa berubah kapan pun. Ketika kondisinya sedang stabil, selesaikan semua pekerjaan sesuai skala prioritas. Jadi kalau sinyal mendadak hilang, minimal pekerjaan yang sedianya harus selesai dalam waktu dekat sudah selesai.

2. Kolaborasi tetap menjadi kunci
Secanggih apa pun gerak laju teknologi digital, kolaborasi tetap menjadi kunci. Ketika sinyal hilang, kita masih bisa memanfaatkan jaringan telepon. Kita bisa mengontak orang terdekat atau teman satu tim untuk membantu menyelesaikan pekerjaan yang tertunda akibat ulah si sinyal. Pastikan orang yang kamu hubungi tepercaya. Terlebih jika kamu harus menginfokan password jika memang itu satu-satunya cara menyelesaikan pekerjaan

---

Hihi..saya nulis panjang lebar tentang disrupsi padahal intinya cuma mau bilang sedia payung sebelum hujan. Sebaiknya kerjakan tugasmu sekarang sebelum sinyal menghilang. Salam :)

Ketika Koperasi Digital Adalah Keniscayaan dalam Kehidupan Masyarakat

innews.co.id.jpg


Berjayanya Internet of  Things (IoT) membawa masyarakat Indonesia ke zaman serbadigital. Perubahan gaya hidup menjadi penandanya. Era digital membuat semua hal bisa dikelola hanya dengan jari jemari dari layar ponsel atau layar komputer. Takperlu pergi ke banyak tempat, kita bisa mengelola berbagai urusan hanya di depan layar gadget kita. Salah satunya dengan memanfaatkan aplikasi di Smartphone untuk memasarkan produk dan jasa, seperti yang dijelaskan Mbak Ica dalam blognya

Kekuatan daring memengaruhi hampir semua bidang kehidupan. Takada yang luput dari pengaruh internet dalam mengurus keperluannya setiap hari. Termasuk berbagai lembaga dan organisasi yang ada di masyarakat. Salah satunya adalah koperasi. 

Sebagai lembaga ekonomi, koperasi mempunyai posisi penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 yang menjelaskan bahwa koperasi memiliki fungsi dan peranan antara lain, yaitu mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota dan masyarakat, berupaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia, memperkokoh perekonomian rakyat, mengembangkan perekonomian nasional, serta mengembangkan kreativitas dan jiwa berorganisasi bagi pelajar bangsa.

Agar bisa mengimplementasikan fungsi dan perannya dalam kehidupan masyarakat luas, koperasi harus memanfaatkan kecanggihan teknologi digital. Seperti apa sih teknologi digital itu? Penjelasan sederhananya sih seperti yang saya tulis di kalimat pertama tadi, teknologi yang berhubungan dengan internet.

Pentingnya Koperasi Digital 

Apa yang bisa dilakukan koperasi agar mampu beradaptasi di era digital ini? Jawabannya simple saja, yaitu melakukan digitalisasi dalam setiap urusan administrasi dan bisnis. Tujuannya tentu untuk mempermudah pelayanan secara daring bagi bagi pengurus dan anggotanya. Tidak hanya itu, kemudahan mengakses informasi dan bergabung dengan koperasi secara daring akan menarik minat generasi milenial. 

Tujuan digitalisasi dalam koperasi ini secara umum agar pelaku koperasi semakin efektif dan efisien, baik dalam melayani anggotanya maupun saat berbisnis. Selain itu, anggota masyarakat yang ingin bergabung juga bisa mendaftarkan diri secara daring. 

Bagaimana dengan keamanan data koperasi? Pemerintah, khususnya Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, menekankan pihaknya telah bekerja sama dengan Bareskrim Polri dan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk mengantisipasi penipuan di bidang perkoperasian akibat penyalahgunaan data. 

Berdasarkan data Kemenkop, jumlah total koperasi di Indonesia saat ini sebanyak 220. 476 unit. 

Data Koperasi Indonesia per Oktober 2019
DataJumlah
Total jumlah koperasi (unit)220.476
Koperasi aktif (unit)125.236
Koperasi tidak aktif (unit)95.240
Total Anggota Koperasi (jiwa)710.236.215
Anggota Koperasi Laki-Laki (jiwa)11.943.074
Anggota Koperasi perempuan (jiwa)698.293.141
Koperasi dengan modal sendiri (Rp triliun)77,85
Koperasi dengan modal pihak luar (Rp triliun)77,69
Volume usaha (Rp triliun)144,03
Sisa hasil usaha (Rp triliun)5,88

Keterangan : Data Kementerian Koperasi dan UKM

Kemudahan mengakses informasi semacam ini adalah hasil kerja digitalisasi dalam mendata kondisi perkoperasian di Indonesia. Apa yang harus dilakukan oleh pengurus koperasi jika mereka masih gagap daring? Jawabannya tentu lewat bimbingan teknis (bimtek) yang biasanya diselenggarakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM. Bimbingan teknis ini biasanya berupa penyampaian materi seputar koperasi digital dan praktiknya.

Pengurus koperasi yang mengikuti bimbingan teknis akan mendapat materi mengenai segala kebutuhan koperasi yang pengelolaannya dilakukan secara daring. Kebutuhan koperasi itu mulai dari pencatatan keuangan, manajemen anggota, manajemen aset, perhitungan Sisa Hasil Usaha (SHU) hingga Rapat Anggota Tahunan (RAT) secara daring.

Seperti yang disampaikan Teten Masduki pada Kompas, Rabu, 30 Oktober 2019, perlu dilakukann modernisasi menyeluruh pada koperasi. Modernisasi ini mencakup upaya mempercepat gerak koperasi, memperkuat kelembagaan, membangun koperasi dengan usaha produktif, termasuk melalui penggunaan teknologi. 

Usaha produktif yang terus dikembangkan dalam kegiatan koperasi pasti akan membangun jiwa kewirausahaan masyarakat. Semakin banyak wirausaha di negeri ini semakin kokoh perekonomian negeri. Bagaimana bisa? Kewirausahaan koperasi adalah suatu sikap mental positif dalam berusaha secara kooperatif demi kepentingan dan kesejahteraan bersama.

Koperasi digital diharapkan ikut mendorong para pelaku UMKM yang jumlahnya sebanyak 57 juta unit lebih untuk beradaptasi dengan ekonomi digital. Adaptasi adalah kunci bertahan di tengah arus informasi yang luar biasa cepat.

Bagaimana caranya mengakses koperasi digital? Kita bisa mengeceknya di mesin pencari untuk mengetahui wajah koperasi secara digital. Ada beberapa nama yang cukup familiar, seperti Koperasi Digital Indonesia Mandiri, Koperasi Bejo, dan sebagainya. 

Semoga digitalisasi koperasi dapat membuka pintu - pintu inovasi dalam memajukan perekonomian masyarakat. Perekonomian maju, masyarakat sejahtera. Itu harapan kita semua.

Belajar Berinvestasi Melalui Reksadana

 Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana masyarakat yang dikelola badan hukum. Badan hukum ini bernama Manajer Investasi. Dana yang sudah terkumpul di Manajer Investasi kemudian diinvestasikan ke portofolio, seperti saham, obligasi, dan instrumen pasar uang.

Kita bisa mulai berinvestasi senilai Rp 100 ribu di Reksadana. Bahkan di e - commerce, kita bisa berinvestasi mulai dari Rp 10ribu. Nilai investasinya yang kecil ini menjadikan Reksadana sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat dengan modal kecil, takpunya banyak waktu, dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi yang mereka lakukan.

Berbeda dengan berinvestasi langsung di pasar saham,  Reksadana merupakan produk investasi yang relatif lebih murah dan sederhana.

reksadana

Reksadana, menurut para pakar keuangan, bisa menjadi langkah awal bagi para pemula yang ingin terjun di dunia investasi. Dengan kata lain, jika kamu ingin berinvestasi, pilihlah Reksadana. Sebelum membeli produk Reksadana, tentu kamu harus tahu serba-serbi reksadana lebih dahulu.

Jenis Reksadana

1. Reksadana Pasar Uang
Jenis Reksadana ini menginvestasikan uang kita akan diinvestasikan ke deposito dan Sertifikat Bank Indonesia. 

2. Reksadana Pendapatan Tetap
Untuk jenis ini, mayoritas uang kita akan diinvestasikan ke obligasi dan surat utang

3. Reksadana Saham
Pada jenis ini, 80 % uang kita akan diinvestasikan pada pasar saham.

4. Reksdana Campuran
Sesuai dengan namanya, uang kita akan diinvestasikan pada deposito, obligasi, dan pasar saham.

Mungkin ada yang bertanya mengapa tidak kita investasikan sendiri saja ke obligasi atau pasar saham? Jawaban atas pertanyaan itu ada pada plus dan minusnya Reksadana.


Plusnya Reksadana


!. Adanya manajer investasi membantu kita mengelola uang yang kita investasikan.
 Kita tinggal titipkan uang kita ke manajer investasi sebagai orang yang mengerti investasi untuk mengatur uang kita agar bisa mendapat imbal hasil kompetitif.

2. Reksadana bisa dibeli eceran
Kita bisa beli Reksadana mulai dari Rp 100.000,00. Bandingkan jika kita membeli sendiri instrumen keuangan lain, seperti deposito. Supaya kita bisa dapat bunga deposito tinggi setara dengan Reksadana Pasar Uang, kita harus punya uang senilai Rp 1 Miliar. 

Begitu pula jika kita membeli sendiri obligasi. Pada umumnya, kita harus membeli obligasi kelipatan Rp 5 juta atau bahkan Rp 50 juta. Selanjutnya kalau kita membeli saham, minimal harus beli 1 lot atau 100 lembar. Harganya tergantung harga saham, bisa aja harganya Rp 50 ribu. Broker pun meminta kita menempatkan dana minimal Rp 5 juta untuk bisa jual beli saham.

Berbeda dengan saham, obligasi, dan deposito, Reksadana sifatnya liquid alias bisa dijual kapan saja, tanpa harus menunggu jatuh tempo.

Minusnya Reksadana 

1. Ada Fee 
Fee untuk manajer investasi. Fee ini bervariasi, biasanya dibayarkan dua kali. Pertama, ketika kita beli Reksadana atau subscribe.. Nilai fee ini umumnya 1% - 3% dari nilai investasi kita. Fee kedua waktu kita jual Reksadana kita atau redeem. Besaran fee biasanya 0,5% - 1%. Jadi, sebelum kita beli Reksadana, cek dan hitung fee yang harus kita bayar.

2. Kinerja Buruk
Kinerja ini bisa menjadi sisi minus jika manajer investasi yang kita pilih tidak menghasilkan kinrja seperti yang diinginkan. Sebagai contoh, kinerja manajer investasi yang kita pakai kalah dari produk lain dari manajer investasi sebelah. Bahkan Reksadana saham, kinerjanya bisa lebih buruk dari indeks saham. 

Cara Membeli Reksadana

1. Beli Reksadana di bank. 
Caranya bisa langsung datang ke bank-nya atau beli secara daring.

2. Beli Reksadana di  Perusahaan Sekuritas dan e - Commerce
Biasanya kita harus membuat akun di situs- situs tersebut dan tetap melibatkan nomor rekening bank kita.

Tips Memilih Investasi Reksadana untuk Pemula

1. Pahami bahwa Reksadana adalah produk investasi.
Karena itu, Reksadana tidak dijamin layaknya tabungan dan deposito. jadi, kalau ada yang menjamin imbal hasilnya pasti, kita harus mempertanyakan kevalidannya. Reksadana pasar uang, pendapatan tetap biasa, campuran, dan saham tidak bisa dijanjikan hasilnya seperti apa.

2. Pahami risiko jenis - jenis Reksadana
Kalau kita tidak sanggup melihat naik turunnya nilai investasi kita atau kita akan pakai uang kita dalam waktu dekat, sebaiknya kita tidak memilih Reksadana agresif, seperti saham hanya karena melihat untungnya paling besar.

3. Jangan hanya melihat kinerja masa lalu 
Sebagia pemula, kita tetap harus update informasi terkini dari pencapaian Manajer Investasi  pengelola. Jangan terpaku pada keberhasilan masa lalu tanpa mengetahui latar belakang hal itu bisa terjadi dan membandingkannya dengan kondisi terkini.

Semoga 

Manajemen Kemalasan saat Bekerja dari Rumah

kerja dari rumah
dok : realhomes.com

Work From Home atau Bekerja dari Rumah sedang gencar digaungkan pemerintah sejak semakin tersebarnya covid 19 ke banyak wilayah di Tanah Air. Tak hanya di dalam negeri, instruksi bekerja dari rumah pun diterapkan di banyak negara yang mengalami pandemi covid 19. 

Bagi saya yang sejak 2017 akhir memutuskan menjadi freelancer, bekerja dari rumah bukanlah hal baru. Jadi, sebelum 16 Maret 2020, saya sudah bekerja dari rumah. Namun, tetap saja, kadangkala saya harus bergulat dengan kemalasan. Apakah kamu mengalaminya juga selama bekerja dari rumah lima hari ini? 

Bekerja dari rumah sejatinya menempa kita untuk lebih disiplin ketimbang saat bekerja di kantor. Mengapa? Karena saat bekerja di rumah, bosnya adalah diri sendiri. Sebagai bos, kita berkuasa dong. Kekuasaan itu yang sering melenakan. Alih – alih punya jam kerja fokus dan teratur, yang ada malah berbagai excuse sehingga pekerjaan terbengkalai. Etapi itu saya sih, pasti beda dengan teman –teman yang bekerja dari rumah dan tetap disupervisi setiap hari oleh pimpinannya secara daring.

Jadi, apa yang bisa kita lakukan agar lancar bekerja dari rumah? Ini tiga tips dari saya. Tiga aja, biar gampang praktiknya :D 

1. Manajemen kemalasan 


Biasanya yang dikelola adalah waktu, tetapi bagi saya yang termasuk anggota geng rebahan, kemalasanlah yang wajib dikelola. Ketika kemalasan bisa dikelola, saya akan lebih mudah mengatur waktu. 




Yang saya lakukan pertama kali adalah mengenali kapan kemalasan mengunjungi saya. Setelah ditelisik, saya mulai malas ketika kelelahan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga atau terlalu lama santai. 

Dari situ, saya mengatur energi fisik dan mental saya agar tetap fit saat bekerja. Caranya? 

a. Membuat daftar pekerjaan rumah tangga lalu membaginya dalam kelompok yang dikerjakan setiap enam bulan, setiap bulan, setiap minggu, dan setiap hari. Karena banyak yang diingat, banyak yang lupa, saya mencatat semua jadwal itu di Google Calendar.

Saya belajar metode ini dari Pinterest. Hasilnya sangat membantu. Ada pekerjaan rumah yang dikerjakannya cukup seminggu sekali, di antaranya membersihkan dan mengatur ulang isi lemari es. Ada juga pekerjaan rumah yang bisa dikerjakan dua hari sekali, seperti mengepel lantai dan mencuci pakaian. Kapan saya memasak? Ngga setiap hari juga sih. Kalau agenda hari itu tidak padat, saya memasak. Ya, intinya sih menyusun skala prioritas. 

b. Delegasikan pekerjaan pada anggota keluarga lain sesuai kemampuan mereka. 

Seringkali saya stress sendiri melihat tumpukan pekerjaan rumah. Rasanya kok nggak selesai – selesai. Habis cuci piring harus sikat lantai lalu lap dinding dapur, dsb. Ternyata aktivitas itu menyita tenaga saya. Saat pekerjaan susul – menyusul itu selesai, saya lelah dan kehilangan mood untuk menyelesaikan naskah buku atau menulis blog. Setelah berdiskusi dengan suami, saya mengajak anggota keluarga lain, yaitu si sulung, ibu, adik saya, dan tentu saja suami berbagi tugas pekerjaan rumah tangga. Sejauh ini semua berjalan lancar. Kalaupun ada anggota keluarga yang sibuk hingga tidak bisa menyelesaikan tugasnya, hal itu bisa dikomunikasikan untuk menukar tugasnya atau minta tolong dibantu untuk sementara waktu. 

c. Hentikan kebiasaan menunda

Saya pernah merasa sangat gusar ketika banyak tulisan harus selesai dan pekerjaan rumah menumpuk, balita saya tidak kunjung tidur.  Pikiran sama sekali tidak bisa konsentrasi dan hati saya pun gundah gulana. Akibatnya, saya menjadi ibu yang jutek saat itu. Setelah ia tidur, saya mengurai akar masalah. Ternyata masalahnya bukan pada balita yang takkunjung tidur, melainkan saya yang banyak menunda.

2. Olahraga sesuai minat 


Saya menyukai jogging dan yoga. Kedua jenis olahraga ini tidak mengharuskan saya melakukan berbagai gerakan sulit, seperti aerobik atau zumba, selain ingar –binger musiknya. Setahun terakhir ini, saya lebih banyak beryoga karena bisa melakukannya langsung di rumah. 

yoga
yoga bersama ayoyogabandung

Seminggu sekali saya yoga bersama teman – teman di komunitas yoga. Gerakan – gerakan yoga menjadi terapi yang tepat bagi badan saya yang sering pegal – pegal. Selain itu, olah pernapasan dalam yoga membuat hati dan pikiran tenang dan damai. Bagi saya, itu modal menjalani hari dan kehidupan. 

3. Tetapkan jumlah jam kerja setiap harinya. 


Sebagai freelancer, yang penting pekerjaan selesai tepat waktu. Saya tidak perlu melaporkan pekerjaan yang saya lakukan setiap hari pada atasan saya karena saya takpunya atasan. Yang saya punya adalah klien. Saya menetapkan enam jam kerja setiap harinya. Enam jam kerja baik di depan laptop, maupun menyelesaikan pekerjaan di ponsel. 

Saya menggunakan metode Podomoro dari Pinterest. Di metode ini, ada target waktu untuk setiap pekerjaan. Misalnya,  saya menargetkan dua jam menulis di blog.  Saya pasang alarm yang akan berdering setelah dua jam selesai. 

Dua jam selanjutnya saya fokus menulis naskah buku. Dua jam kemudian saya menyelesaikan pekerjaan yang menggunakan ponse. Mekanisme alarm tetap sama. 

jam kerja
dok : pixabay.com

Tiga tips sederhana ini adalah cara saya menyelesaikan berbagai pekerjaan dari rumah. Sebagai istri dan ibu, waktu 24 jam seringkali takpernah cukup. Padahal sebenarnya bukan waktunya yang pendek, tetapi kita yang tidak cerdik memanfaatkan 24 jam ini semaksimal mungkin. Karena yang penting itu bekerja cerdas bukan sekadar bekerja keras.