Showing posts with label review film. Show all posts

Review Film Sore Istri dari Masa Depan : Sebuah Refleksi


Review Film Sore Istri dari Masa Depan
dok. Instagram Cerita Film

Adakalanya ketika kenyataan terasa terlalu menyakitkan, seseorang akan berjuang sekuat tenaga untuk mengubahnya. Sayangnya manusia tak kuasa mengendalikan waktu. 

Sinopsis Film Sore Istri dari Masa Depan

Kisah ini dimulai di Arktik tempat Jonathan mengabdikan sepasang beruang kutub yang sedang bercengkerama. Selepas waktu kemudian, senja turun kemudian berganti malam. 

Tampak gelombang cahaya kehijauan menghiasi langit. Indahnya aurora. Pesonanya membuat siapa pun tak bisa mendefinisikannya dengan kata-kata. Jonathan sempat terkejut ketika setetes air mengenainya. Kok bisa ada tetes air padahal tak ada hujan?

Scene berganti. Jonathan sedang mencetak foto-fotonya secara manual. Selepas kemudian, ia tampak merenung di sofa. Tatapannya nanar menatap langit-langit.

Scene pindah ke sebuah kedai minum. Latar suara seorang laki-laki seperti sedang baca puisi. Jonathan duduk berhadapan dengan laki-laki itu. Namanya Karlo. Percakapan kocak terjadi di antara keduanya. Jonathan mengira Karlo bertanya padanya padahal kawannya itu sedang latihan monolog. 

Baca juga Review Film Bumi Manusia 

Obrolan berlanjut pada topik rencana pameran fotografi tunggal. Jonathan mengulurkan amplop berisi hasil jepretannya selama hunting foto di Arktik. 

Karlo melihat foto-foto itu. Ia bertanya dengan protes, "Apa ini? foto-foto tentang climate change?"

Karlo sebagai agen Jonathan meragukan ada kurator yang mau bekerja sama mengadakan pameran fotografi tunggal dengan foto-foto climate change semacam itu. Jonathan tetap ngotot ingin foto-foto itu sebagai materi pameran tunggalnya.

Perdebatan hanya sebentar ketika bartender mengantarkan minuman pesanan Jonathan. 

"Happy birthday," ucapnya.

Karlo heran, "Hari ini kamu ulang tahun?"

Jonathan tersenyum mengangguk. Karlo bangkit dari duduknya lalu memeluk kepala Jonathan. 

"Selamat ulang tahun," katanya.

Mereka pulang dengan hepi. Keduanya berpisah di ujung jalan. Jonathan masuk rumahnya bergegas tidur. 

Esok paginya, Jonathan kaget setengah mati melihat sosok perempuan duduk di tepi tempat tidurnya. Perempuan itu tersenyum.

"Who are you?" 

"Hai, aku Sore. Istri kamu dari masa depan," jawab si perempuan.

Jonathan tidak percaya. Ia langsung telepon Karlo dan marah-marah. Ia mengira Karlo iseng mengirim seorang perempuan ke rumahnya. Karlo tentu saja membantah. 


Review Film Sore
dok: Instagram Cerita Films 


Sore tersenyum menatap Jonathan yang melihatnya dengan marah, sebal, terganggu, dan sebagainya. Sore beranjak dari pinggir tempat tidur lalu menuruni tangga. Jonathan mengira perempuan itu sudah pergi. Ketika ia hendak keluar rumah, Sore ternyata masih menunggunya di bawah tangga. 

"Jangan lupa dompet dan handphone-nya dibawa," ujar Sore.

Jonathan termenung sebentar. Ia bergegas menuruni tangga rumahnya. Berjalan menyusuri jalan setapak menuju suatu tempat. Sore mengikutinya di belakang. Ia mengingatkan Jonathan agar fokus berjalan, jangan sampai menabrak orang. Sejurus kemudian, Jonathan menabrak orang di depannya yang membawa sekeranjang paprika merah. 

Jonathan makin bingung. Ia berlari, Sore ikut lari di belakangnya. Sesampainya di kafe, Jonathan menghampiri perempuan cantik yang tampaknya sudah menunggu dia di situ. 

Perempuan itu bercerita tentang rencana masa depan dan meminta Jonathan ikut bersamanya. Di tengah percakapan, Sore duduk di samping Jonathan. Ia menyela dan mengingatkan perempuan yang ternyata kekasih Jonathan. 

"Ia akan memintamu menatapnya untuk mendengarkan alasan-alasan yang sebenarnya bukan itu maksudnya. Aku Sore, istri Jonathan dari masa depan."

Elsa, kekasih Jonathan, menyiram segelas air ke wajah Jonathan lalu bergegas pergi. Jonathan buru-buru mengejar Elsa. Sayangnya Elsa tidak berhasil dikejar, tetapi ia malah merasa dikejar-kejar Sore. 

"Kamu bisa tanya apa saja tentang diri kamu. Aku tahu semuanya," ucapan Sore menimbulkan setitik rasa penasaran di hati Jonathan. 

Ternyata Sore tahu semua cerita hidupnya. Ibunya, kakaknya, bahkan Sore tahu kalau ia tidak punya adik; tidak pernah mau membahas soal ayahnya. Jonathan terkesiap. Ia shock. Jadi, perempuan ini beneran istrinya di masa depan?

"Mau kamu apa?" tanya Jonathan setelah begitu banyak bukti yang membuatnya mulai percaya cerita Sore.

"Aku mau membuat hidup kamu jadi lebih baik,"jawab perempuan ini serius. 

Lama-lama Jonathan percaya Sore benar-benar istrinya dari masa depan. Banyak hal detail yang diceritakan Sore hingga membuat Jonathan menerima Sore masuk dalam hidupnya. Termasuk berjanji akan patuh pada semua yang Sore katakan. 

Sayangnya, Jonathan melanggar janjinya untuk tidak merokok. Sore murka. Ia berkata kebiasaan buruk itu kelak akan merenggut Jonathan dari sisinya. Darah menetes dari hidung Sore. Ia ambruk dan meninggal. 

Scene kembali ke kamar tidur. Sore terbangun dan kaget. Ia ada di situasi awal sebelum Jonathan tahu dia istrinya di masa depan. 

Sore merangkai kembali alur cerita. Ketika ada yang membuatnya sangat sedih atau marah, ia terlempar kembali ke kamar tidur Jonathan. 

Sore terus berusaha mengatur kembali alur cerita. Ada masa ia memutuskan meninggalkan Jonathan. Ia menyusuri toko-toko mencari pekerjaan. Hingga ia bekerja di salah satu butik pakaian pengantin. 

Singkat cerita, bosnya tahu cerita Sore. Dengan sangat prihatin, Marco, sang bos, mengingatkan bahwa kita tidak bisa mengubah masa lalu, rasa sakit, dan kematian.

Berbagai scene terus berganti. Semua selalu kembali ke posisi Sore terbangun kaget di samping Jonathan. Mulai dari senyum manis hingga menangis memeluk Jonathan. 

Mulai dari alur menemani Jonathan di pameran tunggalnya hingga mendampingi Jonathan sampai di depan rumah ayah Jonathan. Ya, sosok ayah  yang meninggalkan trauma sangat dalam di kehidupan Jonathan.

Berkat Sore, Jonathan akhirnya mau mengunjungi ayahnya. Dengan menguatkan hati, ia ketuk pintu rumah itu. Seorang perempuan paruh baya membukakan pintu. Jonathan bilang ia ada perlu dengan suaminya. 

Dari ruang tamu, Jonathan melihat kebahagiaan ayahnya. Berbagai kenangan manis masa kecil melintasi benaknya. Ia terdiam, mengurungkan niatnya untuk menghampiri laki-laki yang selama puluhan tahun ia impikan dan harapkan. 

Jonathan memutuskan menulis pesan untuk ayahnya lalu ia pulang. Pada scene itu, secara tersirat Jonathan berhasil mengatasi trauma masa kecilnya. Karena misi tinggal di Kroasia demi dekat ayahnya dianggap sudah selesai, Jonathan kembali ke Indonesia. 

Setibanya di Jakarta, Jonathan memulai persiapan untuk pameran fotografi impiannya. Naluri menuntunnya pada tumpukan foto-foto lama yang tersimpan. Tanpa ia sadari, foto-foto itu adalah pilihan Sore dari lintasan waktu yang berbed. Seolah takdir sedang membimbing jalannya.

Jonathan akhirnya berhasil mengadakan pameran fotografi tunggal. Ketika sedang berjalan-jalan di ruang pameran, ia melihat seorang gadis begitu khusuk mengamati gabungan visual beruang kutub di lanskap es Arktik dan cahaya aurora. 

Jonathan yang terkesan dengan keseriusan Sore mengamati karyanya mengajak gadis itu mengobrol. Ketika Sore melontarkan kritik terhadap gabungan visual tersebut, Jonathan mengajak Sore melihat karyanya secara menyeluruh.

Sore terpana sekaligus terkejut ternyata orang yang ia ajak ngobrol termasuk menyimak kritiknya pada foto itu adalah fotografernya, siempunya acara. 

Baca juga Review Film Ave Maryam

Sore pun minta maaf lalu mereka berkenalan. Ketika keduanya berjabat tangan, semua peristiwa dari lintasan waktu masa lalu dan masa depan bermunculan di benak keduanya. 

Rekaman kebersamaan mereka di Kroasia, peristiwa Jonathan terjatuh, dan sebagainya tervisualisasikan dengan jelas. 

Visualisasi yang membuat keduanya tersentak. Sontak Sore dan Jo berpelukan erat dengan perasaan haru biru juga rindu yang sangat. 

Review Film Sore Istri dari Masa Depan : Sebuah Refleksi 

Pesan-pesan simbolik tentang waktu mewarnai film Sore Istri dari Masa Depan. Namun, ini bukan film fiksi ilmiah tentang bagaimana waktu diputar balik. 

Yandi Laurens, sang sutradara, ingin menyampaikan pesan bahwa ketika seseorang sangat terpukul atas peristiwa hidup yang dialaminya, ia punya kecenderungan ingin memperbaiki kehidupan di masa lalu demi masa depan yang lebih baik. So deep..


Review Film Sore Istri dari Masa Depan
dok. Instagram Cerita Film


Film ini memang memiliki alur yang lambat dan non-linear sehingga menuntut kesabaran serta kecermatan penonton untuk menyatukan potongan-potongan cerita yang maju-mundur.

Ada scene Sore yang bolak-balik mulai dari pertama kali ia bangun di samping Jonathan yang masih terlelap hingga berkali-kali ambruk karena tak kuat melawan waktu. Di salah satu scene itu, Yandi menyelipkan tulisan WAKTU. 

Pesan-pesan tersirat yang mulanya masih samar mulai terungkap. Kita tak bisa mengendalikan waktu. Yang kita bisa lakukan menyadari eksistensi waktu. 

Scene ketika Sore akhirnya menyerah, meminta Jonathan agar jangan pernah melupakan dia selama hidupnya, mengingatkan saya pada masa lalu yang terasa berat. 

Ingatan-ingatan itu meninggalkan rasa perih di sudut hati. Melihat kegigihan Sore memicu saya untuk berefleksi. Seandainya di masa lalu saya lebih bersabar... 

Berbagai 'pengandaian' bermunculan, menciptakan rasa bersalah yang tak terhindarkan. Namun, saya tersadar, cerita itu bukan hanya tentang saya. Setiap orang punya perannya masing-masing dan menyalahkan diri sendiri tidak akan mengubah apa-apa.

Semua yang dilakukan Sore untuk memperbaiki masa lalu seolah men-trigger saya tentang masa lalu juga. Yang tersisa memang bukan lagi kemarahan, melainkan kesedihan melihat kondisi masa lalu saat ini. 

Melepas bukan berarti melupakan. Orang Sunda bilang, kadang kasuat-suat.. Ya, hanya muncul sesekali dalam ingatan. 

Penutup

Cinta yang Sore tinggalkan dari kegigihannya bolak-balik melintasi waktu mengakar di denyut nadi Jonathan, begitu juga sebaliknya. Itulah mengapa ketika tangan mereka bersentuhan, ada ledakan kenangan, lautan emosi yang terwakili air mata keduanya. 

Scene di ending cerita sangat luar biasa. Menghanyutkan perasaan, meninggalkan kesan mendalam, sekaligus membangkitkan banyak kenangan. 

Film ini akan sangat menyentuh dan menguras emosi terutama bagi mereka yang memiliki kenangan sedih dari masa lalu atau harapan besar terhadap orang terdekat. Pesan utama yang bisa diambil dari kisah Sore adalah sebuah refleksi mendalam bahwa pada akhirnya tidak ada seorang pun yang bisa mengubah orang lain selain dirinya sendiri.




Review Film Ave Maryam: Kisah Tentang Nafsu dan Rasa Bersalah

siswiyantisugi.com
Suster Maryam (dok.id.bookmyshow)

Film Ave Maryam besutan sutradara Ertanto Robby Soediskam mulanya berjudul Salt is Leaving The Sea. Filim ini dirilis pada 11 April 2019 di bioskop Indonesia. Sebelum diputar di Indonesia, film yang mengambil latar tahun 1998 ini sudah diputar di beberapa festival film internasional. 

Ave Maryam bercerita tentang kisah cinta terlarang antara dua insan yang sudah berkaul untuk hidup selibat. Film berlatar kehidupan biarawati di asrama kesusteran ini menjadi sangat istimewa karena tidak lazim diangkat di ranah film Indonesia. 

Sinopsis Film Ave Maryam

Film dibuka dengan sosok Suster Maryam yang sedang berdoa di gereja. Scene selanjutnya menggambarkan suasana pagi di Kesusteran Mitra Sepuh, Semarang. Kesusteran ini merupakan tempat para suster sepuh menjalani hari - hari tua mereka. 

Suster -  suster sepuh ini dirawat para suster yang usianya lebih muda. Suster Maryam (Maudy Kusnaedi), Suster Mila (Olga Lydia), dan suster lainnya  merawat para suster sepuh dengan sangat telaten. 

Mereka bahu - membahu mencuci pakaian, menyiapkan makanan, mendampingi para suster sepuh sebelum tidur hingga memandikan mereka. Keheningan menjadi karib para suster menjalani hari - hari mereka. 


siswiyantisugi.com
suasana sarapan (dok.kincir.com)

Adalah Maryam, suster berusia 40 tahun yang katanya berlatar belakang seorang muslim lalu entah bagaimana ceritanya ia menjadi seorang suster. Maryam seorang introvert yang memendam semua isi hati dan pikirannya. Meskipun ia membaca Madam Bovary, Maryam berjarak dengan bacaannya. 


Suatu hari ia bermimpi membuka jendela dengan deburan ombak di hadapannya. Seekor kupu - kupu kecil berwarna biru melintas masuk. Mimpi ini menjadi analogi kegelisahan dan kekosongan hati Maryam menjalani kehidupannya. 

Cinta Terlarang

Kekosongan hati itu mulai terisi ketika Romo Yosef yang diperankan Chicco Jeriko hadir di lingkungan gereja. Romo muda yang ganteng ini bertugas sebagai pengajar musik orkestra untuk persiapan Natal. 

Perkenalan awal memang biasa. Malam itu, hujan sangat lebat ketika rombongan Romo Martin, Romo Yosef, dan suster sepuh Monic tiba di kesusteran. Romo Yosef pun berkenalan dengan Suster Maryam dan suster lainnya.


siswiyantisugi.com
perkenalan suster maryam dan romo yosef (idntimes.com)

Cinta mulai bersemi ketika diam - diam Suster Maryam sering memperhatikan Romo Yosef memimpin latihan orkestra. Pun dengan Romo Yosef. Ia jatuh hati pada sosok yang amat bersahaja ini. 

Romo ganteng pun mengajak Suster Maryam berjalan - jalan di malam hari. Setelah berkali - kali ditolak, pada suatu malam Romo Yosef mengajak Suster Maryam 'mencari hujan di tengah kemarau.' 

Ajakan romantis itu takkuasa ditolak Maryam. Akhirnya mereka pun berkencan di sebuah restoran. Scene di restoran ini sangat menarik menurut saya. 

Keduanya tidak bicara, tetapi isi hati mereka tersampaikan melalui dialog dari film klasik yang saat itu diputar di restoran. Hanya bahasa mata dan senyum penuh arti terpancar dari keduanya. 

Pertemuan - pertemuan rahasia keduanya terus berlanjut. Sejak kasmaran, Suster Maryam yang biasanya disiplin dan rajin kerap lalai pada tugas - tugasnya. Ia lupa harus membantu Suster Monic minum obat sebelum tidur. Ia bahkan sering terlambat hadir di misa pagi. 


siswiyantisugi.com
Maryam dan Yosef (dok. idntimes.com)


Puncaknya adalah di hari ulang tahun Suster Maryam. Usai merayakan ulang tahun romantis bersama Romo Yosef di pantai, Suster Maryam menangis sepanjang perjalanan pulang. 

Romo Yosef hanya bisa menyetir dalam diam. Ia memandangi kekasih hatinya dengan perasaan kalut yang sama.

Mobil melintasi jalanan sepi dengan pepohonan di kanan kiri. Diiringi suara Aimee Saras menyanyikan The Sacred Heart  sepanjang scene pulang, suasana terasa menyayat hati menggambarkan kepedihan hati keduanya.

Setibanya di halaman kesusteran, hujan sangat lebat. Romo Yosef berusaha mengatasi rasa kalutnya. Ia merokok di bawah hujan, merenungi takdir. Suster Maryam hanya bisa memandangi sang kekasih. Ia menyadari kondisi mereka yang ada di persimpangan.

Ketika Maryam membuka pintu ruang depan, lampu sontak menyala. "Selamat ulang tahun!" Ruangan menjadi semarak. Para suster memeluknya. Mereka mengucapkan selamat dan doa. Suster Maryam terpana dan menangis terharu. 

Tangisnya makin menjadi ketika Suster Monic menggenggam tangannya. Suaranya serak menahan tangis,
"Aku tahu perasaanmu. Antara bertahan pada kaul atau mengikuti yang tak terlihat. Jika surga belum pasti buatku, untuk apa aku mengurusi nerakamu." 
Selepas Suster Monic meninggalkannya, Maryam menangis histeris. Adegan ini menyiratkan betapa kalut hatinya; betapa ia sangat bingung, sedih, marah, dan kecewa pada nasib. Pada persimpangan antara cintanya pada Yosef atau tetap kukuh pada janjinya melayani Tuhan. 

Merasa sangat berdosa, Maryam memutuskan meninggalkan kesusteran. Ia mengemasi barang -barangnya lalu berpamitan pada semua suster. Namun, ia tidak pamit pada Yosef. Diiringi isak tangis, Maryam melangkahkan kaki menuju stasiun kereta. 

Saat ia sudah duduk di dalam kereta, Maryam melihat kekasihnya di balik jendela. Mereka saling memandang. Maryam segera turun dan mencari sosok Romo Yosef. Ternyata itu hanya halusinasi akibat pikiran yang kalut. Maryam pun menangis tergugu. Ketika kereta bergerak pergi, Maryam hanya memandanginya dengan hati kosong. 

Sementara itu, di ruang duduk kesusteran, terjadi perdebatan tentang dosa dan kehendak Tuhan di antara para suster dan Romo Yosef. Perdebatan itu disudahi oleh pernyataan getir Romo Yosef yang kehilangan Maryam, 
"Kenapa kita harus takut mempertanyakan dosa - dosa? Jika Tuhan hanya bisa ditemukan melalui pertanyaan - pertanyaan?" 
Film diakhiri dengan suara langkah kaki Maryam meninggalkan bilik pengakuan dosa. Ia membawa kepedihan hatinya menjauh dari Yosef. Akan ke manakah Maryam? Robby Ertanto sebagai sutradara sekaligus penulis cerita membiarkan penonton menjawabnya sendiri.

BTW, tahukah kamu siapa pastor yang menerima pengakuan dosanya? Silakan temukan jawabannya dengan menontonnya sendiri di Netflix :) 

Simpulan Film Ave Maryam 

Film ini sangat mengesankan bagi saya. Jujur, saya sangat jarang menonton film Indonesia karena rata - rata ceritanya ya begitulah.. Namun, Ave Maryam menawarkan banyak perbedaan. Mulai dari pemilihan tema, latar cerita, alur cerita minim dialog, dan sinematografi yang sangat cantik. 

Ave Maryam menceritakan kehidupan di tahun 1998 berlatar kecantikan Kota Lama Semarang. Salah satu lokasi yang digunakan dalam film ini adalah Lawang Sewu. Romo Yosef mengajar orkestra untuk muda - mudi gereja di bangunan ini. Ia juga berkencan dengan Maryam di sini. 

Sudut pengambilan gambar tangga - tangga di Lawang Sewu dari atas menghasilkan gambar yang estetis. Menurut saya, tangga - tangga ini tampak seperti alat musik harpa. 

Suasana Kota Lama pada siang dan malam hari digambarkan dengan romantis. Pun kesibukan yang hening di kesusteran saat para suster memasak, mencuci pakaian, dan bercengkerama menunjukkan sinematografi yang ciamik. 

Kerja keras itu tak sia -sia. Sinematografi Ave Maryam mendapat penghargaan di Hanoi Festival Film. Luar biasa bukan? 

Begitu pula dengan akting para pemain. Peran Maryam adalah kali pertamanya Maudy menjadi pemeran utama selama ia terjun di dunia akting. Kemampuan aktingnya memang mumpuni. 

Ia berakting tidak hanya melalui bahasa tubuh, tetapi matanya pun berbicara. Kita bisa melihat sosok Maryam yang introvert dari sorot matanya. Aktingnya sebagai Maryam membawa Maudy menerima penghargaan Aktris Pilihan dari Festival Film Tempo. 

Romo Yosef yang gaul dan ganteng. Chicco Jerikho sudah piawai di bagian ini. Kegelisahan dan kerinduannya digambarkan secara implisit. Saat ia termenung duduk sendirian di restoran memikirkan Maryam yang sudah pergi. 

Begitu juga akting Tuti Kirana sebagai Suster Monic yang sudah amat sepuh. Suster senior ini sepertinya pernah mengalami masa rumit dalam hidupnya.  Tak banyak bicara, judes, dan dingin. Sementara Suster Mila diperankan dengan apik oleh Olga Lydia. Suster kepala yang tegas, ramah, dan penuh perhatian.

Bagaimana akting Joko Anwar sebagai romo senior? Hm..menurut saya sih aktingnya masih kaku. Mungkin karena jam terbangnya lebih banyak sebagai sutradara bukan sebagai aktor ya? :D 

Sepanjang film saya merasa amat terharu dengan kebersahajaan kehidupan para suster yang ditampilkan. Perilaku mawas diri dan keberserahan pada Tuhan tergambar jelas dari setiap tokoh. Saya belajar banyak dari spiritualitas yang tersirat dalam film ini. 

Cinta dan kemanusiaan adalah dua unsur spiritualitas yang ingin disampaikan Ertanto Robby Soediskam. Cinta yang tumbuh di antara anak manusia sangat manusiawi. Siapa pun bisa mengalaminya. Namun ketika itu dirasakan dua insan yang sudah mengikat janji dengan Tuhan, kondisinya sangat dilematis; membuat mereka ada di persimpangan. Mengikuti kaul atau mempertahankan cinta manusia? 

Durasi film selama delapan puluh menit sebenarnya masih kurang. Banyak alur cerita yang menimbulkan teka - teki bagi penonton. 

Tentang mengapa Suster Monic begitu dingin pada Maryam? Mengapa ia bernama Maryam bukan Maria? Mengapa Maryam mengucapkan Alhamdulillah? Benarkah ia sebelumnya adalah seorang muslim? Pertanyaan lain yang penting juga menurut saya, "Mengapa adegan di pantai dihapus?" Itu kan bikin penasaran. hehehe.. 

Yah, meskipun setelah saya konfirmasi pada Robby sang sutradara, ia kukuh mengatakan tak ada scene yang dipotong. Namun, di luar sana banyak yang bilang scene di pantai dipotong karena kuatir menimbulkan kontroversi di Indonesia. 

Baiklah, kendati film ini meninggalkan banyak teka - teki, saya akui film ini sangat keren. Banyak pelajaran dan wawasan baru bagi saya yang sangat awam mengenai kehidupan para suster menjalani hidup selibatnya. 



































Ketika Oma Widyawati Kuliah Lagi di Film Mahasiswa Baru

                                                     
mncmovie.com

Awal Agustus 2019 ini, ada film keluarga kocak yang dibintangi aktor senior Widyawati dan Slamet Rahardjo. Judul filmnya adalah Mahasiswi Baru. Dua nama besar ini sudah bisa menjamin kualitas filmnya.

Siapa aktor pendukung lainnya? Di antaranya Morgan Oey, Mikha Tambayong, dan Oemay Shahab. Sutradaranya juga ngga kalah keren lho. Siapakah dia? taklain dan takbukan, dialah Monty Tiwa.

Sudah tau kan film - film garapan Monty Tiwa? Biasanya film kocak yang sarat pesan. Bukan hanya menghadirkan kelucuan, melainkan juga nilai - nilai kehidupan. 

Di film ini, Widyawati berperan sebagai Oma Lastri yang kuliah lagi. Tentu saja hal itu menimbulkan gegar budaya bagi Oma Lastri. Perbedaan usia yang amat jauh antara Oma Lastri dan teman - teman kuliahnya itulah yang menimbulkan banyak kelucuan.

Mulai dari usaha keras Oma Lastri menyesuaikan diri dengan gaya bicara dan gaya hidup teman - teman se-gank-nya hingga kekagetan Karina Suwandi, anaknya, melihat kelakuan sang ibu.

Kocaknya film sudah dijumpai pada bagian awal cerita. Ketika Oma Lastri menjadi peserta ospek. Seniornya terbelalak saat tahu juniornya ini seusia omanya. 

"Lahir tujuh puluh tahun lalu," jawab Oma Lastri.
"Waduh! Tujuha puluh tahun lalu?"

Perkenalana Oma Lastri dengan Morgan Oey, Oemay, Mika Tambayong dan teman gank lain membuat hidup Oma Lastri lebih hidup. Ia sedikit banyak bias menghibur dirinya dari kesedihan dalam ditinggal orang yang amat disayanginya.

Keputusan Oma Lastri kuliah lagi sebenarnya adalah cara Oma mewujudkan cita - cita cucu tersayangnya. Karina Suwandi sebenarnya tidak setuju sang ibu kuliah. Ia mengkhawatirkan kondisi ibunya saat kuliah. Terrnyata kekhawatiran itu terjadi sejak awal perkuliahan.

Iszur Muchtar, menantunya, terkejut melihat wajah ibu mertuanya yang lebam. Ibu mertuanya ikut tawuran. Nah, di scene ini nih saya penasaran tawurannya seperti apa. Kebayang sih bakal kocak banget.  

Scene lain yang ngga kalah lucunya adalah saat Oma Lastri menjawab pertanyaan Slamet Raharjo.

"Kamu Lastri kan?" tanya Slamet Rahardjo
"Yoaa Braay," seru Oma Lastri

Saking gaulnya, Oma Lastri pun tidak keberatan dipanggil namanya saja oleh teman - teman kuliah. Hal itu tentu saja membuat Karina naik pitam. Ia menegur teman-teman kuliah ibunya karena menurutnya sikap mereka tidak sopan.

Sayangnya, sikap protektif Karina membuat Oma Lastri tidak nyaman. Ia menganggap Karina mengganggu kesenangannya. Akibatnya Oma Lastri mengancam akan angkat kaki dari rumah. 

Bagaimana kelanjutan kisahnya? alur ceritanya tetap seperti drama pada umumnya. Pasti ada pesan moril yang tersirat dari 

Film Mahasiswa Baru menyajikan alur cerita yang pasti membuat kita terpingkal - pingkal. Akting Morgan Oey semakin matang. Ditambah kocaknya Oemay yang menggemaskan.
 Apalagi waktu ia usul pakai istilah paguyuban mengganti sebutan gank. Hahaha...ekspresinya kocak sekali, gaes!

Akting Widyawati di film Mahasiswa Baru sangat berbeda dibandingkan film-filmnya yang lain. Kali ini ia menjadi oma yang enerjik, berusaha untuk gaul, dan gabung gank.

Ini pasti seru nih ditonton buat kamu yang masih kuliah atau mau kuliah. Ajak juga irangtua saat menontonnya. Mereka pasti bakal takjub banget melihat perbedaan drastis Widyawati di film Mahasiswa Baru.