Dua tahun lalu, putri sulung saya terpaksa harus dirawat di rumah sakit karena Demam Berdarah. Saya yang saat itu hanya mengenal penyakit Demam Berdarah dari berita di media cukup kaget juga.
Bagaimana tidak? Saya merasa sudah mematuhi aturan kesehatan untuk melakukan 3M : Menguras tempat penampungan air, menutupnya, lalu mengubur barang bekas yang berpotensi menjadi tempat penampungan air.
Ternyata, seperti yang dokter sampaikan di salah satu kunjungannya memeriksa kondisi putri saya,"Kita sudah mematuhi aturan, tapi kalau lingkungan sekitar cuek - cuek aja, ya susah juga."
Pernyataan dokter malah menimbulkan kesadaran tak berdaya dalam hati saya. Kalau gitu, apa yang bisa dilakukan?
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/689775/original/050114900_1447215891-dbd.jpg)
dok.Liputan6.com
Saat itu, saya teringat tetangga yang berjarak dua rumah dari rumah kami. Anaknya minggu lalu dirawat di rumah sakit karena DB.
Apakah nyamuk yang menggigit si sulung dan anak tetangga memang nyamuk yang sama ? Apakah ada cara lain agar tidak tertular jika 3M tidak kompak dilakukan di pemukiman yang sama?
Setelah membaca beberapa referensi juga diskusi dengan dokter serta teman - teman yang pernah mengalami sakit ini atau mengurus anak yang sakit DB, kuncinya memang satu : kekebalan tubuh. Jadi, apa pun yang terjadi di lingkungan kita, kekebalan tubuh menjadi panglimanya.
Baca juga Lima Minuman Berkhasiat Cegah Demam Berdarah
Namun demikian, kita tetap harus mengenali penyakit Demam Berdarah dari gejala yang muncul pada pengalamnya. Secara klinis, beratnya penyakit demam berdarah dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Dengue Shock Syndrome (DSS).
Sebagian besar orang yang terkena virus dengue akan mengalami Demam Dengue. Apabila pasien ini sudah ada tanda-tanda perdarahan, kondisinya termasuk dalam Demam Berdarah Dengue meskipun persentase perdarahannya hanya sedikit. Jika kondisi perdarahan tidak teratasi dan menyebabkan shock, kondisi ini disebut Dengue Shock Syndrome.
Tanda dan Gejala Demam Berdarah
1. Demam Dengue (DD)
Gejala yang muncul adalah demam tinggi, sakit kepala, nyeri pada belakang mata dan nyeri pada sendi-sendi. Demam berlangsung sekira 5-7 hari. Pasien juga mengalami mual, muntah, dan diare.
2. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Selain gejala yang muncul pada demam dengue, pada demam berdarah dengue ditemukan bercak perdarahan di kulit (bercak merah-merah), muntah darah, BAB berdarah (bisa juga BAB-nya warna hitam), dan mimisan.
DBD sangat berbahaya karena mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma darah serta penurunan jumlah trombosit/keping-keping darah merah. Apabila tidak diantisipasi, pasien bisa mengalami kegagalan sirkulasi darah (shock).
Kondisi shock ini biasanya terjadi setelah demam turun. Biasa juga disebut siklus pelana kuda. Demam selama tiga hari lalu mereda kemudian demam kembali lalu mereda lagi.
Siklus ini yang amat saya takutkan saat si sulung terkena demam berdarah. Saya terus mengecek kondisi tubuhnya. Di hari kedua demamnya, saya segera memeriksakan ke dokter. Setelah mengecek kondisi anak saya, dokter meminta pemeriksaan trombosit.
Ternyata trombosit anak saya rendah sehingga ia harus dirawat di rumah sakit karena diindikasikan terkena demam berdarah. Pada hari ketiga, demamnya turun.
Saya teringat kisah putrinya Tika Bisono. Ketika demam putrinya turun, ia mengira kondisi putrinya sudah membaik. Ternyata tidak. Putrinya mengalami perdarahan hingga shock dan tidak tertolong. Pengalaman itu melekat di ingatan saya.
Jadi, ketika demam anak saya turun, seperti yang sudah disarankan dokter, saya tetap memberinya cairan dan suplemen, seperti sari kurma agar kondisi badannya tidak drop parah.
Oleh karena itu, ketika demam turun, kita harus tetap mewaspadai terjadinya shock pada pasien. Caranya tentu saja segera membawanya ke rumah sakit agar mendapat pertolongan medis yang tepat.
3. Dengue Shock Syndrome (DSS)
Kondisi DBD yang tidak dapat diatasi dengan segera dapat mengkibatkan terjadi Dengue Shock Syndrome. Tanda-tanda shock adalah tangan dan kaki yang dingin, tekanan darah menurun (hipotensi), dan dapat disertai perdarahan hebat.
Apa yang dapat kita lakukan?
1. Konsultasi ke dokter atau segera ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat.
2. Selama perjalanan ke dokter atau rumah sakit, pastikan minum cairan rehidrasi oral sebanyak yang anak/kita mampu.
3. Untuk mengatasi demam, minumlah parasetamol. Selain itu, cek suhu badan secara berkala sebagai catatan yang bisa membantu dokter mengetahui kondisi pasien.
Tips Pencegahan
- Lakukan 3M : menguras bak atau tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat genangan air.
- Taburkan garam di air yang tergenang untuk membasmi nyamuk.
- Gunakan pengusir nyamuk di pagi hari saat nyamuk penyebab demam berdarah keluyuran dan menggigit. Gunakan kelambu pada siang hari jika memungkinkan.
- Bersihkan dan ganti air pada vas bunga setiap dua hari.
- Jaga stamina tubuh agar tetap fit dengan tidur cukup, makan minum yang sehat dan bersih, serta mengonsumsi suplemen jika dibutuhkan.
---
Meskipun demam berdarah termasuk penyakit yang berpotensi mengancam jiwa penderitanya, hingga hari ini tidak ada pengobatan khusus atau vaksin untuk penyakit ini. Yang paling penting bisa dilakukan saat ini adalah mengetahui cara penanganan demam berdarah. Prinsip utama penanganan demam berdarah adalah mengganti cairan yang hilang dari pembuluh darah dan mencegah terjadinya shock pada tubuh penderita agar tidak mengalami Dengue Shock Syndrome (DSS).
sumber pustaka
Health Guide, 2013, A-Z Panduan Kesehatan Keluarga, Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer
Oswari, Dr. dr.Hanifah, SP.A(K) dan dr. Rudianto Sofwan, 2010, 123 Penyakit dan Gangguan pada Anak, Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.